“Aaarrrggghhh, tolooong!” “Tolooong!” “Mohon perhatian, semuanya langsung berlari ke pintu darurat!” “Aaarrrgggh!” “Hmm?” Jegeeer! Duaaarrr! Bip … bip … bip … “Eh!? Ada apa ini!?”Suasana hening nan tenang diiringi suara tipis mesin pesawat dan cahaya yang sedikit redup, kiri berubah menjadi menegangkan dan memerah. Chelsea yang awalnya tengah tertidur dalam kondisi duduk, seketika terbangun dan melihat kalau semua orang sedang berlarian kesana – kemari dengan alarm bahaya berbunyi dan lampu berwarna merah berkedip beberapa kali, menandakan kalau kondisi pesawat sedang tidak baik – baik saja. “Eh, hmm … maaf, Nona, i – ini ada apa, ya?” tanya Chelsea, berdiri dari tempat duduknya dan menghentikan seorang wanita paruh baya yang tengah berlari kearahnya. “Baling – baling pesawat tersambar petir! Cepat selamatkan di …,” Duaaarrr!!! “Aaarrrggghhh!” “Aaarrrggghhh!” “Aaarrrggghhh!” “Hmm? Eh, Nona, anda kenapa?” “Eh? Ah, ng – nggak apa – apa, Nyo
“Huaaahh, hmm ….”Chelsea terbangun dari tidur karena sempat bermimpi aneh. Ia termenung sambil menatap kearah luar jendela tepat disampingnya, memandangi awan – awan. “Permisi, Nona …,”Ditengah renungan itu, tiba – tiba seorang pramugari menghampiri sembari membawa beberapa roti dan minuman yang diletakkan diatas tray. Spontan, Chelsea langsung berbalik dan langsung menyapa balik, “Iya, ada ap … eh, Lyodra!?” “Hmm? Iya, Nona? Kok …?”Graabb!!!Tanpa banyak berbicara, Chelsea langsung memeluk Pramugari itu dengan erat. Namun, si Pramugari itu terlihat kebingungan dan langsung mendorong pelan tubuh Chelsea, menjauh darinya. “Maaf, Nona, anda siapa!?” kesal Pramugari itu bertanya pada Chelsea. “Eh? Kamu tidak ingat padaku?” tanya Chelsea, terkejut mendengar perkataan Pramugari itu. “Maaf sekali lagi, Nona, saya tidak mengenal anda. Memangnya anda siapa, ya?” tanya Pramugari itu sambil mengernyitkan keningnya. “Ini aku, Lyodra … ini aku, Chelsea! Masa’ kamu tidak
“Yah, mungkin seperti itu kejadiannya dan …,” “Lyodra, ayo,” “Eh, iya. Hmm, Chel, aku pergi dulu ya. Lain kali, kita ngobrol lagi. Nomorku disimpan saja,” “Iya, Lyodra.”Tepat pada pukul Sembilan malam, si Pramugari itu dipanggil oleh salah seorang temannya. Baru bertemu beberapa menit setelah sekian tahun tidak bertemu, akhirnya mereka berpisah kembali. Lyodra yang merupakan seorang Pramugari pesawat itu ternyata sahabat Chelsea saat kecil. Chelsea bertemu dengan Lyodra, saat Lyodra bermain di salah sebuah taman bermain di Venezuela bersama dengan kedua orang tuanya. Saat itu, banyak sekali anak ditemani oleh orang tuanya tengah bermain di taman bermain itu. Namun, ada seorang anak perempuan kecil berpakaian sedikit kusam yang tengah berdiri sendiri diluar taman bermain. Ia sedang memperhatikan anak – anak lain yang sedang bermain disana dengan perasaan bahagia. Tiba – tiba, Lyodra kecil yang tengah bermain di sebuah ayunan seketika menghentikan ayunannya dan matanya tertuju
“Mohon maaf, Tuan dan Nona, kita telah tiba di bandara Venezuela.”Pukul Sembilan tiga puluh, pesawat yang ditumpangi Angel dan teman – temannya tiba di bandara Venezuela. Perlahan, Angel dan teman – temannya terbangun satu – persatu karena suara seorang Pramugara itu. “Huaaahhh … hmm, serius?” tanya Angel sambil menguap. “Iya, Nona. Kita baru saja tiba,” jawab Pramugara itu. “Huaaahhh … mataku baru saja terpejam, eh udah sampai saja! Terbang tiga puluh menit lagi ngga bisa? Kemana begitu? Aku masih ngantuk nih!” kesal Angel, sambil meregangkan tubuhnya. Sssrrrkkk! “Eh, tukang tidur! Kamu pikir pesawat ini apaan, hah! Mobil!? Ayo bangun, dasar pemalas!” bentak Cassey, menarik rambut Angel. “A – aduh! Sakit tahu! Iya – iya aku bangun, ah!” kesal Angel kesakitan.Dengan berat hati, Angel pun berdiri dari tempat duduknya dan perlahan berjalan keluar dari pesawat, diikuti oleh teman – temannya. Sssrrruuuppp! Fiuuuhh … “Wah, segar kali udaranya,” kata Fanny sambi
“Kak Angle tidak me …,” Grabbb! “Eh?!” “Ah, saya memilih untuk tetap tinggal, Ron. Masih ada beberapa urusan yang belum saya selesaikan, hehe …,” jawab William, sambil menutup mulut Sonia. “Hmm, begitu ya. Jadi, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Aaron. “Ini, pacarku ingin makan sesuatu katanya. Jadi kami ingin ke restoran terlebih dahulu dan setelah itu, kami akan kembali ke kantor,” jawab William dengan santai. “Ah, kebetulan sekali, saya juga ingin pergi ke restoran. Saya masih ada beberapa jam lagi untuk istirahat. Bolehkah saya bergabung?”Seketika William terdiam sejenak. Entah apa yang sedang dipikirkannya, tapi tiba – tiba perasaannya menjadi tidak enak setelah mendengar perkataan Aaron. Disatu sisi, William tidak ingin Aaron ikut bersama mereka saat itu. Akan tetapi, “Will, bagaimana?” “Ah, kamu ingin bergabung? Ya – yah sudah, ayo ….”Akhirnya William mengiyakan dan mengajak Aaron untuk bergabung. Ia pun melepaskan tangannya dari mulut Sonia, lal
“Eh – eh, apa – apaan nih!” “Hey, sialan! Apa maksudnya pake acara kabur – kaburan segala, hah!?” Sreeettt!Angel meluapkan kekesalannya saat itu. Ia menarik rambut orang yang baru saja menghampirinya dengan sekuat tenaga sambil menggoyang – goyangkannya. “A – aduh! Sa – sakit, Ngel, hahaha … o – oke, a – aku minta maaf …,” “Enak saja main minta maaf gitu aja! Buruan jelasin!” “Hahaha, a – aduh! I – iya, Ngel, aku jelasin. Lepasin dulu dong, shhh!” Puk! Tap … tap … tap … “Hey, Chelsea, sahabatku … jadi bagaimana? Kenapa kamu kabur dan … tau – tau sudah sampai di Venezuela, hah?”Fanny dan Cassey berjalan menghampiri wanita itu yang ternyata adalah Chelsea, lalu merangkulnya dan melontarkan pertanyaan dengan amarah yang sudah sangat memuncak, tersimpan dibalik senyum datar mereka. “Eitsss, tenang dulu dong, hehe. Jadi …,”Chelsea menceritakan awal mula dirinya yang kabur dari rumah Angel, karena Angel tak sengaja mengeluarkan perkataan yang kurang nyaman unt
“Halo, Tuan,” “Ya, bagaimana?” “Saya sudah mendarat di bandara, Tuan. Helikopter sudah siap terbang menuju Ven …,” “Oke, saya kesana.”Malam itu, William bersama dengan Sonia mempercepat langkah kaki mereka menuju lokasi keberadaan helikopter mereka yang dibawa oleh Komandan Bradley bersama dengan beberapa anggotanya. Setibanya mereka di dekat Helikopter, “Selamat malam, Tuan,” kata Komandan Bradley sambil menundukkan sedikit tubuhnya. “Malam. Ayo berangkat!” kata William dengan tegas. “Baik, Tuan.”William dan Sonia dipersilahkan masuk lebih dulu, lalu disusul oleh Komandan Bradley beserta beberapa anggotanya. Setelahnya, Helikopter pun terbang meninggalkan bandara Washington menuju bandara Venezuela. “Apa kabar, Tuan, hehe …,” sapa Komandan Bradley sambil tertawa kecil, duduk di dalam Helikopter. “Hmm? Baik. Oh iya, kemarin Helikopter ini mengalami masalah apa? Sudah diperbaiki?” tanya William. “Sudah, Tuan. Hanya ada masalah sedikit di baling – baling
“Eh guys, kalau bisa berteman dengan Angel mungkin asyik kali ya?”Pukul sebelas malam, Camille dan kedua temannya sedang tiduran di kamar asrama. Mereka sedang tidak ada kegiatan malam itu dan sedang menikmati pemandangan langit-langit kamar yang mungkin sedang indah pada saat itu. Lalu, “Hah?” Mendengar perkataan Camille, Sherly dan Hanny langsung bangkit dari tempat tidur dan menatap kearah Camille. “Eh, kamu ngga lagi sakit ‘kan, Cam?” tanya Hanny. “Tahu tuh, kenapa tiba-tiba bahas Angel,” sahut Sherly sambil sesekali menatap kearah Hanny. “Hmm …, gimana ya, sepertinya seru sih. Lihat teman-teman Angel yang miskin itu. Sekarang mereka sudah memiliki pakaian bagus dan … yah, mereka sudah memiliki tempat tinggal yang bagus pula, walaupun masih menumpang dengan Angel. Lalu …,” Camille menceritakan tentang Chelsea, Cassey dan Fanny yang secara tidak langsung memiliki kehidupan yang sudah berbeda. Dia iri melihat mereka yang memiliki teman seperti Angel. “Eh, Cam, ka