"Ah, iya ... aku mengatakannya pada saat itu," jawab Ophelia. Ia berusaha tersenyum selayaknya senyuman Ilkay, akan tetapi mengapa terasa sulit?
"Kau membutuhkan teratai putih kuno setelah Kerajaan Lotus dihancurkan. Bukankah kekuatanmu dalam masa yang tidak stabil?" tanya Ilkay.
Deg.
Bagaikan jantungnya berhenti berdetak dan petir menyambar di benaknya secara berkali-kali, Ophelia benar-benar membungkam mulutnya pada saat itu.
"A–aku ...."
"Tidak masalah jika kau menyembunyikannya," sela Ilkay.
Namun, bukan itu maksud dari wanita berambut mahoni tersebut. Dengan cepat ia menggelengkan kepala dan berdeham untuk memperbaiki jantung yang masih saja berdetak tidak karuan.
Setelah jantungnya ia perbaiki dengan baik, mata nan indah itu menatap tajam pada Ilkay. Tentu saja, pria berambut kuning keemasan itu masih saja menunjukkan senyuman yang entah mengapa kali ini berhasil membuat Ophelia kesal.
"Dari mana kau mengetahuinya?"
Disakiti atau menyakiti?Ophelia tidak akan pernah mengetahuinya jika ia tidak pernah mengalaminya.Tak cukup waktu yang lama ia menyadari akan perubahan rasa hatinya pada Ilkay. Ke mana tingkat kewaspadaannya? Mengapa berubah menjadi rasa nyaman yang pernah membuatnya mual?Dia kembali mengangkat wajah, menatap rambut keemasan itu berpadu dengan warna alam yang dominan hijau.Mengingatkannya pada ksatria yang menjadi pengkhianat kerajaan hanya demi dirinya tak lagi hidup penuh penderitaan."Kau mengetahui bahwa aku pemilik kekuatan purnama merah, bukan?"Ilkay bungkam. Anehnya, pria itu tersentak dan menghentikan langkah kakinya. Aura gelap begitu terasa di sekitarnya membuat mau tak mau Ophelia menelan air ludahnya dengan begitu sulit.'Apa aku salah bicara?' pikir Ophelia. Akan tetapi, ia yakin bahwa dirinya tidak bersalah."Kau tahu tentang manusia abadi?" tanya Ilkay.Ophelia bertanya dan dibalas dengan pertanyaan I
“Teratai putih kuno adalah kuncinya.” “Lalu, ke mana kita akan pergi?” Ophelia mengernyit. “Reruntuhan Kerajaan Lotus.” Deg. Berkali-kali jantungnya dibuat terkejut setiap ucapan Ilkay. Berkali-kali juga keringat dingin merembes dari keningnya yang lebar. Tempat dan kejadian yang tidak diinginkan oleh Ophelia–menjadikannya trauma yang sulit untuk dihapus. -oOo- Ophelia POV Badai berlalu, berganti dengan teriknya sinar matahari. Berjalan melewati lumpur, semak belukar. Berlindung dari monster-monster yang mengerikan yang berada dalam hutan, lalu melarikan diri jika bahaya mengancam.
“Ke–kenapa?” Bahkan, bermain pedang saja tidak bisa, bagaimana caranya aku bertahan hidup? “Dengan kekuatan itu, kau pasti bisa melakukannya,” jawab Ilkay. Kernyitan muncul di keningku. “Kau … sungguh pria yang tidak dapat ku mengerti hanya dengan kata-kata saja.” -oOo- Author POV Masih berlanjut dengan berjalan kaki menuju tempat yang tidak diketahui. Ophelia hanya bisa mengikuti pria yang ada di depannya seperti anak ayam. Sesekali mendengus karena merasa letih, lalu menatap tanah yang berubah setiap daerah baru mereka lewati. ‘Mau sampai kapan kita berjalan?’ pikir Ophelia. Pada akhirnya, ia menengadah hanya untuk melihat langit yang cerah. ‘Hari ini cuaca sangat cerah, untungnya aku berada di dalam hutan,’ sambungnya. Bagi wanita itu, beruntung karena panas yang tidak mengenai dirinya sehingga tidak terlalu letih ketika dalam perjalanan, akan tetapi ia harus menerima bahaya yang mengancam dari hewan buas yan
Ilkay menjentik kening Ophelia yang terlihat mengernyit. "Jika itu masalah bayaran, kau tidak perlu khawatir. Koin dapat dicari, tapi nyawa tidak dapat diganti."Itu benar. Nyawa tidak dapat diganti dan tentunya kehidupan itu hanya ada satu kali. Akan tetapi … menurut Ophelia, itu tidak berlaku padanya, sebab Ophelia telah mengalami kehidupan kedua dengan pikiran yang masih utuh.-oOo-Aku melangkahkan kaki setelah orang yang ada di depanku melangkah. Begitu hati-hati, sampai aku bosan untuk menatap tanah– lebih tepatnya lumpur.Pada akhirnya, aku memutuskan untuk berhenti dan menatap punggung Ilkay yang kekar seperti ksatria.“Ada apa? Kau marah?” tanyaku.
"Kau ...."Ilkay mengeluarkan suaranya, tapi suara tersebut terhenti begitu saja, sampai tangannya bergerak menuju tangan dan menutup wajahnya. Ia mendengus sambil mengusap wajah dengan kasar.Sebenarnya, aku tidak peduli dengan reaksinya. Tapi, melihat pria pengembara itu terlihat frustasi, aku pun mengalihkan pandangan.Aku mencoba untuk berdiri dan membersihkan kedua tangan dengan baju, tapi– ah, sayang sekali jika baju ini kotor. Hanya ada satu baju yang tidak dapat diganti sebelum pria pengembara dengan rambut pirang itu mau membelikanku baju lagi; meskipun itu tidak mungkin.Ilkay yang ada di sampingku menjangkau tanganku, memegangnya dan membersihkannya dengan sapu tangan yang tiba-tiba ada dari dalam jubahnya.&
Aku pun menggeleng hebat yang membuat Ilkay mengernyit.“Kenapa?” tanya Ilkay meminta penjelasan akan sikapku.“Kau ingin melawannya?” tanyaku.Mendengar pertanyaan yang dilontarkan padanya, Ilkay pun menjawab,“Jika aku tidak melakukan itu, mereka akan tetap berada di sini.”Pandangannya berganti pada Hydra yang tak kunjung beranjak dari tempatnya. Sorot mata Ilkay menajam dan tangan yang disembunyikan dari jubah yang sedang dikenakan itu ia keluarkan. Terlihat jelas pedang yang pernah sekali ia gunakan.“Hydra dapat mencium bau manusia dan selama kita tidak muncul, mereka akan tetap berada di tempat ini.”
“Setidaknya, biarkan aku membantumu,” pintaku, seakan memelas kepada Ilkay.Namun, alih-alih mendapat izin, Ilkay justru tertawa sinis. Ya, aku yakin dia sedang merendahkanku.“Apa yang bisa kau lakukan?” tanya Ilkay.Pada saat itu, suara lolongan dari serigala terdengar dari dekat. Itu berasal dari monster yang baru saja datang ke tempat ini. Badannya sangat besar, tapi bisa dikatakan sebagai badak. Pada pundaknya, terdapat duri-duri seperti landak dengan ujungnya yang berwarna merah. Seolah merah merupakan darah para penjelajah atau pemburu yang gagal melawannya. Sedangkan wajahnya … seperti serigala dengan mulut yang panjang dan telinga seperti singa. Semua giginya merupakan gigi taring dan itu pun dipenuhi dengan lendir.‘Mo
“Apa tidak ada yang bisa aku bantu?" tanyaku, meskipun tak ada orang yang mendengar pertanyaanku. Lagi-lagi aku mendengus. Tapi, kali ini perasaanku berbeda dari sebelumnya. Tubuhku secara tiba-tiba menggigil dan sesuatu yang ada di belakangku membuat tubuhku membeku. Bayangan yang besar ada di bawah, dan aku dapat menduga siapa yang ada di belakang hanya dengan hangatnya nafas yang mengepul mengenai puncak kepalaku. Mataku melebar, mulutku terkunci, dan suaraku tercekat hanya untuk berteriak. Aku dapat menduga bahwa sesuatu yang besar mengancam nyawaku dan ketika aku berbalik– Ledakan pun terjadi. [] Ilkay berusaha menghindari serangan semburan api yang keluar dari mulut Hybrid. Dia terperanjat kaget ketika mendapati suara ledakan yang begitu nyaring dan besar berada di dekatnya. “Suara apa itu!?” tanyanya. Sempat untuk membalikkan tubuh, mengalihkan pandangan tepatnya pada tempat Ophelia bersembunyi. Ilkay melebarkan mata. Dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi