“Kenapa, Chel?”
“Eh, kalian merasa ada yang aneh ngga sih?” “Aneh gimana, Chel?” “Iya, Chel, aku juga sempat merasa aneh, sih … secara ‘kan, kemarin si Angel sempat bertingkah aneh dan juga, dia sempat menampar pipinya Samuel dan menyebut nama si Michael setelah menampar pipinya. Jadi …,” “Nah, itu dia masalahnya!”Setelah Joe, Samuel dan Michael berangkat pergi meninggalkan rumah Angel, raut wajah Chelsea seketika berubah. Sejak awal, dia memang sudah mencurigai Michael yang tiba-tiba saja, ikut bergabung dengan Joe dan Samuel, yang harusnya dia itu sama sekali tidak pernah bergabung dengan mereka berdua. Michael juga tidak terlalu akrab dengan Angel dan William, setelah kejadian penolakan kontrak kerjasama itu.
“Gini ya … kalian tahu ‘kan, Angel dan William itu sama
Mendengar itu, Pria itu langsung tertawa kecil sambil menarik nafas dalam-dalam, karena sudah mulai terasa mual dan pandangan sudah mulai sedikit kabur. Pikirnya, kalau dia tidak berbicara dan hanya diam saja, sudah pasti dia akan memuntahkan seluruh anggur yang sudah diminumnya itu. “Hufffttt … namaku, Nilson. Kamu tidak perlu takut padaku. Yah, walaupun tampangku seperti ini, tapi aku bukanlah orang jahat. Aku terpaksa tinggal disini, yah … karena aku belum lama ini kehilangan pekerjaanku dan seluruh barang-barang yang ku miliki,” kata Pria itu, mencoba terus berbicara. “Kok bisa?”Ketakutan Angel mulai sedikit berkurang pada pria itu dan mulai ingin berbicara dengannya. Sontak, mendengar pertanyaan Angel, dia pun langsung tersenyum dan merasa sedikit senang. “Perusaan tempatku bekerja, di rebut oleh asisten si CEO perusahaan itu. Yah, karena itu lah, seluruh pekerja yang
“Sayang? Hei!” bentak Sonia sambil menepuk bahu kirinya William. “Eh!? Oh, iya, Sonia, Kak Angel itu …, hmm, ah! Dia itu adalah salah satu investor yang katanya ingin bekerja sama di perusahaanku, Sonia. Nah, jadi … gara-gara salah seorang pekerjaku melakukan kesalahan, beliau pun marah dan pergi meninggalkan perusahaanku. Nah, aku memaksa klienku untuk mencarinya dan membujuknya, agar dia mau menjadi investor di perusahaanku itu,” jelas William dengan sedikit berbohong. “Oh, seperti itu … hmm, maaf ya, Sayang, aku tadi sempat menguping pembicaraanmu dari luar sini, hehe … aku terkejut mendengar kamu marah-marah tadi,” kata Sonia. “Iya, ngga apa-apa kok, Sonia. Yah sudah, ayo kita kembali ke depan.”*** “Huaaahh … wah, sepertinya udara malam ini semakin dingin. Hmm, aku pulang dulu lah ya …,” kata An
“Hei, mau kemana kamu, ha? Ayo masuk, aku sudah mengantuk dan ingin segera tidur,” “Ahhh! tolooong … pelan-pelan, dong, ahhhh …,” “Sssttt! Apaan sih kamu, buruan masuk!” “Tangannya jangan nakal, ya,” “Hmm, nama kamu William, ya?” “Hmm, tidak ada apa-apa. Hufffttt … kepalaku pusing banget. Aku permisi menyandarkan kepalaku ke bahumu, ya? Janji tidak macam-macam, deh,” “Eh, kita sudah sampai, lho … sebentar, saya ingin keluar dulu dan …,” “Nggak! Ish … sebentar lagi, dong … lima menit lagi,” Zeeeebbb …Saat Camille tengah berbicara dengan terbata-bata di depan William, tiba-tiba dia teringat dengan kejadian malam itu, mulai dari pertemuannya dengan William saat di depan Ka
“Gila! Itu serius, Cam?” “Wah, kalau itu sih parah … wah, bahaya banget kamu.”Ekspresi bahaya yang awalnya tergambar di wajah Sherly dan Hanny, kini seketika ikut panik setelah mendengar lanjutan cerita dari Camille. “Itu dia masalahnya! Aku juga tidak sadar, mengapa aku bisa sampai berbuat yang seperti itu. Yah, mungkin karena efek anggur, jadi … tubuhku seperti panas, ditambah lagi ada lawan jenis yang membuat rasa panas itu semakin bertambah panas dan …,” “Yah, untungnya kamu tidak sampai terbakar, ya,” potong Sherly. “Wahahaha … sudah terlanjur terbakar dan bahkan, aku sudah hampir meleleh, Sher, hahahah … tapi untungnya, sikap dia padaku sangat dingin. Jadi, kami tidak sampai membuat mobil itu bergoyang-goyang, hahaha,” kata Camille sambil tertawa. “Wah
“Eh? Bapak ingin menjebloskan saya ke penjara? Bapak yakin? Hmm, begini, kalau kartu itu terbukti punya saya, apakah bapak juga bersedia di jebloskan ke penjara?” tanya Angel yang sudah sangat kesal melihat perlakuan si petugas keamanan itu. “Lho, kenapa saya harus di jebloskan ke penjara?” tanya si petugas keamanan itu kebingungan. “Bapak sudah menuduh saya mencuri Black Card itu. Secara otomatis, bapak sudah mencemarkan nama saya di depan semua orang, lho …,” jawab Angel. “Lho, ini bukan …,” “Hmm, maaf, bisa tolong masukin pin yang ada di kartu ini?” tanya Kasir itu sambil menyeringai pada Angel.Kasir itu terlihat seperti sedang menyepelekan Angel dan berpikir kalau Angel sudah pasti tidak tahu pin dari Black Card itu. Namun, bukannya Angel langsung memasukkan pin dari Black Card itu, itu terlihat seperti sedang berpikir dan b
Si Kasir dan petugas keamanan itu langsung terkaget-kaget melihatnya. Mata dan mulut mereka langsung terbuka lebar seketika, melihat Angel baru saja memasukkan pin dari Black Card itu dengan benar. “Hadeh … ‘kan sudah ku katakan dari tadi kalau kartu ini tuh milik saya. Sudah lah, selera makan saya hilang dan perut saya juga sudah kenyang karena …,” “Nggak!”Belum sempat Angel menyelesaikan perkataannya dan baru saja dia ingin mengambil Black Card miliknya yang tengah tergeletak di atas meja kasir, si Kasir itu langsung memotong perkataan Angel dan langsung mengambil Black Card milik Angel. “Saya sangat yakin kalau ini bukan punya kamu! Kamu pasti sudah mencurinya dari seseorang yang bernama Angel, ‘kan!?” tanya si Kasir itu dengan membentak Angel sambil menunjukkan Black Card itu. “Lho? Kok kamu malah menuduh saya? Hmm, nih s
“Tampan? Eh, dengar ya … mantan pacarku saja, berasal dari keluarga yang sangat kaya, bahkan kekayaannya itu hampir di seluruh belahan bumi ini. Lalu, kamu mengatakan kalau teman kamu itu tampan? Cih! Setampan apapun dia, sekali GEMBEL ya tetap GEMBEL! Ya kali seorang Quinn berpacaran dengan GEMBEL!” bentak si Manager itu. “Nona, kok lama-lama nih orang ngeselin, ya? Rasanya tuh, tangan ini ingin sekali mengelus-elus pipinya yang kusam itu. Yah, sedikit memberikan tanda tangan saja. Boleh, ngga, Nona?” tanya si Kasir itu sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. “Eh, kamu ingin menampar saya? Wah, dengan senang hati saya akan memperbolehkannya. Jarang-jarang, lho, saya di tampar oleh seorang KASIR SOMBONG seperti kamu! Nih, silahkan tampar,” kata Angel dengan sedikit membentak sambil mengelus-elus pipinya. “Dih! Awas kamu ya!!!” Graaabbb!
Tamparan yang sangat keras, lagi-lagi kembali mendarat ke pipi mereka berdua. Telapak tangan Joe sampai memerah dan seketika, para pengunjung itu langsung perpelongo mendengar perkataan Joe. Mata dan mulut mereka terbuka lebar, seakan mereka tengah berpimpi dan kejadian yang baru saja mereka saksikan itu, seakan hanyalah mimpi semata. “Joe, hmm …, saya rasa, kamu tidak perlu berlebihan seperti itu,” kata Angel, berjalan menghampiri Joe. “Nona, kalau anda mau, saya akan langsung menutup restoran ini dan bahkan kalau anda izinkan, saya akan langsung menghancurkan restoran ini tanpa tersisa sedikit pun!” “Hmm …, tidak usah, deh. Lagi pula, saya datang kesini hanya untuk makan dan … ya, hanya untuk makan. Terima kasih karena kamu sudah repot-repot datang kesini, hehe … wah, kalau tidak ada kamu, mungkin saya sudah dibawa ke kantor polisi,” potong Angel, mencoba untuk