"Eh, tunggu. Tadi lo bilang Della keserempet mobil?" tanya Winda.
"Perasaan gue gak bilang Della, deh. Tapi ada cewek yang keserempet mobil."
"Tapi kok gue curiga Della yang keserempet itu mobil," ucap Winda yakin.
"Serius lo?" Riga tampak berubah roman wajahnya.
"Kalau serius apa gak, bisa kita coba cari tahu!"
"Caranya?"
"Ya, bertanya Riga. Kan di dekat kejadian itu ada banyak orang. Salah satunya bisa aja kenal sama sosok Della," jelas Winda.
"Oh, iya. Cukup banyak yang kenal sama gue dan Della. Terutama petugas keamanan taman. Kan gue ke sana gak cuma hari minggu pas olahraga aja."
"Kita balik ke taman, cari tahu!" ajak Winda.
Riga tumbuh semangatnya. Walau belum tentu akan tahu keberadaan Della, tapi dengan petunjuk kecil yang didapat, dimana Della berada bisa saja diketahui.
"Ayo, berangkat!" ajak Riga.
Baru saja keduanya beranjak berdiri, Wirahadi keluar dari dalam rumah.
"Loh, pada mau kemana
"Loh, memangnya kenapa sama Della? Kok, lo terlihat cemas gitu?" tanya Nusi, lalu anggukkan kepala pada Winda yang berdiri di belakang Riga."Della belum pulang Bang," jawab Riga cepat."Kok, bisa?" Nusi kaget.Winda ambil alih, sebisanya dia jelaskan kronologi awal pada Nusi. Mengenai pertengkaran Riga dan Della. Diakhiri dengan cerita sampai sekarang Della belum pulang."Oh, aneh kalau gitu!" seru Nusi."Jelasin, Bang!" pinta Riga cemas."Tadi gue lihat Della keluar dari taman dengan wajah merah. Kayaknya lagi kesal dia, sampai gak lihat ada mobil lewat. Kena keserempet, terus pemilik mobil keluar. Della diajak pergi ke klinik. Eh, klinik apa gak, gue gak tahu pasti sih. Cuma yang gue lihat Della ya masuk itu mobil," jelas Nusi."Bang, lo kan keamanan taman. Masa iya, lo gak tahan dulu itu orang, tanya-tanya gitu dimana rumah orang itu, jaga-jaga kalau ada apa-apa sama Della," ucap Riga nyaris tanpa jeda."Lo ny
Tiga puluh enam tahun lalu.Senja jingga terlihat indah, tapi tidak bagi Jagat.Jagat, pria yang setahun lagi akan berusia empat puluh tahun itu berjalan dengan langkah lemas dan gontai.Kesedihan tampak terlukis nyata di paras tirusnya. Tubuh kurus kekurangan gizi. Wajar karena dia bukan orang yang bisa menikmati hidup dalam kemewahan, sederhana pun tidak, cukup pun tak bisa. Semua serba kekurangan.Kemiskinan yang dipunyai Jagat itu menjadikan dirinya hidup dalam kesendirian. Dia pernah menikah, tapi istri dan anak semata wayang telah pergi lebih dulu. Pergi tanpa pernah bisa kembali.Wabah sakit yang membuat istri dan anak Jagat tak bisa lagi menikmati keindahan dunia. Tetapi itu mungkin jauh
Hari ini.Minggu pagi yang cerah dilewati Dendi dengan berbincang santai bersama Wini, istrinya yang cantik dan bahkan menjadi salah satu mama muda tercantik di tempat mereka tinggal.Dewo anak mereka sedang diajak jogging pagi oleh Winda, adik dari Wini yang jauh lebih cantik karena usia muda dan status gadisnya yang belum berganti."Ni, berapa usia Winda saat ini?" tanya Dendi membuka percakapan."Tinggal dikurangi lima saja dari usiaku, Mas," jawab Wini."Oh, dua puluh empat. Hmmm, apa dia tak mau menikah? Usianya kan sudah cukup matang, tuh!""Winda kayaknya gak ada tuh cita-cita mau jadi perawan tua, Mas. Tapi sampai saat ini
Tiga puluh enam tahun lalu.Jagat duduk bersila dengan kepala menunduk khidmat di depan Ra Kala yang berada di dalam cermin.Jagat menunggu titah Ra Kala agar dia dapat hadiah yang dijanjikan Ra Kala, jika berhasil laksanakan tugas yang diberikan."Catat dalam hatimu. Apa kamu siap?""Daulat rajaku, aku siap!" ucap Jagat layaknya seorang hamba sahaya."Tugas pertamamu, yaitu nikahi gadis perawan sebanyak tiga belas perawan dalam selang waktu tiga tahun sekali, mengerti!""Ya, rajaku," jawab Jagat yang senang karena tugas yang diberikan itu bukan tugas sulit."Tetapi kamu
Sebulan sejak pertemuan Jagat dan Ra Kala di alam mimpi pun berlalu.Jagat telah kembali ke desa tempat masa kecilnya, tapi bukan ke gubuk yang lama. Tidak, dia kini tinggal di rumah besar yang dibangun belum lama, jadi masih terlihat baru dan juga yang paling besar. Gubuknya yang lama masih ada dan itu berada di samping rumah, tetap dibiarkan utuh sebagai kenangan.Jagat pun menjelma menjadi orang kaya baru di desa Sindang Sari, desa kecil yang terletak di bawah kaki gunung Karang. Desa yang sejatinya cukup terpencil itu, kini menjadi desa yang menjadi buah bibir penduduk desa lain, karena pernikahan Jagat yang kedua digelar besar-besaran dan turut mengundang siapa saja yang mau hadir.Memang hanya sehari saja pesta itu digelar, tapi sebelum pesta nikah digelar, Jagat telah buat pesta yang lain, pesta penyambuta
Ini hari kedua Cici menjadi istri Jagat. Selepas malam pertama, pandangan Cici terhadap Jagat berubah.Cici yang tadinya takut pada Jagat, berbalik menjadi sayang dan tak mau lepas dari suaminya itu. Semua berawal dari malam pertama yang penuh kesan lembut dan romantis, membuat bunga cinta Cici tumbuh mekar dengan cepat.Lalu saat terbangun dari tidurnya, sebuah hadiah kalung bermata merah terang membuat Cici bahagia, selain kalung ada setangkai bunga mawar merah untuknya.Tetapi Cici tak temukan Jagat di sisinya. Di bagian rumah yang lain pun tak ada.Kemana perginya Jagat?Pagi itu, di kebun belakang rumah Jagat.Jagat dud
Hari ini.Gadis yang memakai baju olahraga tangan panjang dan celana training panjang itu baru keluar dari dalam tenda tukang bubur ayam.Di leher gadis yang cantik itu ada handuk kecil berwarna biru yang senada dengan warna celana.Kulit putih gadis itu terlihat bercahaya, terutama parasnya yang menjadi penarik pertama sukma mereka para pria hidung belang maupun tidak.Gadis itu Winda, yang baru saja selesai sarapan pagi semangkuk bubur ayam bersama Dewo yang sedang berdiri di gerobak penjual susu kedelai.Satu setengah jam sebelumnya, Winda ajak Dewo joging pagi. Joging sih cuma butuh waktu sebentar, sekitar dua puluh menit berlari dari rumah menuju taman kompleks perumahan. Tetapi yang lama itu menunggu Dewo asyik bermain aneka macam permainan di taman, seperti perosotan, ayunan dan lainnya.Baru setelah merasa bosan, Dewo yang lapar ajak Winda makan bubur ayam.Walau harus keluar duit buat keponakannya itu, tapi Winda senang darip
"Oya, Mas. Sebaiknya lupakan saja niat Mas untuk cari jodoh buatku. Bukan aku tak suka Mas ikut campur, maaf saja... aku mau cari sendiri. Kecuali aku sendiri yang minta tolong pada Mas," ucap Winda yang masih panas hatinya.Dendi memerah wajahnya.Wini yang duduk di sebelah Dendi, cepat genggam tangan suaminya itu."Win... Kakak bisa mengerti jika kamu menolak. Mungkin cara penyampaian kami yang kurang berkenan untukmu. Mungkin juga kami datang di saat waktu yang tepat. Tapi percayalah, maksud kami baik. Jadi tolong jangan salah paham. Mas Dendi tak bermaksud jahat, dia ingin lihat kamu bahagia. Itu saja tujuan kami," ucap Wini tenang."Kak Ni, aku mengerti. Mas Dendi tak ada niat jahat padaku. Ya, sudahlah. Aku minta maaf pada kalian berdua. Mungkin ada ucapan kasarku yang buat salah satu di antara kalian sakit hati." Winda tatap Dendi.Dendi mendengus. Dia tetap tak terima dengan cara minta maaf Winda. Namun setelah dia berpikir lebih jauh