Kalingga adalah anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya bernama Kayla yang kini sedang hamil muda. Suaminya adalah seorang anggota polisi, berpangkat Serda.
Dari kecil Kalingga sungguh di manja oleh keluarganya, selain anak laki-laki ia juga pewaris tunggal perusahaan ayahnya.
Dia selalu bersikap manis di dalam lingkungan keluarganya, yang mengetahui kalau Kalingga adalah seorang lelaki bejad hanyalah Ayya dia seorang ART yang bekerja di rumah orang tuanya.
Setiap malam ialah yang selalu membukakan pintu cendela untuknya, ia juga mendapatkan banyak uang dari Kalingga agar menutup rapat mulutnya dari seluruh keluarganya.
Suatu ketika Kayla meminta tolong kepada adiknya agar mau menggantikannya menghadiri peresmian apartemen ayahnya yang ke 10. Kayla tidak bisa hadir karena sedang tidak enak badan.
Dengan tegas ia mengiyakan permintaan kakaknya.
"Kapan acaranya di mulai Kak?" sambil mengunyah makan kecil di mulutnya.
"Besok lusa sayang"
"Kalau begitu hari ini aku bisa jalan dong sama teman-teman, ada touring ke pantai nanti malam mungkin besok udah balik" ujarnya.
"Jangan sering-sering keluyuran gak baik" nasehat ibunya sambil menepuk bahunya pelan.
"Gak Bu, kan jarang-jarang Angga main" jawabnya lalu mencium pipi ibunya dan berlalu pergi.
Seperti biasa Kayla dan Ayahnya pergi bersama ke kantor, sedang suaminya kini sedang bertugas di luar kota besok baru akan pulang ke rumah.
Mereka berdua baru saja sampai di kantor tapi suasana kantor sepertinya sedang mengalami masalah, terbukti dari beberapa karyawan ada yang bergerumul sibuk membicarakan seseorang.
Kayla curiga, kenapa mereka diam setelah melihat ayah. Dengan perasaan yang tak menentu, ia mencoba menanyakan hal itu kepada asistennya.
"Mala, kenapa semua orang berkerumun begitu. Apa yang sedang mereka bicarakan?" sambil membuka layar komputer di hadapanku.
"Em... Anu Bu... Itu?" Mala tak berani mengatakannya kepada Kayla.
"Kenapa gugup begitu, ayo ceritakan Mal. Aku kepo!" ujarku sedikit memaksa karena aku juga tidak mau ketinggalan berita.
"Saya tidak berani Bu..." ujarnya lirih sambil tertunduk.
"Aku tak mungkin mengatakannya, maafkan aku Bu. Ini masalah adik Ibu, aku tidak mau kena masalah hanya karena membicarakan adik Ibu" sambil terbata.
"Adikku, ada apa dengan dia?" tanyaku heran, lalu berdiri dari tempat dudukku semula.
Dengan berat hati Mala memberitahu bahwa adiknya telah melakukan perampokan, di rumah salah satu rekan kerja ayahnya di kantor. Rekaman CCTV memperlihatkan dengan jelas bagaimana muka dari anak pengusaha tersukses di kotanya.
Kayla menyentuh dadanya yang berkecamuk lalu meneteskan air matanya, matanya mendadak gelap dan berakhir dengan pingsan.
Tak sengaja ayahnya mendengar semua ucapan dari asisten putrinya, ia segera membawa Kayla untuk di bawanya pulang ke rumah.
Sepanjang perjalanan, ayahnya di sibukkan dengan menelpon anak lelakinya. Dan sesekali berusaha membangunkan Kayla dari pingsannya.
Dengan sedikit erangan yang panjang ia memukul dasbor mobilnya, ia marah dan tak tau harus berbuat apa untuk memberi pelajaran kepada Kalingga.
Mobil itu sampai saat suami Kayla baru saja tiba dari luar kota.
"Loh Ayah sudah pulang, apa Ayah sedang sakit?" Nico tak melanjutkan ucapannya karena melihat ayah mertuanya sedang berusaha membantu Kayla untuk berjalan.
"Sayang kau kenapa, apa kau sedang sakit?" tanya Nico sambil mengambil alih tangan mertuanya untuk membantu istrinya berjalan.
"Ajak masuk dulu istrimu kasian ia sedang hamil, jangan biarkan ia kelelahan" tutur ayahnya.
Nico membawa Kayla ke dalam kamar mereka, di sana sudah ada Ibu serta ayahnya.
Tak berselang lama Nico mendapat telpon dari salah seorang teman polisinya yang menangani kasus Kalingga, ia dan keluarga di minta agar datang ke kantor polisi sekarang juga.
Semua keluarga shock terlebih lagi ibunya, ia masih tak percaya kalau putranya yang begitu lembut dan ramah bisa melakukan hal jahat kepada orang lain.
"Yah... Jelaskan sebenarnya Kalingga ini merampok rumah siapa, dan apa yang sebenarnya terjadi?" ibu Kirani menangis saat meminta penjelasan kepada suaminya.
"Aku juga tidak tau Bu bagaimana kronologis kejadian sebenarnya, tadi pagi asisten pribadi Kayla bercerita kalau Kalingga sudah merampok rumah rekan kerja Ayah Bu, namanya pak Rahmat orang yang begitu Ayah segani di kantor.
Karena tidak mau menerka-nerka kejadian yang sebenarnya, Nico meminta ijin istri dan Ayah mertuanya untuk pergi ke kantor polisi. Sementara Ibu dan Kayla tinggal di rumah karena mengingat Kayla yang sedang hamil muda.
"Nico berangkat dulu Yah" ujarnya berpamitan.
"Ayah ikut nak, Ayah juga ingin bertemu dengan anak brengsek itu. Karena ulahnya membuat muka Ayah tercoreng di kalangan pengusaha yang lainnya" cecar ayah.
"Ingat Yah, jangan melakukan hal tidak di inginkan kepada anak kita, Ibu gak tega kalau dia masuk penjara nantinya" desak ibu dengan menangis, ia tau kalau suaminya marah maka akan terjadi hal yang buruk dengan keluarga ini.
Tanpa mendengarkan celotehan istrinya, Saguna pergi bersama menantunya menuju kantor polisi tempat Kalingga dan teman-temannya tertangkap.
Sekitar 1 jam perjalanan, mereka berdua sampai di kantor polisi. Ayah yang sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan Kalingga berlari ke arah polisi yang berjaga.
"Selamat siang Pak, saya ayah dari Kalingga. Saya ingin bertemu dengan anak saya, apa bisa?"
Polisi itu melihat Serda Nicolas berada di belakang pria yang sudah tak muda ini, ia mengerti dengan kode yang di berikan oleh Serda Nicolas.
"Mari Pak ikut saya ke sel" ajak polisi itu kepada Saguna.
Saguna meremas kedua tangannya, kelihatan sekali buku-buku tangannya nampak memutih. Ia siap untuk menghajar anak yang berada di hadapannya sekarang ini.
Polisi itu membukakan pintu sel, dan meminta Kalingga untuk keluar karena keluarganya akan bertemu.
Kalingga tau ayahnya begitu marah, wajah dan kepalan tangannya hampir memerah tanda tak ada ampun lagi untuknya.
Tanpa berbicara Saguna memukul rahang Kalingga dengan keras, sampai Kalingga tersungkur ke lantai. Kedua polisi itu termasuk Nicolas melerai antara ayah dan anak, Nico tak mau ayah melakukan hal yang dapat membuat Kalingga makin lama mendekam di penjara.
"Kalingga jelaskan kepada Ayah kenapa kau lakukan ini?" tanya ayahnya dengan berteriak.
"Karena Ayah selalu mengatur hidupku, aku sudah besar Yah. Aku ingin melakukan apa yang ku suka dan tidak, tapi Ayah dan Ibu selalu menyuruhku dengan melakukan hal yang tidak ku suka!" jawabnya dengan tak kalah keras.
"Jadi dengan merampok begini kau suka begitu?"
"Ini karena Ayah membatasi uang jajanku, sehingga aku berbuat nekat seperti ini!"
"Kau salah adikku, Ayah ingin agar anaknya menjadi orang yang baik begitu juga dengan pekerjaannya. Ayah dan ibu membiasakan kamu memberi uang sedikit agar kamu tidak seenaknya menggunakan uang mereka. Ayah sudah susah payah membangun perusahaannya mulai dari nol, agar bisa menghidupi keluarganya. Agar kalian bisa hidup enak tidak seperti gelandangan di luar sana, Ayah mengajarkan kau lebih bijak dalam menggunakan uang, Ayah bukan orang yang pelit adikku. Resapi lagi perkataanku dan tinggalah di sini beberapa waktu, agar kau makin dewasa dan mengerti. Ayo Yah kita pulang, biar Kalingga aku yang mengurus" ajak Nico dan berlalu meningglakan kantor polisi.
Saguna memilih untuk pergi dari kantor polisi, ia sengaja tidak langsung pulang melainkan pergi ke rumah rekan kerjanya Bapak Hendra.Ia ingin meminta maaf atas nama Kalingga anaknya, serta ingin tahu berapa kerugian yang di timbulkan karena ulah anaknya."Selamat siang Pak Hendra, dengan penuh rasa hormat saya meminta maaf atas nama anak saya Kalingga karena telah membuat Bapak kehilangan sejumlah uang dan barang" ujarnya sambil menundukkan kepalanya."Jangan bersikap demikian Pak, saya tau sekali anda dan keluarga orang seperti apa. Saya juga menyayangkan kenapa putra Bapak menjadi seperti ini, sebenarnya apa yang terjadi Pak?" Hendra menepuk pundak Saguna pelan."Saya tidak tau Pak, padahal di rumah dia bersikap baik-baik saja bahkan berbicara lembut kepada ibu serta kakak-kakaknya, saya tidak mengira kalau anak saya menjadi berandal seperti ini" Saguna mengusap air matanya dengan kasar.
Hampir tengah malam tapi Kalingga masih saja di periksa oleh polisi, segala bentuk pertanyaan sudah di jawabnya dengan penuh kejujuran.Kalingga berharap ini kali terakhirnya ia berurusan dengan kepolisian, ia menyadari kalau selama ini sikapnya sudah salah. Namun kebiasaan merokok serta meminum-minuman keras tak begitu saja ia bisa hilangkan dengan cepat.Dengan segala bentuk rasa kekecewaan menghinggapi dirinya, terlihat dari penuturan terakhir Ayahnya. Bahwa ia tak mau lagi mengakuinya sebagai anak. Hal itu sungguh membuat batin Kalingga terluka, ia merasa telah di permainkan oleh dunia saat ini.Pagipun menjelang saatnya untuk memberikan informasi kepada kuarga Kalingga bahwa anaknya tidak tau menau masalah perdagangan narkoba itu, ia hanya sebagai korban.Polisi meminta agar pihak keluarga menyetujui kalau Kalingga akan di kirim ke panti rehabilitasi untuk menghilangkan kecanduannya.&nbs
Kini Kalingga sudah berada di pondok pesantren milik Kyai Tohir sudah menginjak 7hari selama itu juga ia di ikat dan di kurung, Anisa dan Abinya selalu berkunjung ke kamar isolasi Kalingga.Mereka semua tau kalau Kalingga sedang mengalami kecanduan akibat obat-obatan terlarang, dengan asma Allah mereka senantiasa memberikan nasehat serta do'a untuk Kalingga.Hari ini genap satu bulan lamanya ia berada di pesantren, ayat-ayat al qur'an sudah biasa ia dengarkan. Alhamdulillah pula kecanduannya sedikit hilang, meskupun kadang masih merasakan sakit karena menahan hasrat untuk kembali memakai narkoba."Assalamualaikum..." Anisa memberi salam.Dengan sedikit malu-malu serta tak berani memandang wajah Kalingga, ia datang dengan membawa sebungkus makanan untuknya.Tanpa mengucap salam Kalingga hanya tersenyum acuh kepada Anisa."Makanlah, tadi Umi sudah memasak
Kalingga sungguh bersemangat saat akan pergi ke masjid untuk sholat zduhur berjama'ah, di sana sudah banyak orang yang berdatangan. Mereka langsung memasuki masjid itu lalu melakukan sholat tahiyatul masjid sebanyak 2 rokaat, tapi tidak dengan Kalingga ia malah duduk paling belakang lalu mengamati isi beserta kaligrafi-kaligrafi indah yang terdapat pada masjid itu.Komar yang sudah selesai melakukan sholat tahiyatul masjid terkejut karena Kalingga tidak berada di samping maupun belakangnya.Ia mencarinya sebelum sholat benar-benar di mulai, Komar melihat Kalingga sedang duduk bersila di samping pintu masjid."Bang, ku cari-cari ternyata ada di sini? Ayo kita ke depan supaya nanti pahalanya lebih banyak, dari pada di belakang" ajaknya sambil menarik tangan Kalingga."Iya..." jawabnya sambil tersenyum.Sholat zduhurpun di mulai, Komar dan Kalingga kini sudah berada di shaf paling d
Empat bulan sudah Kalingga berada di pesantren selama itu juga kluarganya sebuk mencarinya kemana-mana sampai pihak kepolisian sudah lepas tangan untuk mencari keberadaannya."Sayang bagaimana kalau kita adakan pencarian melalui televisi dan koran, siapa tau ada yang melihat Kalingga" ide Nico kepada istrinya."Tidak Nico, Ibu tidak setuju kalau sampai sejauh itu cara kalian mencari adikmu. Memang kalian kira anakku itu seorang bajingan, yang harus di cari sampai seperti itu?" Ibu menangis lalu mengunci diri di kamar."Ibu bukan begitu maksut Mas Nico" teriak Kayla sambil mengetuk pintu kamar Ibunya, agar Ibunya tidak merajuk."Sayang kita harus lakukkan itu, karna aku tidak akan tau bulan depan akan di pindah tugaskan kemana. Makanya selagi aku berada di rumah kita cari Kalingga sampai ketemu, ini sudah empat bulan mau nunggu berapa bulan lagi sayang?" ujar Nico sambil membujuk istrinya agar mau men
Empat bulan sudah Kalingga berada di pesantren, selama itu pula Ibu merasakan kesedihan yang mendalam. Setiap hari ia akan berada di kamar Kalingga, dan setelah itu kembali ke kamarnya. Kini ia sedang sakit entah itu sakit karena memang penyakit atau sakit karena fikiran kamipun tak tahu.Nico sengaja memberitahu Ibu bahwa hari ini akan ada upacara nujuh bulanan istrinya, Nico terpaksa memberitahu Ibu mertuanya sekarang karna tak ingin membuatnya kerepotan.Menjelang siang nampak semua tamu undangan sudah memenuhi rumah kami, bahkan saudara jauhpun sudah mulai berdatangan.Kayla sungguh senang karena terhibur dengan adanya saudara dan cucu mereka yang nampak begitu riang bermain.Tanpa kami sangka sesuatu terjadi membuat Ibu menjadi benar-benar sakit kali ini.Ada salah satu dari keluarga kami yang menanyakan tentang Kalingga, karena memang sudah lama ia tak nampak. Kami berusaha
Di rumah sakit Ibu Kalingga segera mendapat pertolongan, dokter mengatakan kalau tekanan darahnya naik sangat drastis. Beruntung ia segera di larikan ke rumah sakit untuk menurunkan tekanan darahnya, sebab kalau tidak nyawanya pasti tidak akan tertolong. Sudah empat hari Ibu di rawat di rumah sakit, tapi satupun berita dari Kalingga masih belum keluarga dengar perkembangan beritanya. Mungkin dengan datangnya Kalingga kesehatan Ibu akan segera membaik, Nico berusaha mencari Kalingga sampai luar daerah bahkan istrinya merasa sedih setiap kali suaminya pulang tanpa membawa berita tentang keadaan adik satu-satu. Nico hampir saja menyerah saat Kalingga tidak pernah ia ketemukan, namun hal itu segera di tampiknya manakala ia melihat kesehatan Ibu mertua yang tak kunjung sembuh. Sedangkan di pesantren, Komar yang beberapa hari ini sangat sibuk menghindar dari Kalingga nampak sedang berbicara dengan Kyai mengenai masalah i
Sudah seharian ini Kalingga di rumah sakit, ia nampak terkejut setelah sadar bahwa ia sedang tertidur di rumah sakit dengan tangan yang di pasang infus.Ia mencoba berteriak memanggil nama Komar, namun teriakannya tak di dengar oleh Komar karena memang letak anatara ruang inap dirinya dan Kyai Tohir sangat jauh.Tak lama Ayahnya datang saat Kalingga merapatkan kembali matanya."Ngga, bagaimana keadaan kamu nak. Apa ada yang sakit" sambil mengelus kepalanya dengan sayang.Kalingga tau kalau itu suara Ayahnya, tapi kenapa Ayahnya bisa berada di sini? Dan kenapa dirinya saat ini?. Berbagai macam pertanyaan muncul dalam pikirannya, sengaja ia tak membuka matanya karena masih belum bisa berkata apapun saat ini.Dokter yang menangani kesehatan Kalingga masuk, ia ingin memeriksa keadaannya."Maaf Pak, apa anda Ayah Kalingga? Saya mohon ijin mau memeriksanya sebentar