Fajar semakin dekat. Instingku untuk memejamkan mata sudah meraung sejak tadi. Namun, rasa kantuk itu tak kunjung datang. Walaupun seharusnya, makhluk seperti kami, Seraphie, bisa langsung merasakan kantuk ketika fajar hendak tiba beberapa jam lagi.
Perkataan Aquilla tentang Gereja Basilika Santo Petrus yang menurutnya rancu benar-benar membuatku tidak bisa memejamkan mata. Pikiranku terus tertuju pada sebuah nama tempat yang tidak kuketahui bentuk dan fungsinya. Rasanya, setiap kali pikiranku menemukan sebuah kesimpulan, akan membentuk cabang baru yang terkadang melenceng dari kesimpulan tersebut.
Seperti sebuah kesimpulan yang mengatakan, jika rumah sakit yang ada di Paris itu hanyalah tipuan. Lantas, mengapa Zhou Yanchen menuliskan nama rumah sakit tersebut sebagai markas utama? Kenapa tidak langsung menuliskan nama gereja yang ada di Roma sebagai markas utama?
Apakah mungkin dia sudah menyadari jika sedang diburu oleh kami?
Aku dibangunkan oleh umpatan Jake yang entah ditujukan kepada siapa.“Aquilla, apa yang terjadi?” tanyaku ketika melihat Aquilla untuk pertama kalinya ketika membuka mata. Aku menegakkan kembali tubuhku dan Jake langsung merenggangkan ototnya.“Mengumpat ketika terbangun itu sudah menjadi kebiasaannya,” jawab Aquilla terlihat malas untuk menjelaskan kenapa Jake mengumpat malam ini. “Dia selalu mengatakan untuk mengasah mulutnya agar dengan cara mengumpat ketika dia terbangun dari tidurnya.”“Memangnya bisa begitu?” tanyaku seraya mengalihkan pandanganku kepada Jake, “Itu tidak baik Jake.”“Sudah menjadi kebiasaanku sejak 30 tahun yang lalu.” Jake terlihat acuh. Dia berdiri dari duduknya, menepuk-nepuk ringan jubah hitamnya, bermaksud membersihkan debu yang menempel di sana. “Kau berhutang cerita tentang ayahmu.” Jake menoleh dan memberikan seringainya kepa
Rasanya aku ingin mendorong Aquilla ke sebuah jurang karena saking kesalnya terhadap pria itu.Sedari tadi dia mengajakku berkeliling tidak jelas pada kota mati ini. Juga, setiap kali kutanyakan tujuannya mengajakku berkeliling, jawabannya selalu melantur dan terkadang membuatku kesal.“Aku tidak tahu. Hanya ingin mengajakmu berjalan bersama tidak tentu arah.”Mungkin jika perempuan lain yang mendengarnya, mereka akan menganggap apa yang Aquilla ucapkan barusan itu adalah sebuah kata-kata romantis. Tapi tidak bagiku.“Aquilla, kau masih memiliki perasaan kepadaku?” tanyaku memecahkan keheningan ketika kami berada di pinggiran kota.Pria itu menunduk, menatap tepat pada mataku. Ekspresinya datar hingga sulit bagiku untuk membaca suasana hatinya saat ini. Aku juga penasaran dengannya. Apakah dia masih memiliki perasaan kepadaku atau tidak.Aquilla menggidikkan bahunya, terlihat tidak peduli dengan perta
“Sebenarnya apa yang telah terjadi di antara kalian sih?! Kenapa wajah kalian memerah seperti orang mesum?!”Aku mendelik tajam pada Jake dan melayangkan pukulan pada dadanya sekuat mungkin. Pria bermata emas itu mengaduh kesakitan seraya memegangi dadanya. Terlihat mendramatisir karena kau tahu, pukulanku belum sekuat itu hingga membuatnya mengaduh kesakitan.“Aktingmu buruk sekali, Jake,” kataku mencibir.Jake berdecih kemudian kembali bersikap normal. “Aku dan kantong darah itu sudah mengumpulkan banyak senjata dan juga keperluan untuk manusia.”Aquilla hanya mengangguk dan melangkah pergi meninggalkan kami menuju ke mobil.Jake menyusul kami seorang diri, berkat bantuan hubungan darah yang terjalin di antara kami bertiga. Dan yang lebih patut disyukuri daripada kabar yang dibawa oleh pria bermata emas itu adalah, Jake tiba ketika kami selesai berciuman.Kami, maksudku, aku dan Aqui
Fajar masih lama untuk beranjak dari peristirahatannya ketika kami akhirnya sampai di sebuah bangunan luas yang bertuliskan ‘Rumah Sakit Swasta De La Seine Saint-Denis.’Bangunan itu tinggi menjulang, dengan beberapa bagiannya telah rusak dan mulai berjamur. Tumbuhan merambat juga memeriahkan keindahan alami sebuah gedung yang sudah lama ditinggalkan.Aku melangkah keluar dari mobil, tanpa mengalihkan pandanganku dari bangunan tersebut. Sudut hati kecilku mengatakan betapa mengagumkannya tempat tersebut meskipun sudah ditinggalkan selama puluhan tahun. Namun karena pada dasarnya aku menyukai tempat-tempat ditinggalkan dan memiliki sejarah yang unik, aku merasakan sebuah perasaan antusiasme yang sangat menggebu-gebu untuk menjelajahi bangunan rumah sakit di depanku ini.“Kita langsung masuk?” Pertanyaan Jake mulai terdengar bersamaan dengan dirinya yang baru saja keluar dari mobil. Disusul oleh Aquilla da
Kami melangkah dalam diam menyusuri koridor rumah sakit yang sunyi. Samar-samar terdengar suara desisan yang dihasilkan oleh beberapa ghoul yang mungkin berkeliling mencari mangsa. Dan mungkin sebentar lagi salah satu dari mereka berhasil menemukan keberadaan kami berempat.Begitu Regenerators berhasil dikalahkan, kami bergegas masuk ke dalam gedung rumah sakit tersebut. Tak ingin membuang-buang waktu yang menyebabkan kematian dari ribuan manusia di dimensi lain terjadi.“Sesuai dengan dugaanmu Aquilla, ini benar-benar jebakan.” Jake mengedarkan pandangannya ke sana kemari, memperhatikan sekitarnya yang terasa begitu sepi dan sunyi. “Jika bukan jebakan, aku rasa tidak mungkin Zhou Yanchen hanya meletakkan satu makhluk menjijikkan setinggi dua meter yang baru saja kita kalahkan itu di tempat ini. Dia pasti akan menaruh lebih banyak lagi makhluk-makhluk ciptaannya.”“Terlepas dari melepaskan atau tid
Rasanya aku pernah merasakan perasaan ini. Rasa nyaman ketika tidur terasa nyenyak itu benar-benar membuatku enggan untuk membuka mata. Kehangatan bercampur rasa dingin yang entah kenapa terasa tidak asing ini, melingkupi seluruh tubuhku. Rasa pegal yang disebabkan oleh posisi tidur yang kurang nyaman juga terasa.Kemudian, beban berat terasa di puncak kepalaku. Menjadikannya sebagai tempat peristirahatannya. Perasaan tidak nyaman kemudian menderaku, menyebabkan rasa kantuk yang perlahan hilang dan membuat kedua mataku terbuka. Pemandangan pertama yang kulihat adalah dada seseorang. Aku tidak lagi terkejut ketika melihat hal tersebut. Kali ini aku mengingatnya. Aku tidur di pangkuan Aquilla setelah semalaman menjelajahi bangunan rumah sakit yang entah seberapa luasnya itu.Tak ingin membuat tubuh Aquilla semakin kesakitan, walaupun aku tahu itu adalah sebuah kemustahilan, aku bergegas beranjak dari posisiku walaupun masih berada dalam pelukan
Perbincangan kami yang sebenarnya tidak begitu masuk di akal tersebut, berakhir begitu saja ketika terdengar suara desisan yang selalu dikeluarkan oleh ghoul muncul di sekitar kami. Alhasil, Aquilla bergegas bangkit dari duduknya, mempersiapkan senjata api laras panjangnya kemudian menembaki ghoul tersebut yang muncul di pintu masuk ruangan ini.Entah bisa kusebut sebagai keberuntungan atau bukan, namun yang pasti, aku bisa terhindar dari percakapan serius serta kemesraan yang baru pertama kali kurasakan tersebut.Aku tidak pernah berpacaran sebelumnya. Aku terlalu sibuk memikirkan cara bertahan hidup di Keluarga Andromeda, kemudian begitu memutuskan keluar dari keluarga tersebut dan memasuki Keluarga Ellias, aku langsung mendaftarkan diri sebagai prajurit cilik militer Erythroupoli. Dan selama masa pelatihan pun, aku lebih memilih disibukkan untuk mendapatkan nilai terbaik selama pelatihan. Hal tersebut membuatku tidak bisa berintera
Aku memandang ragu pada Aquilla yang tampak menyetujui rencana yang kuucapkan tersebut.“Kau yakin menggunakan cara ini? Aku saja ketika memainkan gamenya selalu gagal dan berakhir aku menangis karena takut,” ujarku kembali menanyakan keputusan Aquilla tentang rencanaku.Rencanaku adalah, untuk mengalahkan makhluk yang disenjatai wolverine claws itu, kita harus melumpuhkan parasit di punggungnya. Karena bentuknya yang hampir sama seperti pada sebuah video game yang kumainkan di sela latihan militer.“Dan jika kelemahannya bukan pada punggungnya, kita tinggal memenggalkan kepalanya, bukan?” Aquilla terlihat tersenyum miring, mengejekku yang meragukan keputusannya, “Atau begini saja. Kamu yang bertugas untuk menembakinya, dan aku menggunakan pedangku untuk memenggal kepalanya.”“Bagaimana jika kulit kepala itu keras seperti cangkang kura-kura?” tanyaku merasa tidak mau kalah karena di