Pak Andy membuka gerbang ketika mobil Ryu membunyikan klakson. Sebelum nya, ia mengecek terlebih dahulu siapa tamu yang datang. Karena Zucca tidak memperbolehkan siapa pun masuk tanpa seizin darinya. "Sampai di sini aja, maaf telah merepotkanmu." Sierra pamit seraya menundukkan kepala. Ryu Jang Wook hanya tersenyum melihat tingkah gadis itu. Bahkan, Sierra tidak berani menatap wajah Ryu sepanjang perjalanan tadi. Ryu merasakan aliran cinta. "Apa aku gak boleh mampir?" goda Ryu. Mendadak, wajah Sierra menjadi memerah. "Maaf, aku di sini bekerja. Nanti majikanku marah," ucapnya. Tanpa menunggu jawaban dari Ryu, Sierra segera keluar dari mobil dan setengah berlari masuk ke rumah. "Loh, Non. Kenapa pulang nya misah misah?" tanya Cika saat membukakan pintu untuk Sierra. "Tuan Zucca ninggalin aku di rumah sakit," jawab nya lemas. Pelayan lain datang dengan membawa secangkir teh manis hangat, Cika menyambut nya lalu memberikan nya kepada Sierra. Gadis itu menyeruput teh secara yang ma
( Sierra Melawan )Zucca memberitahukan tentang jadwal lanjutan inseminasi mereka pada Sierra. Gadis itu, hanya mendengarkan perkataan lelaki yang ada di hadapan nya itu. Tanpa ia paham sedikit pun. "Hey! Kau dengar tidak apa yang aku bicarakan dari tadi???" Zucca menggebrak meja kerja nya. Sierra terkejut, "Aku mendengarnya, kok! Aku belum tuli!" jawab nya dengan kesal. "Baguslah. Ingat, jangan sampai melakukan hal bodoh! Lihat saja jika kau memberikan kami keturunan yang cacat dan tidak berguna!" ancam Zucca. Sierra diam, dia bingung apa yang harus ia katakan. Padahal, ia sendiri masih heran apakah dirinya akan hamil beneran? "Ya, sudah sana! Aku muak lama lama melihat mu!" Zucca mengusir gadis itu dari ruang kerjanya. Sierra menghentakkan kaki nya, lalu berjalan keluar dari ruangan itu. Ia ingin meluruskan kaki nya di sofa tidurnya. Gadis itu mendengus kesal, hatinya ingin sekali menangis dan menjerit sekuat tenaga. Gadis itu merebahkan tubuh nya di atas sofa, di samping tem
(PERTEMUAN KEMBALI)****Melihat Sierra murung sejak mengunjungi rumah kakak nya, pria dingin itu sedikit kasihan kepada gadis itu. Zucca melempar kertas dan jatuh di kaki Sierra, tanpa disuruh gadis itu memungut nya. Lalu, ia pun memberikan nya kembali ke pria dingin itu. "Ini, Tuan." Akan tetapi, dengan cepat Zucca menangkisnya. "Itu alamat kedua kakak mu! Simpan baik baik." Sierra mengernyitkan dahi nya, ia begitu heran kenapa Zucca bisa mendapatkan alamat kakaknya? Sedangkan, ia belum pernah menceritakan kepada laki laki itu tentang kejadian tempo hari. "Ada apa? Apa kau lupa cara nya berterima kasih?" ujar nya kembali. "Ah. Oh, iya. Sebelum nya, aku ucapkan terima kasih banyak, Tuan. Tapi—" "Besok kita kembali ke rumah sakit, jadwal penyuntikan hormon telah di tentukan. Jadi, sebaik nya kau jangan ceroboh! Jaga sikap mu saat berada di luar rumah ini. Apa kau mengerti?" Suara berat itu kembali terdengar, memotong ucapan gadis itu. Hanya anggukan yang diberikan oleh Sierra,
Bab 16Ryu terkekeh mendengar ucapan Sierra. Aneh memang. Apa dia tidak percaya kalau Sierra bisa membayar ongkos perjalanan? "Aku serius, ini aku sudah membawa uang." Sierra menyodorkan sepuluh lembaran uang kertas berwarna merah pada nya. Uang yang sebelum nya ia pinjam dari Cika. Sebenar nya, Zucca pernah memberikan uang bulanan pada gadis bermata bulat itu, namun Sierra telah memberikan seluruh uang nya untuk Selena. Ryu tertawa lebar. Lalu menghidupkan mesin mobil nya tanpa menghiraukan uang di tangan Sierra. Bagi Ryu, terus berada dekat dengan gadis idaman nya adalah waktu yang sangat ia nantikan. "Kenapa? Apa ini kurang? Memang nya, alamat itu jauh dari sini, ya?" todong Sierra lagi. Ryu menoleh lalu tersenyum. Sierra tidak membawa ponsel, tertinggal di sofa seperti nya. Jadi tidak bisa mengecek alamat pada laman internet. "Apa bosmu tau kalau kamu pergi?" Suara Ryu membuat Sierra yang mengantuk menjadi segar kembali. Wajah Zucca memenuhi benak nya. "Biarkan saja, aku
Dari dalam, Selena mengintip dari celah kecil dekat jendela nya. Hatinya semakin terbakar melihat adik nya berada di pelukan pria yang dia sukai. Tidak ada jawaban. Akhir nya dengan berat hati, Ryu mengajak Sierra untuk pulang. Dia juga menawarkan tempat tinggal untuk Sierra, karena tau dia sedang melarikan diri dari rumah nya._Mereka kembali masuk ke dalam mobil mewah itu, Sierra lebih banyak diam menatap kosong jalanan di depannya. Sesekali Ryu mencuri pandang kepadanya, mengajaknya bicara tetapi tetap saja gadis itu enggan menjawabnya."Kamu sudah makan belum?" Ryu bertanya kembali, tetapi Sierra malah menjawab lain."Semua salahku. Andai aku bisa membantu mereka membayar kontrakan, mungkin aja hari ini aku bisa bersama mereka." Suaranya terdengar begitu serak. "Sudahlah. Untuk sementara waktu, kamu tinggal di mansion milik ku aja, ya? Di sana hanya ada Bik Nani," ujar pria baik itu. "Aku memang tidak berguna sebagai adik." Sierra berkata kembali dengan lirih."Sudah. Jangan m
Selena mengumpat Sierra habis habisan. Tak lama dari kepergian Sierra, Seina pulang ke rumah dan heran melihat kakak nya marah marah. "Kakak kenapa?" Seina bertanya dengan raut heran. Dengan napas memburu, Selena menjawab nya dengan kasar. "Perempuan yang kamu anggap adik itu baru saja dari sini. Dasar perempuan murahan!" pekik nya. "Sierra? Bagai mana dia tau alamat kita? Terus, dia ke mana?" Rentetan pertanyaan lolos begitu saja dari mulut nya karena rasa penasaran yang begitu besar. Selena menatap tajam ke arah Seina, "Apa kamu masih menganggap dia keluarga, hah! Gara gara dia, kita jadi seperti ini!" "Kak! Cukup! Jangan selalu menyalahkan Sierra, dia tidak ada salah apa apa. Harus nya, kakak tanya diri kakak sendiri kenapa kita sampai terusir sejauh ini!" Seina mengambil kembali tasnya yang sebelum nya ia gantung di balik pintu, lalu keluar rumah entah ke mana. "Pergi kamu sekalian! Dasar brengsek kalian!" umpat Selena dari dalam. Seina sudah muak dengan sikap dan tingkah l
Sierra mengekor dari belakang, hati nya sedikit tenang saat mendengar kata kata pria itu yang begitu memperhatikan nya. Meski pun mereka baru satu minggu dekat, tetapi perasaan mereka seperti sudah mengenal lama. Di dalam mobil, Ryu tersenyum kecil melihat dari kaca spion yang ada di bagian luar mobil. Gadis itu sedang memandang ke arah nya dan menungguinya pergi tentu saja. Pria itu lantas menjadi semangat hari ini, setidaknya dia bisa merasakan kalau Sierra menganggap nya ada.Setelah Ryu benar benar menghilang di tikungan pagar, Sierra kembali ke dalam rumah. Perut nya sudah kenyang, tetapi masih ingin makan kembali. Kebetulan nasi goreng tadi masih ada, gadis itu langsung menuju ke meja makan. "Loh, Bik. Nasi goreng sisa tadi pagi, ke mana ya?" Sierra terkejut melihat meja makan terbuat dari batu marmer itu telah bersih. "Oh, bibik simpan di dapur, Non. Kirain sudah tidak mau makan lagi," jawab wanita tua itu. "Non Sierra mau makan lagi?" sambung nya lagi, Bik Nani terlihat her
Part 20_"Kamu jangan bertindak bodoh, Ryu! Jaga martabat keluarga kita. Kau bisa menjadi seperti sekarang ini, semua berkat siapa kalau bukan mereka!" Ucapan ayah nya kembali berdenging di telinga nya. Pria berambut abu abu itu menjadi serba salah, dia tidak ingin mengecewakan ayah nya, tetapi dia juga tidak bisa menahan perasaan nya yang semakin besar kepada Sierra Suelita. Dokter Brian Attala sudah berkali kali menyuruh anak nya untuk memulangkan Sierra Suelita ke rumah keluarga Gervaso, sebelum kedua orang tua dari Zucca itu kembali ke Indonesia. Akan tetapi, Ryu begitu berat melepaskan Sierra. Dia tidak ingin, lelaki berhati dingin itu menyakiti Sierra kembali._Perusahaan Huracán —anak perusahan dari Hugo Group— tak sengaja menjalin kerja sama dengan Edelsteen Group milik Ryu Jang Wook. Dua laki laki tampan itu akhir nya bertemu untuk membahas kerja sama yang akan mereka lakukan beberapa bulan kedepan nya. Zucca dan Ryu sama sama tidak tahu, jika mereka terhubung dengan sat