“Apa-apaan si Angel itu! Mau cari muka dia, di depan Rektor dan para Mahasiswa-Mahasiswa itu, ya?” bisik Camille pada teman-temannya.
Camille merasa geram melihat Angel yang bertingkah, berlagak menjadi seorang pahlawan di depan Rektor dan para Mahasiswa yang tengah menyaksikan itu. Camille membuka mulutnya, berniat untuk membantah Angel. Namun,
“Ang …,”
“Hei, Ngel! Kamu tiba-tiba datang, lalu mengintrogasi kami semua untuk apa? Kamu ingin unjuk gigi di depan Pak Rektor, dan para Mahasiswa ini, ya? Ah, atau kamu suka dengan Michael?” potong Sherly, bertanya pada Angel, dengan raut wajahnya yang sudah sangat kesal pada Angel. “Ah, pantas saja dia tiba-tiba muncul dan berkata, layaknya seperti sedang menyudutkan kita, agar orang-orang menganggap kalau kita hanya membuat berita bohong, dan menyelamatkan Michael. Wah, seandainya cara ini berhasil, kamu bisa menaikkan nama di“Oke, berdirinya saya disini, ingin …,” “Hmm, maaf, Saudara Michael …, la-langsung pada inti permasalahannya saja, hehe … maaf kalau saya lancang,” potong Hans, dari arah seberang Michael.Sontak, seluruh Mahasiswa itu langsung tertawa terbahak-bahak, melihat kelakuan dari Michael. Terlihat, Rektor itu tengah menggelengkan kepala sambil menekan kening menggunakan jari tangannya, dan tersenyum kecil melihat kelakuan Michael. Michael hanya bisa tertawa dan menunduk sambil menggaruk kepalanya, berusaha menutupi rasa malunya. “Oke-oke, sudah cukup tertawanya … untuk Saudara Michael, silahkan …,” kata Pak Rektor, menghentikan seluruh Mahasiswa itu.Seketika, suasana kembali hening. Suara-suara yang mentertawakan Michael tadi, seketika hilang. Mental Michael jatuh setelah mendapat ejekan dari para Mahasiswa yang sangat banyak itu. Namun, dia mencoba menenangkan diriny
Masalah selesai, Rektor itu berjalan mendekati Angel dan Michael, dan berdiri di depan mereka menghadap para Mahasiswa yang tengah duduk itu. “Oke, atas kesalahpahaman yang telah kita saksikan bersama tadi, saya selaku Rektor di kampus ini, meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya harap, kejadian ini tidak terulang lagi, dan kejadian ini mengajarkan kita semua untuk tidak menuduh orang sembarangan, apalagi berniat untuk mempermalukannya di depam umum. Karena sebenarnya, orang yang berniat untuk mempermalukan orang lain, sama hal nya dengan mempermalukan dirinya sendiri. Itu saja yang bisa saya sampaikan, dan sekali lagi, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya pamit undur diri, terima kasih ….”Rektor itu berbicara pada seluruh Mahasiswa itu, bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Karena kejadian itu, para Mahasiswa sempat merekamnya menggunakan ponsel mereka masing-masing dan sampai permasalahan itu selesai pun
Setelah Angel masuk dan menutup pintu mobil, Michael langsung menginjak pedal gas mobilnya, dan berangkat pergi meninggalkan kampus. Saat mobil Michael berjalan kearah gerbang, mata Samuel masih terpusat menatap mobilnya tanpa berkedip, sampai mobil Michael pergi meninggalkan kampus, seketika pandangan Samuel terhenti kearah jalan. Anehnya, Samuel masih terus menatap kearah jalan, dan tak bergerak sedikitpun seperti sedang melamuni sesuatu. Tampak dari arah pintu pos penjagaan, petugas keamanan yang membawa Michael tadi baru saja keluar, sambil membawa segelas kopi. Lalu, dia berjalan menghampiri Samuel. Merasa kebingungan dengan apa yang sedang diperhatikan oleh Samuel sampai membuatnya tak bergerak dengan mulut terbuka, petugas keamanan itu melambaikan telapak tangannya ke hadapan wajah Samuel, lalu mengikuti arah matanya. “Kamu sedang melihat apa, Sam?” tanya Petugas Keamanan itu. “Michael baru saja pergi menggunakan mobil
Setelah kejadian yang sangat memalukan itu, Camille dan kedua temannya memutuskan mendatangi sebuah tempat karaoke dan menyewa satu ruangan untuk melampiaskan kekesalan mereka. Brak! “Sialan si Angel itu! Sumpah, aku malu banget tadi! Iggghhh!!!” kesal Camille sambil mengepalkan kedua telapak tangannya dan menghempaskan tubuhnya di sofa. “Iya, lama-lama si Angel itu semakin melunjak, ya! Sementang dia anak dari keluarga yang sangat kaya, jadi dia bisa seenaknya saja mempermalukan orang lain di depan umum seperti tadi. Aduh, kalau tak memikirkan terancam di keluarkan dari kampus karena membuat keributan di depan umum, apalagi ada Rektor yang turut hadir disana, sudah ku habisin dia,” sahut Sherly ikut menghempaskan tubuhnya di sofa. “Iya, apalagi dia muncul secara tiba-tiba, dan langsung menyudutkan kita. Hmm, mungkin kalau aku memiliki banyak uang, mungkin aku akan membayar se
“Hai, Max,” “Hans? Kamu datang terlambat lagi hari ini. Ada masalah?” “Ah, tidak ada kok. Tadi, ada sedikit perdebatan saja di kampus. Sekalian, aku mampir sebentar ke makamnya ayahku,” “Perdebatan? Perdebatan apa yang sampai membuatmu datang terlambat ke toko kita ini, Hans?” “Ah, tidak ada, Kok. Hanya masalah kecil saja.”Hans, seorang pria tampan bermata biru dengan gaya rambut pendek berwarna pirang, yang tadi sempat membantu Angel menyelesaikan permasalahan yang menimpa Michael. Setelah masalah selesai, Hans langsung menghilang entah kemana, di tengah kemenangan yang berhasil di raih oleh Michael, atas kesalahpahaman yang membuat wajahnya menjadi memar karena pukulan dari para Mahasiswa itu.Hans adalah sosok seorang pria yang sedikit pendiam dan tertutup. Semenjak kematian sang ayah yang masih belum diketahui penyebabnya, membuatn
“Relasi katanya, hmm … bagaimana caranya, ya? Biasanya, kalau ingin mempromosikan sesuatu itu, apa saja yang dibutuhkan, ya? Hmm ….”Hans berjalan di pinggir trotoar sambil memikirkan cara, agar toko roti peninggalan ayahnya itu bisa menjadi ramai seperti dulu. Temannya Max mengatakan kalau, dia ingin membuat tokonya itu menjadi ramai seperti dulu, dia harus menambah relasi atau berteman dengan banyak orang. Namun, cara itu sepertinya sangat sulit untuk dilakukan olehnya. Secara, dia tidak terlalu aktif di kampus, berbaur dengan para Mahasiswa lain. Dia lebih memilih untuk menyendiri, menyelesaikan pelajarannya di kampus dan pulang. Dia lebih sering menghabiskan waktunya dengan membaca buku di perpustakaan, dibanding berkumpul dengan Mahasiswa lain.Lalu, saat Hans tengah berjalan seorang diri, tiba-tiba dia melihat beberapa orang yang tengah berdiri tepat di seberang jalan, sambil membagi-bagikan selembaran kertas kepada orang-orang yang meli
“Lho, ternyata anda …, dulunya adalah seorang pemulung, Nona?” tanya Michael dengan raut wajah yang sangat terkejut. “Nona? Ngel, mengapa tuan muda ini memanggil kamu dengan sebutan Nona? Bukankah, kamu hanyalah seorang pemulung dan … karena bantuan Nyonya Karin, kamu bisa berpenampilan layak seperti sekarang ini, iya ‘kan?” tanya balik Wanita itu merasa kebingungan mendengar pertanyaan Michael. Wanita itu, dulunya merupakan seorang pelayan yang pernah mengusir Angel, ketika dia tengah memungut barang bekas di tempat pembuangan sampah yang ada di depan restoran itu. Wanita itu juga yang pernah menarik tangan Angel secara paksa, ketika Angel masuk bersama dengan Nyonya Karin dan anaknya Rachel untuk makan bersama. Dia hanya tahu kalau Angel hanyalah seorang pemulung yang hidupnya sedikit berubah karena bantuan Nyonya Karin. “Eh, tunggu dulu … Nona, coba anda jelaskan apa yang barusan dikatakan olehnya! Eh, tapi Joe tida
“Hmm, ini ‘kan brosurnya W Mall? Mall yang ada di sebelah toko ini, ‘kan? William Mendez? Hmm ….”Sembari menunggu Pria itu kembali, Hans melihat-lihat brosur yang berserakan di atas meja, dekat dengan mesin cetak itu. Tiba-tiba, pandangannya terfokus pada brosur milik W Mall dengan foto William yang terpampang jelas di halaman depan brosur itu. Kemudian, dia melihat-lihat isi dari brosur itu satu persatu dan tiba-tiba, “Nah, ini dia brosurnya ….”Pria itu datang kembali bersama dengan dua lembar brosur di tangan sebelah kanannya. Mendengar itu, Hans pun kembali meletakan brosur itu ke atas meja, dan berpaling ke Pria itu. “Nah, ini dia! Wah, ternyata ayah saya mencetak brosurnya disini. Pantas saja, saat itu toko rotinya sangat ramai,” kata Hans pada Pria itu. “Iya, saat itu memang toko roti kalian sangat terkenal dan yang paling membuat