Hampir dua jam Aneet, Gaying dan Gayang menyelesaikan urusan keamanan, baik dengan orang – orang wilayah dua, intel anak buah Pramono, maupun agen intelijen internasional yang berlambang bunga Lilly.
“Akhirnya selesai juga,” Ungkap kelegaan Aneet.“Balik yuk!” ajak Gayang.“Keburu yang lain tidak kepegang nanti,” kata GayingDari tempatnya sekarang menuju gedung pernikahan lumayan cukup jauh. Mereka berjalan setapak demi setapak sembari melihat – lihat lampu toko yang bergemerlap seakan – akan mengundang para pejalan kaki untuk singgah di tokonya.Tak jauh dari gedung mereka bertiga berhenti sejenak untuk membeli sebuah somay.“Pak bungkusi tiga ya, yang satu tidak pedas dan yang dua pedas sekali,” pinta Gaying sambil menunjukkan jari berjumlah tiga.Sembari menunggu somay siap mereka duduk di kursi plastik yang di sediakan oleh penjual.“Ini mas, semuanya tiga puluh ribu,Waktu sudah menunjukkan tengah malam ketika Aneet dan Annan sampai di depan rumah Linda untuk mengantarkannya pulang.“Kita berdua pamit dulu ya. Maaf sudah terlalu malam mengantarkannya. Besuk jika ada waktu datang kamu bisa chat aku,” ucap Annan sambil merangkul pundak Aneet.“Iya tidak apa – apa kok, senang sekali bisa gabung dengan kalian. Eh... Besuk pasti aku kabari sebelum jam tiga sore,” kata Linda menganggapi ucapan Annan.“Bu Linda, terima kasih banyak tadi sore Aneet sudah dibantu. Untuk tiga hari ke depan Bu Linda bisa tenang karena tidak ada Aneet dikelas. Aneet dan Ayah pamit pulang dulu,” ucap pamit Aneet yang masih bisa sambil bergurau.“Tidak lah mulai sekarang jika tidak ada kamu di sekolah pasti ibu akan rindu,” balas sambil memegang pipi Aneet dengan tangan kanannya. “Maafi ibu ya, selama ini sikap ibu ke kamu sudah sangat menyebalkan dan membuatmu tidak nyaman,” lanjut li
“Terima kasih sudah menjadi anak hebat ayah.” Annan memeluk Aneet setelah pada anggota wilayah dua pergi.Jarot lalu berlari dari arah pelaminan, berlari menuju ke arah Aneet kemudian memeluknya dengan sangat erat tepat di hadapan Annan. Tentu saja hal tersebut dilakukan dengan setelah Annan melepaskan pelukannya.“Terima kasih sayang, terima kasih sudah membela dan menyelamatkan paman,” ucap Jarot yang sambil berkali – kali mencium pipi sang keponakan.Pesta kemudian berlanjut selepas kejadian tadi, mereka kembali untuk menikmati perjamuan makan dan lain – lain hingga selesai.***Saat ini malam terasa mencekam bagi Cokky, di kepalanya selalu terngiang – ngiang tentang ucapan Pramono saat di pesta pernikahan Samuel dan Rika.“Aaahhh!” teriak Cokky yang tidak mampu membendung rasa khawatirnya.Suara Cokky tersebut membuat Dayat dan Santoso yang berada satu mobil bersama dirinya terkejut.
Winda juga dengan senang hati langsung mengambilkan mereka minum.“Memang ayah tidak pamit sama kamu mau mana Net?” tanya Winda sambil meletakkan botol – botol minuman teh dingin.“Pamit Bi, katanya kau ada urusan sama teratai,” jawab Aneet yang masih memejamkan matanya menikmati pijatan dari Jarot.“Ya, kita pikir kak Annan ke sini Kak Win,” jawab Gayang.Gaying dan Gayang juga sedang menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan menikmati pijatan dari anggota teratai yang lain.“Bibi Winda tahu di mana Ayah?” tanya Aneet“Tidak, bibi tidak tahu di mana ayah,” jawab Winda sedikit gugup.Winda yang sebenarnya melihat Annan dan Linda memilih untuk diam. Karena jika dia bicara apa yang dia lihat akan menyakiti hati Aneet karena dibohongi oleh Ayahnya.“Sudah enakkan?” tanya Jarot.“Iya paman, terima kasih,” jawab Aneet dengan senyum tipis di bibir mungi
Waktu belum terlalu larut malam ini tapi suasana basecamps gangs teratai sudah sepi. Apa lagi setelah ke pulangan Aneet dan dua pamannya dan tak selang beberapa lama Same dan Rika juga pamit pulang. Anggota gangs yang biasanya tidur di basecamp hari ini baru ada acara.Tinggallah mereka berlima yang tersisa Ojan, Fahmi, Raka, Jarot dan Winda. Karena hari ini adalah hari yang sangat melelahkan, mereka berlima lalu bersiap – siap untuk istirahat.Jarot yang berbaring di sebelah Winda terlihat gelisah. Dia selalu bergerak dan tidak bisa tenang, Winda yang akan tidur merasa terganggu dengan hal tersebut.“Kenapa sih yang? Kelihatannya kamu kok gelisah sekali?” tanya Winda.“Kepikiran Kak Annan yang. Ke mana ya dia? Sampai – sampai pesan dari Aneet saja tidak dibalas,” Jawab sambil melihat ke langit – langit rumah.“Alah tidak usah dipikirlah paling juga lagi senang – senang. Dasar laki – laki!” Wi
“Paman! Pelurunya yang 4.5 atau yang 5.5?” tanya Aneet sembari jongkok dan memegang dadanya yang sedang berdetak begitu cepat.“5.5 Sayang, minta tolong ya!” teriak Gayang, Sedang fokus untuk menembak“Oke!” Aneet mengambil peluru yang di maksud lalu berdiri dan berlalu ke arah yang.Annan yang masih berciuman dengan Linda memperhatikan setiap gerakan yang di lakukan Aneet.‘Sial! Aneet pakai lihat aku ciuman dengan Linda tadi. Brengsek! Ayah macam apa aku, tega – teganya menyakiti hati anaknya!’ umpat Annan dalam hati pada dirinya sendiri.Linda yang mulai menyadari ciumannya tidak ada perlawanan dari Annan sehingga dia menghentikan ciumannya.“Ada apa kak? Kakak kurang suka ya?” tanya Linda.“Tidak kok Lin,” jawab Annan sambil menyibakkan rambut Linda. “kita mandi yuk sudah siang,” ajak Annan mengalihkan perhatian.Setelah selesai mandi Annan menc
“Lin, maaf atas kejadian tidak mengenakkan hari ini,” ucap Annan yang sekaligus memecah keheningan. Annan mengambil barang – barang milik Linda yang ada di kamarnya, dia lantas memberikannya kepada Linda. “Sebentar lagi akan ada taksi yang akan mengantar kamu pulang, sekali lagi aku minta maaf atas kejadian ini,” kata Annan.Brak!Annan masuk ke dalam kamar dengan membanting pintunya. Dia membanting badannya di atas tempat tidur.“Aaakkhhh!!!” teriak Annan dengan begitu kerasnya. “Apa yang kamu lakukan Annan, Bodoh! Berengsek! Mau ditaruh mana wajahmu nanti di depan Ayya,” umpat Annan pada dirinya sendiri.Gaying dan Gayang lalu mengantar Linda setelah sebuah taksi terlihat berhenti di depan pagar rumah.“Nanti jika Aneet sudah kembali aku minta tolong dikabari ya,” pinta Linda yang sudah berada di dalam mobil.“Siap Bu guru! Nanti saya kabari,” ucap Gaying sambil bersik
Annan yang tanpa mengganti baju, dirinya berjalan ke parkiran. Dia lalu menjalankan mobilnya dengan laju yang cepat. Annan juga menyempatkan melihat ponsel tapi hasilnya tetap nihil karena Aneet masih memblokir nomornya.Jarak antara white house tidak terlalu jauh sehingga dengan cepat Annan sampai di sana. Di basecamp suasana agak sedikit rame karena mereka sedang berkoordinasi untuk menyusun acara kesuksesan Jarot dalam kompetisi wilayah kenanga.“Aneet ada di sini?” tanya Annan saat pertama kali dirinya masuk.“Jam segini harusnya masih di sekolah,” jawab Jarot sambil melihat jam tangannya.“Hari ini Aneet tidak datang ke sekolah, tadi pagi dia sedikit berantem sama aku. Terus pamit beli sereal dan sampai siang ini belum kembali,” Jelas Annan yang di dengar oleh semua Anggota teratai.“Ying dan Yang bersama Aneet? Terus berantem kenapa?” tanya Jarot kembali“Ying dan Yang ada di rumah, merek
Tepat tengah malam di pergantian hari anggota gangs motor Gentala menyusuri jalanan ibu kota menuju pelabuhan.Vroom!Vroom!Vroom!Mereka saling mendahului antara satu dengan yang lain menggunakan kecepatan tinggi, tapi sebagai pemimpin dari mereka Anees selalu berjalan di belakang untuk memastikan seluruh anggotanya sampai tujuan dengan aman.Vroom! Vroom! Vroom!Anees sengaja memainkan gas motornya setelah ada mobil yang menyelonong dari samping dan menghalangi laju motor Anees.Vroom!“Aneet!” seru Winda yang sekilas melihat keponakan kesayangannya ity berboncengan dengan motor yang memainkan gasnya saat dapat melewati mobil yang ditumpangi Winda“Mana?” tanya Jarot serius sembari mencari dan diikuti Linda yang maju di tengah jok.“Itu yang boncengan sama pemotor tadi!” seru Winda sambil menunjuk ke depan.Untuk memastikan omongan Winda, Jarot ikut memacu mobilnya dengan tujuan bisa menyus