Saat ini Keyra sedang duduk termenung di bangku Cafe. Dia sedang memikirkan tentang masa depannya dan memikirkan tentang Bu Asri dan Dimas yang ada di Solo. Dia merindukan kekonyolan abangnya itu dan kehebohan ibunya. Dia juga merindukan omelan sang ibu kepada Dimas.
‘Abang Keyra kangen lihat abang di omeli sama Ibu’ batin Keyra dengan raut wajah sedih.
Saat dia sedang fokus dalam pikirannya tiba-tib ada seseorang yang menyenggol bahunya dengan keras. Keyra yang belum siap pun hampir saja terjatuh dari tempat duduknya. Dengan tatapan malas Keyra menatap ke arah sang pelaku.
“Sorry gak sengaja” ujar Natasya dengan raut wajah tak peduli.
“Ck” decak kesal Keyra dan dengan raut wajah malas dia berdiri dan berjalan meninggalkan Natasya sendiri.
Keyra berjalan ke arah dapur Cafe, Natasya yang mendapat respons dari Keyra seperti itu menatap tak suka ke arah Keyra.
“Cih!” decih Natasya sambil menatap t
Malam semakin larut dan Cafe baru saja tutup, saat ini di depan pintu Cafe sudah ada Viki, Bara, Natasya dan Keyra..”Pulang sama siapa lu?” tanya Bara dengan raut wajah datar tapi sorot mata yang menunjukkan kelembutan.“Sendiri” balas Keyra seadanya.“Gue anter pakek motor” kata Bara dengan raut wajah datar dan tak menerima penolakan. Belum juga Keyra menjawab sudah ada suara lain yang menjawab ajakan Bara tadi.“Terus Natasya sama siapa bang?” ucap Natasya sambil menatap protes ke arah Bara.“Masih punya kaki ‘kan lu? Guna ‘in kaki lu biar berguna sedikit” kata Bara dengan raut wajah tak peduli.“Tapi ‘kan bang..” sebelum Natasya melanjutkan perkataannya Bara sudah menarik tangan Keyra menuju ke arah motornya berada. Keyra yang belum mencerna kejadian tadi secara menyeluruh hanya menurut dengan patuh.“Abang!” panggil Natasya denga
Esok harinya Keyra sedang sibuk dengan tugas-tugasnya. Saat ini dia sedang mengerjakan tugas yang di berikan oleh sang Dosen. Sudah hampir dua jam dia mengerjakannya dan akhirnya usahanya tak sia-sia, sebentar lagi tugas selesai dan siap untuk di kumpulkan.Keyra terlalu fokus ke dalam tugas hingga tak menghiraukan suara bising dari penghuni kantin. Ya, dia sekarang ada di salah satu bangku kantin.Keyra terus mengetik di laptop milik Ami, untung saja dia memiliki teman seperti Ami. Entah apa yang terjadi padanya jika tak memiliki teman seperti Ami.Keyra terlalu fokus ke satu titik hingga tak menyadari ada bahaya di dekatnya. Tanpa Keyra sadari ada sosok Amerta yang sudah berdiri di belakangnya dengan minuman dingin di tangan kanannya. Dengan senyum sinis Amerta menatap ke arah laptop yang di pakai oleh Keyra.Tanpa aba-aba Amerta menuangkan minuman dingin tadi ke arah laptop Ami. Laptop yang tadinya hidup dengan cahaya yang menyinari layar tiba-tiba men
Tidak jauh dari tempat Keyra berdiri terlihat ada segerombolan mahasiswa yang menyaksikan kejadian tadi. Mereka memasang raut wajah yang berbeda, ada yang kasihan, marah dan geram. Salah satu di antara mereka melangkahkan kakinya menuju ke arah Keyra dan di susul oleh dua orang di belakangnya.“Gue bilang ngomong jangan jadi bisu lu sialan!” kata Amerta sambil menjambak rambut Keyra dengan kasar membuat yang empuh mendongak ke atas.“Lepas ‘in tangan kotor lu” ucap Satria dengan nada suara dingin dan sorot mata tajam.“Gak usah ikut campur lu” kata Amerta sambil menatap tak suka ke arah Satria dan menambah kuat menjambak rambut Keyra. Keyra yang merasakan perih di rambutnya mulai meringis menahan sakit.Satria yang melihat raut wajah kesakitan di wajah Keyra mulai mengambil tindakan. Dengan garang dia menatap ke arah Amerta sambil mencengkeram tangan Amerta yang menjambak rambut Keyra dengan kasar.“G
Di tempat lain. “Lu tuh begonya kebangetan” kata Satria sambil menatap ke arah Keyra dengan raut wajah menahan kesal. “Kenapa lu diem aja waktu di bully? Bales, kalau perlu bawa dia ke rumah sakit buat nginep” ujar Satria dengan raut wajah kesal dan menatap ke arah Keyra. Keyra yang mendengar ocehan dari Satria hanya diam tanpa ada niatan untuk membalas. Dia sedang fokus memperhatikan seseorang yang sedang mengobati kakinya yang sedang terluka. Keyra merasa bingung karena mempertanyakan siapa lelaki yang sedang mengobati lukanya saat ini. ‘Nih orang siapa? Kayak gak asing’ batin Keyra sambil memperhatikan wajah orang yang sedang di bawahnya. “Denger gak lu?” kata Satria dengan nada suara kesal karena tahu jika dirinya di abaikan oleh Keyra. “Hm” balas Keyra dengan malas dengan tatapan yang masih tertuju ke arah Bima. Satria yang melihat itu mulai jengah dan menatap kesal ke arah Keyra dan menatap sinis ke arah Bima. Dengan mala
Di salah satu ruangan ada seorang Mahasiswi yang tertunduk dengan lesu.“Ini surat peringatan pertama untukmu jika kamu ulangi lagi maka beasiswa yang kamu dapat akan di cabut” kata seseorang di depannya dengan raut wajah serius.“Baik pak” kata Keyra dengan lesu.“Sekarang kamu bisa keluar” kata sang dosen dengan raut wajah datar.“Baik pak, sekali lagi saya meminta maaf. Permisi” kata Keyra dengan nada suara lesu dan keluar dari ruangan tadi dengan raut wajah pasrah.“Gimana?” tanya Satria dengan raut wajah khawatir dan penasaran.“Dapet SP” balas Keyra dengan senyum getir.“Yang sabar” kata Satria sambil menepuk punggung Keyra menguatkan.Keyra yang mendengar perkataan Satria tadi hanya menganggukkan kepala lesu dan pasrah. Setelah itu mereka mulai berjalan menjauh dari sana dengan langkah pelan.Di lain tempat.“Mam
Bima melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Walau dia sedang bahagia dan buru-buru tapi dia tak lupa dengan keselamatan dirinya sendiri. Dia tak mau menambah beban orang tuannya, adik kecil yang belum di temukan dan dia yang masuk rumah sakit? Itu konyol baginya.“Natalia kamu sekarang seperti apa? Abang kangen sama kamu” gumang Bima sambil menatap ke arah jalan yang masih ramai akan kendaraan yang lainnya.Di lain tempat.Saat ini Keyra sedang membersihkan meja yang baru saja selesai di pakai oleh pelanggan. Dengan semangat yang sedikit menurun Keyra membersihkan meja.Bara dan Viki yang melihat perbedaan di Keyra menatap satu dengan yang lain dengan raut wajah heran.“Dia kenapa?” tanya Viki dengan raut wajah heran.“Coba lu tanya” kata Bara dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Enggak mau, kalau gue yang tanya bukannya di jawab malah dapet semburan akhirat. Lu aja sono" balas Viki d
Keyra berjalan ke arah meja Cafe dengan tangan membawa nampan pesanan teman-teman Bara. Dengan gerakan tenang Keyra meletakkan nampan di meja mereka.“Wih! Makasih neng Keyra” kata Fito dengan senyum mengembang dan satu mata yang di kedipkan.“Kelilipan miskin mata lu?” tanya Keyra dengan raut wajah tak berminat.“Bwahahaha, bener kata lu Key. Kelilipan miskin tuh orang” kata Viki dari arah belakang Keyra.“Nancep banget omongannya” kata Fito sambil menatap ke arah Keyra dengan raut wajah sedih.“Syut! Berhenti berbual, saya sudah muak mendengarnya” kata Viki dengan raut wajah sedikit alay.“Lu berdua kayaknya udah di takdirkan buat bersatu” kata David dengan raut wajah tak berminat.“Lu kira kita berdua jodoh?” ucap Fito dengan raut wajah sewot saat mendengar ucapan David barusan.“Bisa jadi” balas David dengan santai.Menden
Hari semakin larut dan setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Bima sudah sampai di titik lokasi yang di kirim oleh papanya. Saat ini Bima sedang berhenti di salah satu penginapan yang ada di sana, lebih tepatnya tempat yang sudah papanya sewa untuk mereka tinggali beberapa waktu ke depan.Bima memasuki rumah sederhana itu dengan langkah lebar. Saat memasuki rumah, pemandangan pertama yang dia tangkap adalah kesederhanaan rumah ini.“Sudah sampai kamu Bima? Papa kira baru besok kamu sampai. Kapan sampainya?” ucap papa Bima sambil keluar dari salah satu pintu bilik rumah.“Baru saja sampai pah. Papa sudah ke lokasinya?” tanya Bima dengan raut wajah bertanya.“Papa berniat besok baru ke sana. Jangan terlalu gegabah Bima, semua pergerakan kita jangan buat awak media curiga atau saingan perusahaan kita tahu. Lagi pula tak baik jika bertamu di rumah orang di malam hari” kata papanya memperingati sang putra.