Malam ini setelah melepas kerinduan pada Aneet, hujan mendadak terus begitu deras yang sebelumnya diawali dengan petir yang menyambar dengan suara yang menggelegar.
Suara tersebut membuat semua orang terkejut tidak terkecuali Aneet yang langsung menutup telinganya setelah cahaya kilat terlihat. Sementara Annan dengan spontan memeluk dengan erat putri kesayangannya tersebut.Suhu berganti dengan sangat cepat udara panas dan kering tadi siang berubah menjadi lembab dan dingin malam ini.Annan, Aneet, Gaying, Gayang dan Ojan memutuskan untuk berkumpul di ruang tengah untuk melihat acara televisi.Annan yang dengan setia mendekap sang putri dari belakang untuk mengurangi rasa dingin dan Aneet juga terlihat sangat manja dengan menyandarkan bahunya di lengan kanan sang ayah.“Paman Yang, Tomo!” celetuk Aneet yang mendadak teringat tugasnya yang tertunda.Mendengar kata Tomo dari bibir putrinya Annan mengarahkan tatapan wajahnya ke arah Aneet. SeolSeperti orang bodoh yang kebingungan ingin melakukan apa. Anees yang pikirannya entah ke mana sekarang mondar – mandir ke dalam dan keluar markas.“Anees! Bisa tidak kamu diam,” protes Andi dengan berteriak karena dia sangat terganggu dengan aktivitas Anees.“Lagian kamu mau apa sih Nees, mondar – mandir tidak jelas begini pagi – pagi.” Haikal mengikuti Andi protes dengan Anees.“Kangen aku sama Aneet, senyumnya itu loh. Selalu terngiang – ngiang di pikiranku,” jawab Anees sembari tertidur di samping Andi dan Haikal yang duduk sambil sarapan.Bruk!Sebuah seleyer hitam mendarat di mukanya.“Anjit! Milik siapa ini? Bau banget,” seru Anees sambil melempar seleyernya“tidak kapok juga ini bocah. Kamu mau di bunuh sama bapaknya?” Andi mencoba memperingatkan Anees.“Sudah lupakan saja Aneet. Kak Annan tidak akan membiarkanmu mendekati anaknya. Kecuali kalau ka
Malam yang cerah dengan hiasan bulan dan bintang di langit yang hitam tanpa awan. Suasana yang tergambar di sekitar tempat perjamuan untuk gangs Kenanga malam ini.Ojan juga sudah terlihat di sana sesuai dengan janjinya kepada Annan. Para sahabat – sahabat Jarot, Same, Fahmi dan Taka dengan jas yang rapi siap menjadi tuan rumah yang baik untuk menyambut tamu.“Bagaimana sayang? Aku sudah ganteng apa belum?” tanya Jarot kepada Winda.“Sudahlah, pacar aku mesti ganteng,” jawab Winda sembari merapikan dasi milik Jarot.Jarot yang tak sabar menyambut kedatangan para tamunya berjalan keluar masuk gedung terus menerus.Pukul 20.00, tiga puluh menit berlalu dari jam undangan yang mereka sebarkan tapi hanya ada lima orang yang datang.“Undangannya sudah ke sebar dengan baik kan?” tanya Jarot pada Anak buahnya.“Sudah Rot bahkan mereka janji kalau mau datang,” jawab Same. “Kita tunggu sebentar lagi
Jari jemari Gayang sedang aktif menekan – nekan tombol pada laptopnya. Dia terus menggeser tuas ke arah bawah mencari pesan Ojan yang bertumpuk dengan pesan yang lainnya.“Dapat!”Teriak Gayang sambil menggebrak meja pantrinya yang membuat Aneet yang setengah mengangguk menjadi membelalakkan mata dan menegapkan tubuhnya.“Bagaimana?” tanya Annan dengan antusias dan berharap semua berjalan dengan lancar.Pesan dari Ojan mengabarkan jika perjamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Jarot tidak berjalan baik. Hanya ada satu orang yang datang di acara tersebut dikarenakan Santoso dengan saat bersamaan juga mengadakan acara yang sama dan menawarkan hadiah dan pembagian sembako diacaranya tersebut.“Kasihan paman Jarot,” celetuk Aneet spontan.“Aneet sayang itulah kejamnya kompetisi di dunia TRIAD, segala cara mereka lakukan baik atau buru yang penting tujuan mereka tercapai,” tutur Annan dengan b
Setelah Winda berdiri Aneet mendapati pipi bibinya itu memar dan keluar darah hari hidungnya, pergelangan tangan kanannya keseleo karena dipelintir oleh Yuli.“Bibi tahan dulu ya, Habis ini kita ke klinik,” ucap Aneet lalu menghapus darah di hidung bibinya dengan lengan bajunya yang panjang.“Win! Bisa jalan kan?” tanya Annan yang baru bisa mendekat karena kesusahan mencari parkiran.“Bisa kak Annan,” jawab Winda untuk pertanyaan Annan. “Bibi diantar ke markas saja ya, kita obati di sana saja,” pinta Winda kepada Aneet.Dengan sabar Aneet yang dibantu oleh Annan berjalan memapah Winda sambil tertatih karena sakit yang di rasakan oleh Winda.Jarot yang sedang bersandar di kursi ruang tamu sembari memijat kepalanya. Sontak bangkit dari posisinya ketika mendengar suara mobil Annan memasuki halaman markas, dirinya mencoba melihat dari jendela untuk memastikan dugaan dia benar.Dan benar saja, mobil Annan
Hari Senin sudah kembali menyapa. Hari yang sebagian orang tidak suka, ini datang dengan begitu cepat. Hari ini juga Aneet harus kembali ke aktivitasnya sekolah, hal yang tidak disuka Aneet karena harus bertemu dengan Linda dan teman – teman yang kemarin baru dia hajar di depan pasar.Memakai kemeja putih yang pas dengan badannya yang ramping dan bawahan celana kulon yang terlihat seperti rok dengan motif garis kotak – kotak merah hitam. Dengan sedikit berlari dan mengangkat badannya sedikit ke udara Aneet bergerak ke arah Pantri.“Wah! Cantik sekali ponakan paman ini,” ucap Gaying yang melihat Aneet dari kejauhan.“Boleh atau tidak, jika tidak usah masuk sekolah?” tanya Aneet pada Annan sembari memasang wajah yang memelas ketika dirinya sampai pertama kali di pantriAnnan melihat ke arah Aneet lalu menggelengkan kepalanya.“Ayah bisa di protes sama Guntur kalau cucunya tidak sekolah lagi,” ucap Annan sambil me
Setelah para tamu pergi meninggalkan apartemen Same dan Rika, suasana di apartemen mereka berubah menjadi hening dan senyap.“Sayang tolong!” pinta Same sedikit berseru kepada istrinya.Same meminta tolong Rika membantunya pindah ke kamar karena kakinya tidak bisa berjalan sendiri akibat dari penyerangan ke tempat Santoso.“Iya sayang,” Sahut Rika dari arah dapur.Rika saat ini sedang mencuci gelas yang dipakai untuk menjamu para tamu yang tadi menjenguk suaminya.Dia meletakkan gelas yang sedang dia cuci kemudian membersihkan tangannya. Rika memapah sang suami dengan pelan menuju tempat tidur mereka.“Mau ke mana?” tanya Same sembari memegang pergelangan tangan sang istri saat Rika hendak pergi sehabis membantunya.“Mau melanjutkan pekerjaanku di dapur dulu,” Jawab Rika sambil dengan lembut menyingkirkan tangan suaminya.Brak!“Same! Brengsek! Kamu di mana?!” teriak Cokky
Suasana kota pagi ini sedikit heboh karena seluruh media cetak maupun media elektronik semua memuat hotline tentang jatuhnya Samuel. Warga yang haus informasi berburu berita tersebut dari sumber – sumber yang mereka anggap dapat di percaya.Suasana tersebut di atas sangat berbanding terbalik dengan suasana di rumah duka yang terletak di rumah Arman kakak ipar Samuel yang juga merupakan kelapa cabang wilayah satu.Tentu saja saat ini di rumah duka banyak anggota wilayah satu dan lima termasuk anak gangs motor gentala. Kesedihan tampak terpancar dari setiap wajah pelayat. Tak terkecuali Jarot yang merupakan sahabat dengan Samuel.Brak!Aneet, Gaying dan Gayang turun dari mobilnya, mereka melangkah ke dalam yang langsung di sambut oleh Arman.“Kakak Arman, saya Gayang Pradipta Pasya mewakili keluarga Pradipta Pasha mengucapkan duka yang sedalam – dalamnya untuk kematian Kak Same,” ucap Gayang sembari berjabat tangan.“Kami jan
Annan terlihat oleh Aneet sedang merapikan setelan jas hitam yang dipakainya lalu menghembuskan nafasnya dan berjalan masuk ke dalam yang di ikuti oleh Aneet di belakangnya.Kedatangan Annan dan Aneet tentunya menarik perhatian pelayat yang ada di sana. Termasuk Arman yang menyambut Annan di dekat peti jenazah Same.“Kak Arman,” Belum sempat melanjutkan ucapannya Annan lalu mendapatkan pelukan dari Arman. “Saya turut berduka cita atas semua ini. Mohon maaf saya datang terlambat karena tadi ada urusan sebentar,” lanjut Annan berucap ketika Arman melepaskan pelukannya.“Terima kasih Annan dan mari silakan duduk.” Arman berkata.Annan duduk tepat di samping Arman, duduk segaris dengan kepala cabang dan pimpinan gangs yang lain. Sementara Aneet memilih untuk menjauh dari Annan dan duduk dengan Anees, Gaying dan juga Gayang.“Ketemu di mana Ayahmu?” tanya Gaying berbisik di telinga Aneet.“Di aparte