Di dalam rumah Satria, Keyra sedang menatap ke sekelilingnya dengan raut wajah rumit. Entah apa yang ada di kepala kecilnya itu.
“Ngapain lu?” tanya Satria yang sudah berdiri di belakang tubuh Keyra dengan raut wajah heran.
“Enggak, rumah lu kayaknya sepi terus ya? Waktu pertama kali gue ke sini juga sepi” kata Keyra dengan raut wajah heran dan menatap ke arah Satria sekilas.
“Orang tua gue lagi di luar kota, besok baru pulang” kata Satria dengan nada suara tenang.
“Lu tidur di tempat yang kemaren” kata Satria dengan raut wajah tenang.
“Oke” balas Keyra dengan senyum manisnya dan berjalan ke arah kamar yang pernah dia tempati saat pertama kali berkunjung ke rumah Satria.
“Besok lu ada kelas?” tanya Satria sambil mengikuti langkah Keyra dari belakang.
“Ada jam sepuluh kalau gak salah” balas Keyra sambil membuka pintu kamarnya dengan tenang.
&ldqu
‘Apa gue tanya ‘in aja? Kayaknya waktunya juga tepat’ batin keyra sambil menatap ke arah Satria dengan ragu-ragu.“Emm... Bang Tria” panggil Keyra dengan nada suara ragu.“Hm?” balas Satria dengan raut wajah tenang sambil menyuapkan makanannya ke dalam mulut.“Gue boleh tanya sesuatu?” ujar Keyra dengan raut wajah berharap.“Tanya apa?” ucap Satria dengan raut wajah bingung.“Sebelumnya maaf, bukannya gue mau ikut campur tapi gue cuma penasaran aja,” kata Keyra dengan raut wajah ragu dan itu berhasil membuat raut wajah bingung Satria bertambah.“Gini, bang Tria sama bang Bara ‘kan sepupuan. Emm, gue cuma penasaran kok hubungannya Natasya sama bang Bara gak akur ya? Gak kayak hubungan adik kakak pada umumnya” ucap Keyra dengan raut wajah bingung dan heran.“Kenapa tanya kayak gitu?” tanya Satria sambil meletakkan sendoknya dan me
“Karena tindakan Fely ke Natasya membuat beberapa orang semakin membencinya, hingga ada satu masa semuanya berubah. Sikap Fely dan sifatnya berubah, dulu gue pernah berpikir kalau dia orang lain tapi lambat laun gue semakin terbiasa dan semakin nyaman sama dia. Sikapnya yang gak bisa di bully atau di manipulasi buat gue makin sayang sama dia dan gue berharap setelah hari itu semua orang jadi peduli sama dia. Tapi...” kata Satria dengan air mata yang mulai menetes saat mengingat semua kejadiannya yang dulu pernah dia alami dengan Fely, sang adik bandelnya.“Tapi kebahagiaannya gak bertahan lama, baru aja dia bahagia ada aja masalah yang dateng. Kesel sendiri gue sama yang tulis takdir buat adik gue” ucap Satria dengan nada suara kesal dan di balas kekehan oleh Keyra. Dia tertawa bukan karena melihat raut wajah dari Satria tapi dia sedang menertawa takdirnya. Takdirnya cukup sulit di pahami jika di ceritakan kepada orang lain. Dia sendiri saja tak paham
“Bagaimana Bim?” tanya seorang lelaki paruh baya dengan raut wajah datar.“Ada satu pah” balas Bima dengan raut wajah serius dan menatap ke arah papanya dengan datar.“Kamu sudah cek semuanya?” tanya sang papa Bram dengan raut wajah serius.“Hm, semuanya sama dan Bima berharap dia adik kecil Bima” kata Bima dengan senyum manisnya.“Tapi ingat, untuk saat ini rahasiakan identitasnya. Awasi dia dari jauh, jika dia dalam masalah pantau dan lapor ke papa, biar papa yang urus” ucap pak Bram dengan senyum sekilasnya dan menatap keluar jendela dengan sorot mata kerinduan. Bagaimana pun dia masih seorang ayah, wajar jika dia rindu akan sosok peri kecilnya.“Bima keluar dulu pah” pamit Bima sambil bangkit dari duduknya.“Hm, ingat untuk mengawasi peri kecil papa dan jaga rahasia ini termasuk dari mama mu” kata papanya dengan nada memperingati dan sorot mata tajam.
Keyra terus berjalan hingga tanpa dia sadar ada seseorang yang menyenggol bahunya dengan kasar. Tubuh Keyra yang masih lemah pun tak bisa untuk mengimbangkan dirinya. Dengan tak anggun dia jatuh di atas lantai.“Kalau jalan pakek mata!” kata orang itu yang ternyata Amerta dengan raut wajah menahan emosi.Keyra yang di perlakukan seperti hanya diam sambil mencoba bangkit dari jatuhnya. Dia mulai merasa sakit di tangannya tapi dia tahan dan hanya memasang raut wajah datar.“Akhh!” jerit Keyra saat merasakan injakan kasar di jari tangan kirinya.“Bisu lu?!” ucap Amerta dengan geram.‘Sakit bego!’ batin Keyra sambil memegang tangan kirinya yang masih di bawah kaki Amerta.Tak kunjung mendapatkan jawaban dari Keyra dengan kasar Amerta menginjak tangan Keyra bahkan dia berniat untuk menendang tangan Keyra yang lebam tapi semua itu tak bisa dia lakukan saat ada seseorang yang mendorong dirinya dengan
Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh beberapa Mahasiswa, yaitu hari ulangan akhir semester. Untuk menghadapi hari ini, Keyra sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari belajar materi dan tugas yang sudah selesai di kerjakan.Saat ini Keyra sedang berjalan menyusuri koridor Fakultas kedokteran dengan raut wajah santai. Dia memang memasang raut wajah santai tapi pikirannya sangat serius, otaknya sedang sibuk menghafalkan semua materi yang dia belajarkan tadi malam.‘Semoga hari ini lancar’ batin Keyra dengan raut wajah datar dan mata yang terus menatap ke depan.“Semangat, gue pasti bisa!” kata Keyra menyemangati dirinya sendiri.Keyra kembali berjalan hingga ada seseorang yang berjalan di samping kirinya sambil menggenggam tangannya erat, tak hanya satu orang ternyata ada juga yang di samping kanannya.Orang yang menggenggam tangannya adalah Satria sedangkan yang satunya adalah Arka. Arka berjalan dengan gaya cool, y
Di sebuah ruangan yang kedap suara terlihat ada dua orang laki-laki yang berbeda usia sedang berbincang tentang sesuatu hal yang serius.“Kamu siap-siap untuk menjemput adikmu Bima. Sebentar lagi waktunya datang” kata pak Bram dengan raut wajah serius.“Yakin pah? Semuanya sudah beres?” tanya Bima tak yakin dengan perkataan Papanya. Masalahnya ini terlalu cepat dan dia takut kalau ada masalah nantinya.“Hm, sudah papa urus semuanya. Kamu hanya perlu bawa adikmu pulang dan beres” kata pak Bram dengan tenang sambil menatap ke arah anaknya tanpa minat.“Baik” ucap Bima dengan senyum senang, karena sebentar lagi adik kecilnya akan pulang.“Bagaimana keadaannya di kampus?” tanya pak Bram dengan sorot mata serius.“Yah, seperti papa dengar dari anak buah yang papa suruh. Dia mendapatkan perlakuan sedikit tak baik. Ada seseorang yang merundungnya. Tapi kalau Bima lihat dari raut waja
Jam menunjukkan pukul 14.09 dan saat ini Keyra sedang berjalan di sepanjang koridor sendirian, karena Ami sudah pulang sendari tadi.Keyra berjalan dengan langkah tenang dan raut wajah yang menunjukkan rasa lelah.Saat Keyra sedang berjalan di depan gudang tiba-tiba ada yang menarik tangannya, memaksanya untuk masuk ke dalam gudang.BrukDengan kasar orang tadi menarik tangan Keyra dan membiarkan tubuh Keyra jatuh di atas lantai yang kotor.“Ishh” desis Keyra saat merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya.Sedangkan orang tadi masih berdiri di depan tubuh Keyra sambil melipat tangan di bawah dada. Dengan sorot mata kemarahan dan kebencian.Keyra menatap sang pelaku dengan raut wajah datar, saat melihat wajah sang pelaku dia tak merasa terkejut. Orang tadi adalah Amerta dan saat ini Amerta sedang menatap benci kepada Keyra.“Mau lu apa hah?!” ucap Amerta sambil menendang tangan Keyra yang menjadi tumpua
Keyra terus berjalan dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya. Sedangkan di lain sisi, saat ini Amerta masih diam dan memikirkan semua ucapan Keyra. Pemikirannya masih berputar di satu tempat.Beberapa detik kemudian dia tersadar dan sudah tak mendapati sosok Keyra di sekelilingnya.“Sial, gue di tipu” gumam Amerta dengan raut wajah menahan geram dan kesal.“Kali ini lu bisa lolos tapi liat aja kedepannya” ucap Amerta dengan sorot mata kesal dan tajam.Setelah mengatakan itu Amerta mulai berjalan keluar dari gudang dengan raut wajah marah.Di lain tempat.Saat ini Keyra sedang dalam perjalanan menuju Kafe, sebelum ke Kafe Keyra berniat ke pasar untuk membeli sesuatu.Di dalam angkot hanya ada beberapa orang salah satunya kakek tua yang mengunci pandangannya. Hati nurani Keyra tergoyah saat melihat sosok rapuh itu. Sepertinya Kakek itu juga akan ke pasar, karena Keyra melihat ada tas pasar di depan tubuh sang