TEMEN TAPI DEMEN 27 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Pesan yang begitu mendadak dan terburu-buru akan selalu menimbulkan banyak persepsi. Baik itu pesan untuk kebaikan atau pun yang lainnya. Apalagi ini menyangkut keputusan hidup. Pasti membutuhkan waktu yang lama untuk berpikir.
Lah ini, menikahnya saja masih tiga bulan lagi, tetapi harus mendaftar sekarang. Bukankah itu aneh?
Shasa masih belum mengerti maksud apa yang tersirat dari pesan sang ayah. Kepalanya belum mencerna dengan baik. Memang benar, kalau niat baik itu haruslah disegerakan. Jujur ia pun menginginkan hal tersebut. Jika sudah menjadi pasangan sah, bukankah bisa melindungi pasangan setiap waktu dengan banyak cara. Baik cara romantis maupun dramatis.
Soni menatap Shasa yang t
TEMEN TAPI DEMEN 27 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDi tempat lain, Soni masih memandang langit malam yang berhiaskan ribuan bintang. Menatap kilauan cahaya mereka yang tak terhitung dari bawah membuatnya berpikir keras bahwa kehidupan bisa terlihat indah dari sisi luar. Bintang-bintang itu berhasil menyembunyikan segala rupa dan wujudnya dengan baik. Agar bisa selalu terlihat cantik dari bawah. Untuk memberikan segala keindahan semesta.Mungkin, dalam pernikahan juga begitu. Sebisa mungkin menutupi semua perbedaan yang ada dari dalam agar terlihat harmonis dari luar. Membuat semua orang tersenyum melihatnya adalah kebahagiaan tersendiri. Soni yakin akan selalu ada perbedaan karena menyatukan dua kepala dua pikiran.Setelah selesai menyiapkan semua keperluan syarat pendaftaran, Soni memilih duduk santai di teras depan. Menikmati suasana malam yang
TEMEN TAPI DEMEN 27 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLima belas menit perjalanan dengan kecepatan sedang, akhirnya Soni sampai di rumah Shasa. Sepi. Mungkin mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing di dalam sana. Soni memarkir motor di bawah pohon mangga, biar tidak kepanasan. Begitu juga dengan motor Bapak.Berjalan beriringan dengan tujuan yang sama seakan terasa cepat sampai. Ibu terlihat antusias mengetuk pintu hingga tiga kali. Mungkin ia sudah tidak sabar untuk shoping bersama calon mantu.Tok ... tok ... tok.Lima menit menunggu belum ada tanda-tanda pintu terbuka. Ibu memutuskan mengetuk pintu kembali, namun baru saja mengangkat tangannya, tiba-tiba pintu terbuka.Dan ternyata Tante Weni."Mbak Niar? Kok mau datang gak bilang-bilang?" Tante Weni bertanya dengan mata yang
TEMEN TAPI DEMEN 27 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraShasa menggelengkan kepalanya. Heran melihat Tante Niar begitu antusias berbelanja. Akan tetapi, ia merasa senang sebab ibunya masih diberikan tempat yang sama. Tidak membedakan. Melihat mukena couple, ia jadi kepikiran tentang ayahnya dan juga Om Hadi. Pasti mereka akan kecewa jika tidak memakai baju yang sama."Em, Shasa boleh usul, gak, Tan?" ucapnya ragu. Takut dibilang tidak sopan dan tidak tahu diri karena berani meminta.Tante Niar berbalik menatap Shasa yang menundukkan kepalanya."Mau usul apa, Sha?"Perlahan, Shasa mengangkat kepalanya, menatap wanita yang menurutnya calon mertua terbaik."Baju couple buat Ayah sama Om Hadi juga gak ada kah?" Shasa memilin ujung bajunya agar tidak gugup.Tante Niar terseny
TEMEN TAPI DEMEN 28 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Melihat Ibu bisa cepat akrab dengan seseorang yang tadinya sedikit malu membuat merasa heran dan takjub. Juga menjadi tanda tanya besar.Soni tidak biasa bercanda dengan ibunya. Ia akan lebih memilih menanggapi dengan senyuman jika ibunya menggoda.Akan tetapi, hari ini di depan matanya, Soni menjelma seperti anak lelaki Weni Utomo-- ibunya. Tersenyum dan tertawa dengan lepas.Ada rasa haru bisa melihat pemandangan di depannya. Tanpa sadar bulir bening menetes membasahi pipinya. Gerak langkahnya seakan tertahan untuk menyaksikan mereka lebih lama.Melihat sang ibu yang begitu bahagia bisa bercanda dengan Soni, mengingatkan kembali tentang ucapan ayahnya tentang Mas Yusuf. Andai dia masih hidup, mungkin
TEMEN TAPI DEMEN 28 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSoni menggunakan kesempatan itu untuk mendaratkan satu kecupan di kening Shasa. Seketika Shasa tersadar merasakan kehangatan. Bukan di tubuhnya, melainkan di hatinya.Setelah beberapa detik, Soni melepaskan kecupannya. Membuat Shasa benar-benar seperti makhluk tak berdaya oleh tipu daya cinta."Kamu istirahat aja. Kan capek habis belanja setelah luka di lutut baru kering. Sekalian bilangin ibumu kalau aku udah pulang," ucap Soni lembut. Kemudian berlalu pergi meninggalkan Shasa yang baru saja merasakan bermandikan bunga oleh sikap prianya.Entah kenapa jika bersama Soni, rasanya selalu luar biasa.Sang ibu yang melihat adegan itu dari balik ruang makan menjadi terharu. Ternyata Soni memperlakukan Shasa dengan lembut. Belum lagi sikapnya hari ini men
TEMEN TAPI DEMEN 28 C Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seperti malam ini, mereka akan selalu tersenyum bahkan tertawa dengan ponsel. Hanya lewat tulisan saja mereka bisa sebahagia itu. Apalagi nanti jika sudah hidup bersama menjadi pasangan. Pasti hidupnya akan lebih bahagia dengan saling bergandengan tangan meski banyak rintangan menghadang. Itu termasuk bagian dari doanya. Senyum Shasa kian merekah mendapati banyak rayuan dalam ponselnya. Soni [ Malem, Sha ... cie ... yang sebulan lagi mau nikahan sama temen sendiri. ] Seketika tawanya pecah digoda oleh calon suami sendiri. Bisa-bisanya ia bersikap demikian dengan calon istri. Kan jadinya gimana .... Shasa pun tak mau kalah. Ia juga ingin menggoda prianya. Shasa [ Malem juga ... cie juga yang gak berani nembak temen,
TEMEN TAPI DEMEN 28 D Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bapaknya Soni-- Hadi sudah duduk berhadapan dengan Weni-- ibunya Shasa. Mungkin benaknya dipenuhi tanda tanya karena sepagi ini sudah bertamu. Ada rasa bersalah dan menyesal ketika akan mulai membuka percakapan. Sedangkan tatapan Weni begitu tajam ke arahnya. "Sebelumnya saya minta maaf karena datang terlalu pagi, Wen. Ada hal yang penting harus saya katakan dan diskusikan denganmu. Mengenai pernikahan anak kita," jelasnya dengan menatap wanita di depannya. Ada sorot bingung dan takut terpancar dari matanya. "Ten-- tang apa?" Weni-- ibunya Shasa sedikit gugup jika harus berdiskusi hal yang akan menyakiti anaknya. "Begini ... saudara Niar yang di desa sebelah mengalami kedukaan. Menurut kepercayaan desa, jika ada yang meninggal dalam keluarga dan saudara, maka pe
TEMEN TAPI DEMEN 29 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Berhadapan dengan situasi yang tidak memiliki penengah memang harus bisa memikirkan ide atau rencana yang sebisa mungkin tidak menyakiti semua orang, terutama Soni dan Shasa.Hadi masih menatap Weni. Seakan sama-sama mencari persetujuan. Weni sebenarnya setuju saja, jika menyangkut kebahagiaan Shasa-- anak gadisnya."Bagaimana? Kalian setuju gak?" Hasan-- suami Weni mengulang lagi pertanyaannya.Tidak ada salahnya mengambil jalan ini jika demi kebahagiaan semua orang. Ia juga ingin Soni bahagia dengan segera menjadi pasangan Shasa yang sah. Agar terhindar dari zina."Baiklah. Saya setuju. Kalau begitu semuanya saya serahkan ke kalian. Nanti habis ini sekalian saya mampir ke rumah Pak Danu untuk minta bantuann