TEMEN TAPI DEMEN 25 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Shasa memperhatikan Soni yang mulai sibuk dengan ponselnya. Tiba-tiba terdengar suara lagu yang sangat dikenalnya. Lagu ini masuk dalam favoritnya.
"Cek ... cek! Ehem ... malam ini aku ingin mempersembahkan sebuah lagu untuk wanita yang selama ini menemani dalam berbagai keadaan. Baik saat masih temenan, hingga sekarang saling demenan," ujar Soni sambil menatap ke arah Shasa.
Seulas senyum tipis tersungging di wajah manisnya. Tatapan Soni yang tepat ke arahnya membuat debar jantung semakin jumpalitan. Para orang tua pun menatapnya dengan senyum-senyum tak jelas.
Hati mulai berdesir hebat tatkala Soni membuka mulutnya. Mencoba mengeluarkan suara nyanyian hatinya. Sementara satu tangannya bersembunyi di balik punggung.
🎶
Serapuh kelopak sang mawar
TEMEN TAPI DEMEN 26 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Memberikan seserahan memang haruslah sesuai dengan kemampuan sang pria. Apabila sang pria memberikan semua keinginan, berarti dia orang mampu. Akan tetapi, jika tidak sesuai, dan harus menikah dengan sangat sederhana janganlah berkecil hati. Karena tolak ukur bahagianya sebuah pernikahan bukan dari banyaknya seserahan dan mahar. Melainkan dari tanggung jawabnya memberikan kehidupan dan menuntun di jalan kebenaran.Setelah acara malam itu, Soni lebih sering memikirkan apa saja yang disukai oleh Shasa. Baik dari warna dan model baju yang ia suka. Akan tetapi, melihat kepribadiannya, ia lebih menyukai pakaian yang tidak terlalu ribet. Bahkan selama mengenalnya ia jarang sekali memakai perhiasan. Baru sekarang ini ia terlihat begitu menyukai memakai gelang pemberian dari ib
TEMEN TAPI DEMEN 26 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraBegitu pun dengan Soni. Ia yang seharian rebahan karena pekerjaan yang baru saja usai menjadi tersenyum menatap ponselnya. Pesan dari temen sekaligus calon manten membuat senyumnya kian tertarik. Ia membalas dengan cepat pesannya supaya tidak menunggu.Soni[ Siang juga, Sayang ... lagi santai aja sih, kenapa? Mau ketemu? ]Belum semenit sudah datang pesan balasan.Shasa[ Iya, pengen ketemu. Eh, maksudnya Ayah yang mau ketemu, bukan aku. ]Halah. Soni tertawa bercampur kesal membaca pesan Shasa yang sok polos. Tinggal nulis pengen ketemu saja gengsi, pakai alibi ayahnya segala untuk berpura-pura. Soni pun mulai berpikir untuk sekalian mengerjai Shasa.Soni[ Ya udah kalau bukan kamu yang pengen ketemu. Lebi
TEMEN TAPI DEMEN 27 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Pesan yang begitu mendadak dan terburu-buru akan selalu menimbulkan banyak persepsi. Baik itu pesan untuk kebaikan atau pun yang lainnya. Apalagi ini menyangkut keputusan hidup. Pasti membutuhkan waktu yang lama untuk berpikir. Lah ini, menikahnya saja masih tiga bulan lagi, tetapi harus mendaftar sekarang. Bukankah itu aneh?Shasa masih belum mengerti maksud apa yang tersirat dari pesan sang ayah. Kepalanya belum mencerna dengan baik. Memang benar, kalau niat baik itu haruslah disegerakan. Jujur ia pun menginginkan hal tersebut. Jika sudah menjadi pasangan sah, bukankah bisa melindungi pasangan setiap waktu dengan banyak cara. Baik cara romantis maupun dramatis.Soni menatap Shasa yang t
TEMEN TAPI DEMEN 27 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDi tempat lain, Soni masih memandang langit malam yang berhiaskan ribuan bintang. Menatap kilauan cahaya mereka yang tak terhitung dari bawah membuatnya berpikir keras bahwa kehidupan bisa terlihat indah dari sisi luar. Bintang-bintang itu berhasil menyembunyikan segala rupa dan wujudnya dengan baik. Agar bisa selalu terlihat cantik dari bawah. Untuk memberikan segala keindahan semesta.Mungkin, dalam pernikahan juga begitu. Sebisa mungkin menutupi semua perbedaan yang ada dari dalam agar terlihat harmonis dari luar. Membuat semua orang tersenyum melihatnya adalah kebahagiaan tersendiri. Soni yakin akan selalu ada perbedaan karena menyatukan dua kepala dua pikiran.Setelah selesai menyiapkan semua keperluan syarat pendaftaran, Soni memilih duduk santai di teras depan. Menikmati suasana malam yang
TEMEN TAPI DEMEN 27 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLima belas menit perjalanan dengan kecepatan sedang, akhirnya Soni sampai di rumah Shasa. Sepi. Mungkin mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing di dalam sana. Soni memarkir motor di bawah pohon mangga, biar tidak kepanasan. Begitu juga dengan motor Bapak.Berjalan beriringan dengan tujuan yang sama seakan terasa cepat sampai. Ibu terlihat antusias mengetuk pintu hingga tiga kali. Mungkin ia sudah tidak sabar untuk shoping bersama calon mantu.Tok ... tok ... tok.Lima menit menunggu belum ada tanda-tanda pintu terbuka. Ibu memutuskan mengetuk pintu kembali, namun baru saja mengangkat tangannya, tiba-tiba pintu terbuka.Dan ternyata Tante Weni."Mbak Niar? Kok mau datang gak bilang-bilang?" Tante Weni bertanya dengan mata yang
TEMEN TAPI DEMEN 27 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraShasa menggelengkan kepalanya. Heran melihat Tante Niar begitu antusias berbelanja. Akan tetapi, ia merasa senang sebab ibunya masih diberikan tempat yang sama. Tidak membedakan. Melihat mukena couple, ia jadi kepikiran tentang ayahnya dan juga Om Hadi. Pasti mereka akan kecewa jika tidak memakai baju yang sama."Em, Shasa boleh usul, gak, Tan?" ucapnya ragu. Takut dibilang tidak sopan dan tidak tahu diri karena berani meminta.Tante Niar berbalik menatap Shasa yang menundukkan kepalanya."Mau usul apa, Sha?"Perlahan, Shasa mengangkat kepalanya, menatap wanita yang menurutnya calon mertua terbaik."Baju couple buat Ayah sama Om Hadi juga gak ada kah?" Shasa memilin ujung bajunya agar tidak gugup.Tante Niar terseny
TEMEN TAPI DEMEN 28 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Melihat Ibu bisa cepat akrab dengan seseorang yang tadinya sedikit malu membuat merasa heran dan takjub. Juga menjadi tanda tanya besar.Soni tidak biasa bercanda dengan ibunya. Ia akan lebih memilih menanggapi dengan senyuman jika ibunya menggoda.Akan tetapi, hari ini di depan matanya, Soni menjelma seperti anak lelaki Weni Utomo-- ibunya. Tersenyum dan tertawa dengan lepas.Ada rasa haru bisa melihat pemandangan di depannya. Tanpa sadar bulir bening menetes membasahi pipinya. Gerak langkahnya seakan tertahan untuk menyaksikan mereka lebih lama.Melihat sang ibu yang begitu bahagia bisa bercanda dengan Soni, mengingatkan kembali tentang ucapan ayahnya tentang Mas Yusuf. Andai dia masih hidup, mungkin
TEMEN TAPI DEMEN 28 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSoni menggunakan kesempatan itu untuk mendaratkan satu kecupan di kening Shasa. Seketika Shasa tersadar merasakan kehangatan. Bukan di tubuhnya, melainkan di hatinya.Setelah beberapa detik, Soni melepaskan kecupannya. Membuat Shasa benar-benar seperti makhluk tak berdaya oleh tipu daya cinta."Kamu istirahat aja. Kan capek habis belanja setelah luka di lutut baru kering. Sekalian bilangin ibumu kalau aku udah pulang," ucap Soni lembut. Kemudian berlalu pergi meninggalkan Shasa yang baru saja merasakan bermandikan bunga oleh sikap prianya.Entah kenapa jika bersama Soni, rasanya selalu luar biasa.Sang ibu yang melihat adegan itu dari balik ruang makan menjadi terharu. Ternyata Soni memperlakukan Shasa dengan lembut. Belum lagi sikapnya hari ini men