“Ayah, apa-apaan, sih! Bukannya bertanya padaku terlebih dahulu, eh tiba-tiba langsung main jodoh-jodohkan saja!” kesal Fannia, membuka pintu rumah Michael dan bergegas berjalan keluar menuju mobilnya.
Pada saat Fannia baru saja tiba di dekat mobilnya,
“Hai ….”
Michael berdiri di depan pintu, menyapa Fannia sambil melemparkan senyum kearahnya. Sontak, langkah Fannia seketika berhenti. Kepalanya langsung memutar, memandang sinis kearah Michael.
“Mau apa, kamu!” bentak Fannia, dengan posisi tangan memegang tuas pintu mobilnya.
“Ah, tidak ada … Ayahmu meminta saya untuk menyusul kamu keluar,” kata Michael, menyandarkan tubuhnya pada sebuah pilar di dekat pintu masuk rumah. “Untuk apa? Menjodohkanku denganmu?” tanya Fannia. “Hmm … entah lah, coba tanya sendiri saja deh,” jawab Michael,Michael menatap kebingungan kearah Fannia, sambil menggaruk kepalanya. ‘Ih, apaan sih! Aneh banget …,’ batin Michael, menatap sambil mengerutkan keningnya kearah Fanni, yang sedang berjalan menuju gerbang rumahnya. “Woy! Ini kunci mobilnya!” teriak Michael, sambil menggoyang-goyangkan kunci mobil Fannia kearahnya. “Hah?”Sontak, langkah kaki Fannia terhenti lagi. Lalu, dia menoleh kearah Michael. Kemudian, dia berjalan kembali kearah Michael, dan mengambil kunci mobilnya dari tangan Michael. *Jeglek!* *Brem-brem …*Fannia masuk ke dalam mobilnya, dan langsung menghidupkan mesin mobilnya. Namun anehnya, Fannia tidak memasukkan persneling dan menginjak pedal gas mobilnya. Melainkan hanya terdiam, sambil memegang stir mobilnya. Melihat itu, Michael perlahan berjalan menghampiri Fannia, dan, “Woy! Jangan
*Brem-brem … bremmmm …*Pengemudi HV F5 itu, menginjak pedal kopling mobil, sambil menginjak-injak pedal gasnya di sambil mobil Fannia. “Eh!”Fannia seketika panik, melihat mobil itu yang tadinya berada jauh dibelakang, dengan jalannya yang terhalang oleh mobil-mobil lain, tiba-tiba sudah berada di samping mobilnya. Sontak, Fannia langsung menambah kecepatan mobilnya, dan melesat pergi meninglakna mobil itu. Awalnya, mobil Fannia melaju jauh di depan mobil HV F5 itu. Namun, beberapa menit saja, Fannia kembali melihat kearah kaca spion mobilnya, dan mobil HV F5 itu sudah berada tepat di belakang mobilnya. “Sial! Lampu lalu lintasnya pake merah segala, lagi … huh!”Fannia melihat kearah depan, banyak mobil yang sedang berhenti menunggu lampu lalu lintas berubah hijau. Sontak, Fannia langsung membanting stir mobilnya kearah kiri. Melihat kalau jalur lurusan itu sepi dan hanya ada d
*Brem-brem …* *Brem-brem …*Mobil Fannia dan Oscar, sudah berada di garis Start. Suara knalpot dari masing-masing mobil mereka bersahut-sahutan, menunggu ‘si Wanita pemegang bendera’, masuk ke lintasan balap. Tampak dari sisi sebelah kanan, Wanita itu berjalan melenggang, masuk ke jalur lintasan sambil membawa dua buah bendera di masing-masing tangannya. Kemudian, wanita itu menghadap kearah mobil Fannia dan Oscar, mengangkat kedua bendera itu, lalu semua orang yang berada disana, menghitung mundur dari, “Tiga … dua … satu!” *Breeeemmmm …*Bendera di jatuhkan, tanda balapan telah dimulai. Fannia dan Oscar, menginjak pedal gas mobil mereka, dan melesat pergi meninggalkan garis Start.Fannia memimpin dengan jarak setengah meter di depan mobil Oscar. Namun, sekian menit saja, posisi berganti dengan mobil Oscar melewati mobil Fannia. Kemudian, mobil Fa
“Hufffttt … yah sudah, aku pulang dulu, ya. Cukup melelahkan balapan denganmu tadi. Yahhh, meskipun tadi, aku masih bisa menang darimu, sih …,” kata Fannia. “Hahaha … eh, sudah jelas-jelas kamu tertinggal jauh di belakang,” ejek Oscar. “Iya, aku sengaja mengalah darimu. Lagian, rencana awalnya ‘kan memang seperti itu? Oh iya, kamu terlalu keras menghantam mobilku tadi. Beruntung aku masih bisa mengendalikan stir mobilku,” kata Fannia, menepuk lembut bahu Oscar. “Eh, iya kah? Wah, maaf sekali, Fannia, aku tidak tahu tentang itu. Mungkin karena laju mobilku, stir mobilnya menjadi sedikit sulit untuk di kendalikan. Tadi, mobilku sudah goyang-goyang juga, saat menghantam ke mobilmu, dan juga, Body mobilku menjadi lecet. Hadeh … beruntung, aku punya bengkel mobil sendiri,” kata Oscar. “Hahaha … maaf, ya, sudah merepotkanm
Sesampainya di perjalanan, Angel yang tadinya tengah duduk di sebelah Jordi sambil bermain ponsel, menoleh kearah Jordi dan membuka percakapan. “Jor, setahu kamu, bengkel yang bagus di kota ini, dimana?” tanya Angel. “Hmm … kemarin, saya memperbaiki kaca mobil Limousine anda, Nona, di bengkel bernama Heffner Performance. Bengkelnya sih, lumayan jauh, Nona … sekitar dua puluh satu jam, dari kampus anda,” jawab Jordi, sesekali menoleh kearah Angel sambil mengemudi. “Dua puluh satu jam? Wah, jauh juga, ya. Kalau tidak di perbaiki, sayang banget …,” kata Angel. “Hmm … kalau anda izinkan, saya bisa membawa mobil anda kesana, Nona. Setelah mengantar anda, saya bisa langsung berangkat. Bagaimana, Nona?” tanya Jordi. “Duh, saya tidak enak kalau harus menyuruh kamu pergi kesana, Jor. Jauh banget loh itu,” jawab A
“Dok! Dokter! Dokter!” teriak Cassey, masuk ke dalam ruang UGD. “Eh! Ada apa ini?” tanya Bu Dokter, terkejut dan langsung bangkit dari tempat duduknya. “Dok! Tolong teman saya, Dok!” teriak Cassey, tanpa menjawab pertanyaan dari Dokter itu. “Eh, Angel? Apa yang terjadi pada …,” “Hidungnya mengeluarkan banyak darah, dan dia juga tidak sadarkan diri. Dok, ayo buruan!” potong Cassey. “Eh, i-iya, baringkan dia di atas tempat tidur.”Cassey langsung bergegas membawa Angel menuju ke tempat tidur yang ada di ruangan itu, dan langsung membaringkannya. Lalu, Dokter itu langsung meletakkan bantal di antara kepala dan punggung. Jadi, kepala bagian atas Angel, menyentuh kasur tempat tidur itu. Posisi kepala Angel, di dongakkan sedikit keatas, agar darah yang tadinya mengalir keluar, kini masuk ke dalam. Dokter itu meng
“Hmm? Aku dima … aww! Duh, keningku kenapa, ya?”Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh, Angel tiba-tiba terbangun. Dia mencoba mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur, namun tiba-tiba keningnya terasa nyeri. Dia mengelus pelan keningnya, mencoba merasakan apa yang membuat keningnya terasa sakit. “Eh, ini ‘kan ruangan UGD yang waktu itu? Mengapa aku bisa berada disini lagi? Hmm …,” bisik Angel, melihat sekeliling sambil terus meraba keningnya.Angel menuruni kedua kakinya ke lantai, lalu berjalan dengan sedikit berpegangan benda-benda yang ada di sekitarnya. Sampai di sebuah ruangan, dia melihat Chelsea, Cassey dan Fanny, tengah berbicara dengan Dokter yang pernah merawatnya tempo hari. “Chel? Cass? Fan? Kalian sedang apa disini?” tanya Angel menyapa teman-temannya. “Eh, Angel! Kamu sudah bangun? Duh, kamu harusnya tetap berada di tempat tidur saja
“Wah, iya, Sher … tadi, kami melihat kalau si Angel di gendong oleh Cassey, menuju UGD, dan wajahnya terlihat sangat panik. Tak berselang lama, kami juga melihat kamu, Fanny dan Chelsea, mengikutinya dari belakang. Merasa penasaran, aku dan Camille, mengejar kalian untuk bertanya tentang apa yang sudah terjadi. Namun, beberapa meter sebelum tiba di depan UGD, kami melihat kalau kamu sudah lari terbirit-birit, setelah memukul tangan Chelsea yang menarik kerah bajumu. Kami menjadi sangat penasaran, dan langsung bergegas menghampiri Chelsea dan yang lainnya, dan tidak melihat kalau si Gila itu, berdiri tepat di hadapan kami. Karena wajahnya menghadap ke depan, kami tidak mengetahui dan berjalan melewatinya. Eh, tiba-tiba dia menyapa kami, lalu menyentuh bahu kami berdua, ighhh …,” jelas Hanny, dengan tubuh yang juga menggil setelah selesai berbicara. “Hahaha, untung saja aku sempat melarikan diri, kalau tidak …,”