Wlliam mendorong pelan dada Sonia, sedikit menjauh darinya. Lalu, perlahan dia mencoba mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya.
“Gila kamu ya! Apa-apaan tadi, hah!” bentak William dengan mata yang melotot.
“Pffftt … hahaha …,” “Ih, malah ketawa! Bukannya ngebantuin …,” “Yeee, biarin, wekk!”***
“Memang benar, tadi si Chelsea ada bersama saya dan … tadi, saya sempat bertemu dengannya di toko ponsel. Dia baru saja menjual ponsel miliknya. Dia sempat cerita kalau dia baru saja kabur dari rumah anda, Nona, tapi … dia tidak mengatakan, alasannya kabur dari rumah dan kemana dia akan pergi. Lalu, dia juga meminta saya untuk tidak memberitahu anda, apalagi Joe,”
“Hah! Jadi benar, yang saya lihat tadi itu Chelsea!?” “Benar, Nona.”&n“Eh, tu-tunggu dulu, Sonia, a-aku … eh …,” “Sssstttt ….”Alasan William memutuskan hubungannya dengan Sonia, karena Sonia terlalu manja dan selalu bergantung pada orangtuanya, terutama kepada Ayahnya. Saat William mengatakan itu dan membawa nama Cassey sebagai perbandingan, seketika Sonia pun tak mau kalah dari Cassey. Dia langsung menghubungi Ayahnya, “Halo, Ayah …,” “Iya, ada apa, Puteriku?” “Begini, Ayah, mulai sekarang … aku ingin belajar hidup mandiri,” “Lho, kok tiba-tiba kamu …,” “Iya, Ayah, William mengatakan kalau aku terlalu manja dan … selalu minta bantuan pada Ayah. Kalau tidak, mungkin aku ngga bisa apa-apa. Nah, aku ingin ngebuktiin kalau aku bisa, Ayah. Jadi, mulai sekarang seluruh sistem pembayaran milikku tolong diblokir dan u
“Tidak, aku serius untuk kali ini … kita kembali ke LA dulu. Setelah pekerjaanku selesai, aku akan menjemputmu lagi dan kita akan kembali ke sini. Sekalian, aku juga akan mempertemukanmu dengan Kak Angel. Kamu mau?”Awalnya, Sonia sangat keberatan kalau William ingin mengantarkannya pulang ke Lost Angles. Dia tidak percaya dengan perkataan William, setelah apa yang baru saja terjadi sebelumnya. Namun, karena dijanjikan akan dipertemukan dengan Angel, Sonia pun berubah pikiran dan dengan sedikit ragu, dia pun mengiyakannya. “Tenang saja, aku tidak akan membohongimu kali ini …,” kata William. “Yah, semoga saja lah ….”William kembali fokus mengemudi menuju bandara terdekat yang ada di Washington DC. Tidak ada percakapan apa pun lagi yang keluar dari mulut mereka berdua.Beberapa saat kemudian, waktu menunjukkan pukul dua siang. William dan Sonia, masih dalam perjalanan
“Taksi!” Ciiittt! Brakk! “Pak, kita ke bandara ya …,” “Baik, Nona.”Pukul dua lewat sepuluh siang, Chelsea baru saja selesai melakukan pengiriman uang melalui Teller Bank. Setelah itu, dia pun langsung berangkat pergi menuju bandara menggunakan taksi. “Pak, kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk kita sampai di bandara?” tanya Chelsea sambil memeriksa ulang isi koper miliknya. “Ah, kita masih sangat jauh, Nona … butuh sekitar empat sampai lima jam lagi untuk sampai di bandara,” jawab si pengemudi taksi itu sambil mengemudi. “Hmm, oke deh. Kalau bisa, sedikit dipercepat lagi ya, Pak, saya sedang terburu-buru nih,” kata Chelsea. “Baik, Nona ….” Kreeekk …Selesai memeriksa ulang semua barang-barangnya yang ada di dalam koper, dia pun meletakkan kopernya tepat di sampingnya, lalu dia pun menyandarkan tubuhnya sembari menatap kearah luar taksi. Terdiam sembari termenung menikmati pemandangan beberapa kendaraan yang tengah melintas, dan beberapa pe
“Eh, by the way … si Chelsea apa kabar?”Beberapa saat kemudian, makanan dan minuman yang telah dipesan oleh Davin tiba di meja makan. Angel dan yang lainnya pun menikmati makan siang mereka bersama-sama. “Iya, nih … sudah hampir pukul tiga sore. Kita sudah harus tiba di bandara sebelum pukul enam sore, tapi … sudah hampir pukul tiga sore, kita masih duduk dan menikmati makan siang, dan si Chelsea ngga tahu dimana rimbanya,” sahut Cassey, duduk sambil menikmati makan siangnya disamping Angel. “Ngga tahu deh! Kepalaku pusing kalau harus memikirkan itu! Lagian, untuk apa coba pake acara kabur-kabur segala!? Hadehh … sejak kapan sih tuh anak jadi seperti itu!?” tanya Angel dengan raut wajah kesal, melihat kearah teman-temannya. “Hmm …, bukan nya mau gimana-gimana, ya, tapi … kamu sih, Ngel, sudah tahu situasinya sedang tidak enak, eh kamu malah bercanda. Siapa coba, yang ngga marah? Iya, ‘kan?” tanya balik Samuel. “Sluurrrrpph … lho!? Kok malah jadi aku yang salah!? Eh,
“Tak berniat menghina? Eh, kamu tahu kenapa si Chelsea bisa sampai kabur begitu?” “Iya, saya tahu, tapi sekali lagi saya katakan, kalau Nona Angel tidak berniat untuk menghina. Saya tidak bermaksud membela nya, tapi memang kenyataannya seperti itu,” “Lalu?” “Hmm … Nona Angel memang suka sekali bercanda, terlebih lagi pada sahabatnya. Akan tetapi, dia masih belum tahu kapan waktunya untuk bercanda, dan waktu untuk serius. Begini … Nona Angel memang terlihat sudah lebih dewasa dengan usianya sekarang ini, tapi … dia masih sering terlihat lebih ke kanak-kanakan. Kamu adalah sahabatnya ‘kan? Masa’ kamu tidak tahu akan hal itu?”Davin mencoba mengarang sedikit perkataannya, agar emosi Cassey meredah. Dia berbicara seolah-olah sering bersama dengan Angel, dan membuat Cassey yang seolah-olah jarang bersama dengan Angel. “Eh, aku sudah berteman dengannya sejak awal masuk ke Universitas. Sifat, karakter, gaya bicara, bahkan sampai isi-isi dalam si Angel itu, aku sudah tahu semua! B
Vroom – vroom … “Nah, sekarang … kita akan pergi kemana?”Selesai makan, Angel dan teman – temannya langsung kembali ke mobil dengan Samuel sebagai supirnya. Davin sebagai supir cadangan, duduk tepat disamping Samuel. Kemudian, Cassey dan Fanny berada di kursi tengah, dan Angel berada di kursi paling belakang seorang diri. “Hmm … sebentar,” kata Angel.Bergegas, Angel mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas. Lalu, ia pun melihat kearah ponselnya. “Hmm, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Tiga jam lagi, kita harus sudah tiba di bandara. Kalau seandainya kita mencari Chelsea sekitar satu atau satu setengah jam lagi, apakah mungkin, Vin?” tanya Angel, menoleh kearah Davin. “Hmm … maaf kalau saya lancang, Nona, tapi … sepertinya itu tidak mungkin. Begini, target awal kita untuk sampai ke Venezuela itu tepat di pukul enam sore. Yah, memang jarak kita sekarang menuju bandara hanya memakan waktu dua jam saja. Akan tetapi …,” “Hmm …, Benar juga. Ini sudah pukul tiga
Perlahan, Michael menceritakan tentang pertemuannya dengan Chelsea, sampai akhirnya dia berpisah. Joe mencoba fokus mendengarkan cerita Michael dengan raut wajah yang serius dan tak berpaling sedikitpun. “Nah, jadi seperti itu, Joe. Chelsea tidak ingin kalau Nona Angel termasuk kamu, mengetahui kalau saya bertemu dengannya beberapa jam yang lalu. Dia juga …,” “Lalu, bagaimana, Tuan!? Apakah dia baik – baik saja!? Kemana dia akan pergi, Tuan!? Ayo kita berangkat sekarang, Tu …,” “Eitttsss … ssttt! Sebentar dulu, kamu ini main potong – potong saja! Saya belum selesai bicara, lho!” kesal Michael. “Maaf, Tuan, saya terbawa suasana tadi,” sahut Joe, menundukkan kepalanya. “Hadeh … sabar dulu, saya belum selesai bicara! Nah, jadi … Chelsea dalam keadaan baik. Yah, walaupun sempat hampir ditabrak oleh mobil, tapi berhasil di …,” “Apa?! Jadi bagaimana kondisinya, Tuan!? Apakah ada yang luka atau ba …,” “Ck! Hei! Bisa tidak, kalau saya sedang berbicara, kamu dengarkan te
“Hah? Serius? Perasaan kemarin saya baru saja terbang ke Venezuela di jam yang sama. Kenapa tidak bisa?” “Maaf, Nona, cuaca sedang tidak bagus dan … terdapat beberapa masalah di unit pesawat yang akan terbang kesana. Jika berkenan, anda bisa datang lagi besok pagi,” “Besok? Apakah tidak bisa hari ini, Tuan? Tolong dong, saya sangat terburu – buru sekali ini … saya harus hadir di acara pemakaman Ibu saya,” “Saya mengerti, Nona, tetapi memang begitu adanya. Tidak ada unit lagi yang akan terbang kesana hari ini dan terakhir, baru saja terbang beberapa jam yang lalu ….”Seketika, William dan Sonia beserta Aaron langsung menoleh kearah wanita yang tengah berdebat dengan Airline Ground Staff, seorang pria yang bertugas menyampaikan informasi tentang jadwal penerbangan, penjualan tiket dan lain – lain. “Jadi bagaimana? Masa’ saya harus menunggu sampai besok? Tolong dong, coba kalau kamu berada di posisi saya … bagaimana perasaan kamu?” “Iya, Nona, saya tahu perasaan anda bagai