“Eh? Bapak ingin menjebloskan saya ke penjara? Bapak yakin? Hmm, begini, kalau kartu itu terbukti punya saya, apakah bapak juga bersedia di jebloskan ke penjara?” tanya Angel yang sudah sangat kesal melihat perlakuan si petugas keamanan itu.
“Lho, kenapa saya harus di jebloskan ke penjara?” tanya si petugas keamanan itu kebingungan. “Bapak sudah menuduh saya mencuri Black Card itu. Secara otomatis, bapak sudah mencemarkan nama saya di depan semua orang, lho …,” jawab Angel. “Lho, ini bukan …,” “Hmm, maaf, bisa tolong masukin pin yang ada di kartu ini?” tanya Kasir itu sambil menyeringai pada Angel.Kasir itu terlihat seperti sedang menyepelekan Angel dan berpikir kalau Angel sudah pasti tidak tahu pin dari Black Card itu. Namun, bukannya Angel langsung memasukkan pin dari Black Card itu, itu terlihat seperti sedang berpikir dan b
Si Kasir dan petugas keamanan itu langsung terkaget-kaget melihatnya. Mata dan mulut mereka langsung terbuka lebar seketika, melihat Angel baru saja memasukkan pin dari Black Card itu dengan benar. “Hadeh … ‘kan sudah ku katakan dari tadi kalau kartu ini tuh milik saya. Sudah lah, selera makan saya hilang dan perut saya juga sudah kenyang karena …,” “Nggak!”Belum sempat Angel menyelesaikan perkataannya dan baru saja dia ingin mengambil Black Card miliknya yang tengah tergeletak di atas meja kasir, si Kasir itu langsung memotong perkataan Angel dan langsung mengambil Black Card milik Angel. “Saya sangat yakin kalau ini bukan punya kamu! Kamu pasti sudah mencurinya dari seseorang yang bernama Angel, ‘kan!?” tanya si Kasir itu dengan membentak Angel sambil menunjukkan Black Card itu. “Lho? Kok kamu malah menuduh saya? Hmm, nih s
“Tampan? Eh, dengar ya … mantan pacarku saja, berasal dari keluarga yang sangat kaya, bahkan kekayaannya itu hampir di seluruh belahan bumi ini. Lalu, kamu mengatakan kalau teman kamu itu tampan? Cih! Setampan apapun dia, sekali GEMBEL ya tetap GEMBEL! Ya kali seorang Quinn berpacaran dengan GEMBEL!” bentak si Manager itu. “Nona, kok lama-lama nih orang ngeselin, ya? Rasanya tuh, tangan ini ingin sekali mengelus-elus pipinya yang kusam itu. Yah, sedikit memberikan tanda tangan saja. Boleh, ngga, Nona?” tanya si Kasir itu sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. “Eh, kamu ingin menampar saya? Wah, dengan senang hati saya akan memperbolehkannya. Jarang-jarang, lho, saya di tampar oleh seorang KASIR SOMBONG seperti kamu! Nih, silahkan tampar,” kata Angel dengan sedikit membentak sambil mengelus-elus pipinya. “Dih! Awas kamu ya!!!” Graaabbb!
Tamparan yang sangat keras, lagi-lagi kembali mendarat ke pipi mereka berdua. Telapak tangan Joe sampai memerah dan seketika, para pengunjung itu langsung perpelongo mendengar perkataan Joe. Mata dan mulut mereka terbuka lebar, seakan mereka tengah berpimpi dan kejadian yang baru saja mereka saksikan itu, seakan hanyalah mimpi semata. “Joe, hmm …, saya rasa, kamu tidak perlu berlebihan seperti itu,” kata Angel, berjalan menghampiri Joe. “Nona, kalau anda mau, saya akan langsung menutup restoran ini dan bahkan kalau anda izinkan, saya akan langsung menghancurkan restoran ini tanpa tersisa sedikit pun!” “Hmm …, tidak usah, deh. Lagi pula, saya datang kesini hanya untuk makan dan … ya, hanya untuk makan. Terima kasih karena kamu sudah repot-repot datang kesini, hehe … wah, kalau tidak ada kamu, mungkin saya sudah dibawa ke kantor polisi,” potong Angel, mencoba untuk
"Saya? Hmm ..., kemarin, saya sempat memulai sebuah projek pembangunan yang ... melibatkan Nona Angel. Nah, kebetulan, Nona Angel bersedia untuk bekerja sama dengan saya dalam projek pembangunan itu. Beliau pun ikut menaruh uang dengan nominal yang sangat besar ke dalam projek itu. Setelah itu, saya membuat surat perjanjian kerjasama dan ditanda tangani oleh beliau. Akan tetapi, baru-baru ini, saya bernasib buruk," jelas Michael. "Hah? Bernasib buruk bagaimana, Michael?" tanya si Manager itu dengan raut wajah terkejut. "Yah ... gara-gara termakan omongan dari salah seorang pemilik restoran yang tak jauh dari lokasi pembangunan projek itu, saya ...."Michael menghela nafas penuh penyesalan sambil mengelus-elus kening dan menggelengkan kepala. Dia seakan tak sanggup melanjutkan perkataannya. Lalu, "Hufffttt, sudah lah, Michael ... yang berlalu biarkan lah berlalu. Tidak ada gunanya kamu menyesali itu. Toh juga s
Vroom-vroom … “Oke, kita sudah tiba di Mendez Hotel.”Pukul sebelas malam, William dan Sonia tiba di depan pintu masuk Hotel. Kemudian, mendengar William yang mengatakan kalau mereka sudah sampai di tujuan, seketika Sonia langsung menoleh kearah Hotel itu sembari melepaskan sabuk pengamanan mobil. “Sayang, Hotel ini beneran milik kakakmu?” tanya Sonia sambil menatap kearah Hotel dengan mata yang terbelalak. “Iya, bagiamana? Bagus bukan?” tanya balik William sambil tersenyum pada Sonia.Sonia mengangguk dengan raut wajah yang sangat kegirangan sembari sesekali menoleh kearah Hotel. Tidak tahu kenapa, dia terlihat sangat bahagia sekali saat mengetahui kalau Hotel yang sangat mewah itu adalah milik kakaknya William. “Yah sudah, ayo kita lihat-lihat ke dalam,” ajak William.Tanpa berpikir panjang, Sonia langsung mengangguk dan mengiyak
Tok … tok … tok … “Eh!?”Sepuluh menit kemudian, Samuel selesai memesan makanan dan minuman, lalu dia pun ke luar dari restoran itu sambil membawa satu bungkus plastik berisi dua kotak makanan di tangan kanannya dan satu bungkus plastik berisi dua gelas plastik berisi Coffee hangat berukuran sedang. Dia berjalan menghampiri mobil Angel, lalu mengetuk kaca pintu mobil dan setelah itu, Angel pun membukakan pintu mobilnya. “Kamu beli apa, Sam?” tanya Angel. “Mengingat kalau kamu itu adalah seorang wanita, tadinya aku berpikir untuk membeli salad. Karena ini sudah malam dan kamu pastinya tidak ingin makan makanan yang berlemak di malam hari. Akan tetapi, tadi kamu mengatakan kalau kamu sudah sangat lapar, jadi … aku beli satu porsi kecil Meatloaf(daging giling panggang) dengan beberapa sayuran. Jadi, kamu tidak perlu takut gemuk dan kamu bisa kenyang d
“Sam, kebetulan besok kita libur kuliah. Hmm, aku berniat untuk jalan-jalan, yah … supaya beban pikiran ini sedikit berkurang. Lumayan tuh libur dua hari.”Setelah selesai makan, Samuel dan Angel mengemas semua bungkus bekas makan mereka dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah terdekat, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang dengan Samuel menggantikan Angel untuk mengemudi mobil. “Hmm, iya sih, aku juga awalnya juga berpikiran seperti itu, Ngel, tapi … mau liburan kemana? Tempat liburan disini paling hanya pantai? Club malam? Kalau ingin berenang, kita bisa ke Hotel Mendez. Tidak ada yang special di kota ini, Ngel,” sahut Samuel sambil mengemudi mobil. “Hmm …, bingung juga, ya …,” kata Angel. “Iya, masalahnya hanya dua hari. Semisalkan hari liburnya lebih dari dua hari sih, mungkin kita bisa jalan-jalan ke luar Negeri. Yah, setidaknya k
Setelah mendengar itu, si Pelayan itu langsung melambaikan tangannya kearah para pelayan lain, meminta mereka untuk langsung mendekat. Kemudian, para pelayan itu pun langsung menyusun meja dan kursi yang mereka bawa, tepat di sebelah William. Membersihkan dan menghias sedikit meja bundar itu, lalu menyusun beberapa cemilan dan beberapa botol Anggur ke atas meja. “Meja, beberapa cemilan dan beberapa botol Anggur telah siap, Tuan William. Maaf, apakah ada lagi, Tuan?” tanya si Pelayan yang menghampiri William tadi. “Hmm ….” William berjalan menghampiri meja makan itu, melihat cemilan dan Anggur yang telah dibawakan oleh para pelayan itu. “Sepertinya sudah. Terima kasih, ya,” lanjutnya. “Baik, Tuan William. Sekiranya ada hal lain yang anda perlukan, anda bisa melambaikan tangan saja. Saya akan berdiri di depan pintu masuk Hotel itu, agar anda tidak susah-susah mencari saya, Tuan,&