" Perubahan diri memerlukan perjuangan, bukan sekedar duduk diam. Berjuanglah demi perubahan diri, dan perbaiki keinginan kita. Serta, berikan ruang untuk perubahan." ~ Eneas Gervaso ~ ***** Pernikahan pun dilaksanakan begitu meriah, ribuan pengunjung yang tak henti-hentinya memadati ruangan. Zucca dan Sierra, baru saja bertemu hari ini. Tepatnya di atas pelaminan mereka, tanpa tegur sapa atau pun saling memperkenalkan diri.Sierra merasa asing, seperti patung di atas pelaminan. Hanya mertua dan kakak iparnya yang menerima dirinya. Tatapan tajam sang suami dirasakannya. Terlihat jelas bahwa Zucca tidak menyukai ataupun menerima dirinya, masuk ke dalam keluarga Gervaso. Sierra hanya melihat senyum kebahagiaan dari kedua kakaknya dan juga Nyonya Yoana, suaminya, dan putrinya.Pernikahan ini memang atas permintaan Yoana, sebagai bentuk balas budi. Karena nyawanya pernah diselamatkan oleh gadis cantik itu. "Jangan memamerkan gigimu, bodoh! Bersiaplah biasa aja, kau hanya boleh menundu
Shopping Bersama Kakak ipar" Sepertinya memang lebih pantas untuk sekedar mengagumi, bukan untuk memiliki." ~ Sierra Suelita ~ ***Usai berbelanja, Zamora Nieva mengantarkan Sierra pulang ke rumah adiknya. Sementara dirinya kembali ke hotel tempatnya menginap. Sepanjang perjalanan, Sierra tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada kakak iparnya. "Sudah, ini tidak ada arti apa-apa. Jangan terlalu berlebihan begitu, deh."Zamora Nieva dengan ramah memberitahukan kepada adik iparnya itu, untuk tidak mengucapkan terima kasih berulang kali kepada siapa pun. Karena akan menjatuhkan martabat keluarga besarnya."Tapi, Kak—""Santai aja. Totalan segini hanya recehan bagi kami," kelakarnya lagi. Merasa sangat tidak enak hati, akhirnya Sierra hanya mengulas senyum. Dalam hatinya, dia amat bahagia. Ponsel mahal keluaran terbaru pun telah dibelikan oleh Zamora Nieva. "Ya, sudah. Aku langsung ke hotel, ya." Zamora Nieva berdiri di samping pintu mobilnya saat telah sampai di halaman rum
"Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang, kadang manusia punya mulut tapi belum tentu punya otak." ~ Zamora Nieva ~ ***Setelah puas melamun, Sierra masuk ke dalam ruangan kamar. Lampu telah menyala entah sejak kapan, mungkin si pria kanebo yang menyalakannya. Gadis itu merasakan tubuhnya tidak enak, hidungnya mengeluarkan embusan panas saat bernapas. Ya, sepertinya dia akan sakit. Sementara di ruangan kerja—hanya terhalang oleh dinding kamar—sepasang mata memperhatikan pergerakan gadis itu. Sesekali dia mendengus kesal serta mengumpat kecil. "Cih! Dasar kampungan!" Umpatan itu berkali-kali dilontarkan saat melihat Sierra bersiap berbaring di atas sofa."Bagaimana mungkin aku terjebak di dalam situasi seperti ini dengan gadis jorok itu?!" Zucca merasa begitu menyesali keadaannya, tetapi dia tidak ingin kehilangan hak warisnya. "Hebat! Dia bisa menipu mama dengan wajah polosnya. Cih! Kita lihat aja, sampai kapan dia akan bertahan di sini! Aku tidak akan memberikannya upa
"Hidup itu tidak selalu berjalan mulus seperti yang kita inginkan, ada banyak kegagalan dan jatuh bangun pastinya. Semua itu adalah cara kerja Tuhan untuk menguatkan mental seseorang. Bukan karena Tuhan tidak sayang dengan kita."_Di tepi laut yang penuh dengan sampah, tak membuat Fabio dan Seina kembali pulang. Mereka sudah terbiasa dengan situasi kotor dan bau seperti itu. Bahkan, ada beberapa gubuk yang menjadi tempat pembuangan sisa-sisa makanan dalam tubuh pada manusia alias WC umum. Tentunya, kotoran dari sisa-sisa dalam tubuh langsung jatuh ke dalam air laut tersebut. "Ada masalah lagi sama Selena?" Fabio membuka percakapan saat melihat Seina telah tenang. Gadis itu menoleh sesaat ke arahnya, lalu menatap laut kembali. Terdengar embusan berat keluar dari mulutnya. "Hufh.""Selena masih minta uang sama Sierra. Dia marah karena Sierra gak bisa kasih lagi," ucap Seina tanpa menoleh. Fabio berdeham, "Hem. Kenapa Selena gak pernah bisa berubah, ya. Terus, Sierra diungkit seperti
Benci yang tertanam _Seina mengirim pesan kepada Sierra. Karena Selena tidak kunjung membalas pesannya, Seina memutuskan untuk ke rumah Fabio. Menunggu di sana sepertinya akan lebih bagus, dari pada menunggu seorang diri di sini akan terasa memakan waktu. ***Hari ini, kedua orang tua Zucca dan kakaknya—Zamora Nieva—akan datang berkunjung, tentu saja untuk menemui menantu kesayangan dan sekalian mereka akan berpamitan pulang. Zucca dan Sierra telah menunggu kedatangan mereka layaknya sepasang pengantin baru, duduk di sofa ruang tamu dengan senyum yang dipaksakan."Hari ini, mama papa dan kakak akan datang. Bersikaplah seperti wanita anggun dan berkelas." Suara Zucca terdengar seperti ancaman bagi Sierra, terdengar begitu datar."Seperti apa?" tanya Sierra dengan bingung.Belum sempat Zucca melanjutkan ucapannya, mereka pun telah sampai. Segera Zucca dan Sierra beradu akting, Zucca memeluk bahu kecil Sierra, dan tangan Sierra pun berada di pinggang Zucca."Wahhh, waaah, wahhh, kita d
"Selain diri sendiri yang berjuang, siapa lagi?" ~ Amoy Shanghai ~ ***(Serba Salah)"Zucca itu adalah suaminya, sudah seharusnya bertanggung jawab dengan semua kebutuhan istrinya, Paloma." Zamora Nieva menimpali. Paloma semakin kesal mendengarnya, dia pun pamit pulang sambil menahan emosi."Aku pulang dulu, deh, Tan. Kak." "Kok, buru-buru amat?""Iya, ada yang harus aku kerjakan. Terima kasih jamuan makan malamnya, Tan." Zaneta Paloma mencium pipi dua perempuan itu. Dia sengaja menginjak kaki Sierra dengan kuat. Sierra menahannya, sengaja tidak berteriak sakit. Dia tidak mau terlihat lemah di mata Zaneta Paloma. Dia sedikit meringis ketika ujung heels menancap di bagian punggung kakinya. Mendengar rintihan kecil, Zaneta Paloma pun tersenyum puas."Cika!" seru Nyonya Yoana memanggil asisten pribadi Sierra. "Iya, Nyonya." Cika datang beberapa detik kemudian. "Tolong panggilkan Zucca," titahnya kemudian. "Baik, Nyonya." Tak lama, dua pria berbeda generasi pun datang ke ruang tam
(Pindah rumah)_Sierra ingin membuat kejutan untuk mereka. Dia terus tersenyum sepanjang malam, berharap pagi cepat datang dan membawa langkahnya menemui sang kakak.Pagi-pagi sekali, Sierra telah bersiap diri. Hatinya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan kedua kakaknya lagi. Tak lupa, gadis itu membawakan pakaian-pakaian miliknya yang masih baru, banyak yang belum ia pakai. Sengaja ia simpan untuk kedua kakaknya. Zucca sudah berkutat dengan laptopnya sejak subuh, lelaki itu memang pekerja keras. Wajar saja dia menjadi penguasa dunia di usianya yang masih 28 tahun.Sejak berada di rumah ini, Sierra sudah terbiasa dengan jadwal yang dibuat oleh Zucca. Berlari pagi, mengelap dan membersihkan ruang kerjanya. Meskipun ada pelayan, tetapi Zucca dengan sengaja menyuruh perempuan itu yang melakukannya. Tanpa mengeluh, Sierra melakukan semua itu dengan hati ikhlas. Tentu saja, itu membuat Zucca semakin terbakar emosi. Sebenarnya, lelaki itu ingin membuat istrinya tidak betah dan memin
(Melakukan Tes)"Siapa yang suruh kamu tidur, hah!" bentak Zucca. Membuat Sierra bergidik takut.Setiap hari, ada saja kesalahannya. "Buka nih!" Zucca mengangkat kakinya dan menaruh di atas paha Sierra.Dengan pasrah, perempuan itu pun membukakan sepatu dan kaus kaki suaminya. Jauh di dalam hatinya, ia menyimpan luka yang teramat banyak.Sierra yang baru saja terbangun gegas mengikuti perintahnya. Dia tidak ingin membuat masalah dengan pria kanebo itu lagi. "Gimana? Sudah foto keluarga, dong?" ledek Zucca. Sierra tak menjawab, matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan dari mimik pria kanebo itu. 'Kenapa tertawanya seperti menyimpan sesuatu, ya? Apa yang dia rencanakan?' batin Sierra. Pantas saja dia memperbolehkan Sierra menemui kakaknya, ternyata lelaki tak berhati itu sudah menyiapkan kejutan besar untuk istrinya. Zucca terlihat begitu puas saat menatap wajah sembab gadis itu. 'Rasakan kau bodoh!' ucapnya dalam hati sambil menyeringai kecil."Besok kita akan ke rumah sakit, ja