Doni dan rekannya yang tersisa ketakutan hingga keringat dingin membasahi wajah keduanya.
"Tidak, tidak mungkin. Ini tidak bisa di biarkan."
Doni mengambil 2 balok kayu setebal 2 inci dan memberikan salah satunya kepada rekannya yang berambut pirang dengan tindik di hidung.
"Ambil ini dan ayo kita serang bersama-sama."
Rekannya mengambil kayu balok setebal 2 inci yang di berikan Doni dan langsung keduanya mengayunkan pukulan dengan kayu balok tersebut dari ke dua sisi Rian.
Namun Rian acuh tak acuh dengan pukulan menggunakan balok kayi ke dua pria geng motor ini. Rian hanya menangkis dengan ke dua tangannya. Balok kayu itu patah saat menghantam lengan Rian.
Krak, krak.
Doni dan rekannya kebingungan, dia berfikir dengan pukulan tersebut dapat membuat Rian cedera, setidaknya mematahkan ke dua lengan Rian.
Namun pemandangan yang baru ia lihat seperti mimpi. Kayu balok itu patah saat menghantam lengan Rian.
"Diaaa,
Setelah makanan siap di saji, Ajeng mamanya Desi segera memanggil ke duanya agar segera menikmati hidangan yang baru saja di masaknya. "Desi, ayo ajak teman mu makan, Mama sudah menyiapkan semua agar kita bisa makan segera." "Ia Ma, kami segera datang." Desi segera mengajak Rian ke ruang makan untuk menikmati hidangan. Setelah mereka menikmati hidangan yang di suguhkan Ajeng. Rian segera pamit untuk pulang. "Tante, Desi terima kasih untuk hidangan makan malamnya. Tante, masakan tante sangat nikmat, aku sangat menikamti masakan tante. Aku pamit pulang ya tante. "Ia Rian, makasi juga kau telah membantu Desi mengatasi geng motor itu. Sering-seringlah maain kemari. Pintu rumah kami akan selalu terbuka untuk mu." "Ia tante, lain kali aku akan main kesini." Setelah pamit, Desi segera mengantar Rian ke depan. Setelah menghidupkan motor matiknya Rian segera pamit pada Desi. Saat di perjalanan pulang, di bagian kompleks yang sep
Harimau putih itu mengaum sekali lagi dan pancaran putih yang sangat tebal Menyelimuti tubuh harimau putih itu. Wusshh wushh wushhh Harimau putih melesat seperti kilat menabrakkan tubuhnya yang di lapisi cahaya putih selebar lebih dari 1meter. Aggghhh.. 50 orang yang tadi mengeroyok Rian kini terbang setinggi 10 meter ke udara. Saat mereka di udara harimau putih melompat ke atas melesat bagai cahaya yang menyilaukan. Wushh wushh wushhh.. Semua orang yang berada di udara di cakar harimau putih itu hingga dada mereka mengeluarkan darah segar. Bhukk Bhukk bhuuk.. Semua jatuh bersamaan seperti buah matang yang gugur bersamaan jatuh dari pohon.. Semua menggeliat di tanah seperti babi yang di sembelih kesakitan akibat cakaran binatang buas tersebut. Agghhh.. Suara mereka yang tadi arogan kini menjadi tangisan. Banyak yang pingsan setelah terkena serangan harimau putih itu Setelah harimau
Selama di perjalanan Rian di temani dengan ketua ke 3, saat 20 meter sebelum sampai rumah Rian, tetua ke 3 pamit pada Rian. "Tuan muda, rumah anda sudah dekat, aku rasa tuan muda sudah aman. Aku izin pamit tuan muda, panggillah aku jika kau menginginkannya." "Baiklah, terima kasih atas bantuan mu tetua ke 3." Tetua ke 3 menjelma menjadi seberkas cahaya putih dan melesat ke cincin permata merah darah milik Rian. Wushhh Rian menoleh ke arah cincin yang awalnya bersinar putih dan mulai menghilang. Saat tiba di halaman rumah, Rian di sambut dengan mama dan adiknya yang sedang duduk santai di bangku yang berada di teras. Rian mengerutkan alisnya ke atas, dia takut mamanya terlalu hawatir dengan luka yang ada di tubuhnya. Benar saja setelah memarkirkan motornya, Dira mamanya Rian kaget melihat Rian yang memar dan luka. "Rian, apa yang terjadi, apa kau habis di keroyok oleh preman?" Rian lalu duduk dan be
Rian kaget, saat hendak ingin minum minuman kaleng yang di pegangnya Rian langsung menaikkan kakinya ke banggku dan menggeliat seperti udang karna kagetnya. Minuman yang ingin ia minum di remas hingga air yang berada di kaleng minuman itu muncrat ke wajahnya. Indah juga kaget, apel yang ia kunyah tadi kini di semburkan ke wajah Rian. Indah melempar apel itu ke arah sosok putih di depannya. Rian melotot ke arah Indah. "Apa kau gila, ini wajah bukan tempat sampah. Kenapa kau menyemburkan apel yang kau kunyah ke wajahku, sungguh kau terlalu, ampas apel ini bau jigong mu" Indah tertawa Hahahaha "Maaf kak, aku hilaf" Sosok putih itu mengaum lalu menunduk. Sosok putih setinggi 7 kaki adalah jelmaan dari harimau putih, dia adalah tetua ke 2 dari Abdi Raja Kraton. Tetua ke 2 yang masih menjelma menjadi harimau putih melompat untuk menangkap apel yang di lempar Indah dengan giginya. Wusshhh Sosok itu
"Tuan muda, sesungguhnya aku slalu ada di atap rumah. Apa tuan muda bisa melihat di bagian atap rumah ada jendela kaca yang bisa di buka dengan cara menggeser ke dua sisi jendelanya. Di dalamnya ada ruangan 2 x 3 meter. Aku ada di ruangan itu selama ini." "Benarkah, pantas saja ada sebuah ruangan di lantai atas genteng, mama selalu bilang itu ruangan penyimpanan barang. Ternyata itu adalah ruangan mu tetua ke 2" Itu benar tuan muda, tuan besar menyiapkan ruangan itu untuk tempat aku menjaga keluarga Kraton. Dan aku tidak perlu repot untuk berkeliling. Karna halaman rumah ini telah kupagari dengan kekuatan batinku. Jika ada siluman atau manusia yang ingin berbuat jahat maka aku akan segera tau dan langsung memberikan pelajaran pada siapa saja yang ingin mengusik ketenangan dari keturunan Kraton." Pantas saja kami tidak pernah terusik dari maling atau sesuatu yang mengganggu ketenangan kami. Bahkan saat aku lupa memasukkan motor ku di dalam rumah, pagin
Setelah semua sudah di sepakati, seluruh jelmaan harimau putih kembali ke tempatnya dan seluruh keluargapun tidur. Keesokan harinya saat Rian tiba di kantor, Desi langsung menghampiri Rian saat melihatnya. "Rian, saat kamu pulang semalam, apa terjadi sesuatu padamu? Karna di kompleks tempat aku tinggal selepas kamu meninggalkan rumah ku telah terjadi sesuatu." "Aku baik-baik saja Desi, apa ada yang terjadi saat aku pulang?" Rian tersenyum saat bertanya pada Desi, karna dalam fikiran Rian pasti peristiwa kemaren sudah tersebar di kompleksnya. "Saat kau pulang seluruh geng motor yang di pimpin oleh Doni telah di serang oleh kelompok binatang buas. Prediksi para polisi yang menangani mereka itu adalah sebuah cakaran singa atau harimau." "Syukurlah kau tidak terluka Rian, aku hawatir padamu, sepanjang malam aku memikirkan keadaan mu. Aku tidak punya nomor telponmu dan alamat rumahmu, jika saja aku tau mungkin aku sudah mendatangi rum
Rizal kini masuk menuju Ruang Ceo utama Sky Dragon, saat Rizal masuk Burhan tersenyum melihat Rizal. "Masuklah Zal, ayo duduk dan segera kita diskusikan sekertaris yang cocok untuk Rian." Rizal langsung duduk di depan Burhan untuk segera mendiskusikan sekertaris terbaik untuk ponakannya Rian. "Jadi menurut kak Burhan siapa yang pantas untuk membantu Rian" "Keduanya sangat baik, tapi aku juga harus memutuskan sesuatu yang sangat baik untuk anakku." "Apa kau sudah mencari tahu kepribadian dan keseharian keduanya.?" "Sudah kak, mari kita mulai dari Nadia, dia memang bekerja di perusahaan asing, saat mendengar kita mencari sekertaris untuk Ceo baru perusahaan dia langsung mengajukan lamarannya." "Kepribadian keseharian Nadia adalah anak dari Pejabat Negara. Dia di kelilingi banyak pria kaya dan dari sumber yang kita terima, wanita ini senang berpesta di club malam. Dia sering mendapatkan hadiah dari berbagai pria karna banyak pria
Nadia tersenyum dan melirik ke Delia. "Sudah pasti itu adalah aku, bukan begitu Wakil CEO Rizal." Rizal tersenyum pahit dengan kepercayaan diri Nadia. "Maaf nona Nadia sebenarnya yang di terima adalah nona Delia." "Ini sedikit kenangan dari Sky Dragon mohon di terima dan maaf jika perusahaan kami belum bisa menerima anda." Rizal menyodorkan kalung emas senilai 10 juta Rupiah di hadapan Nadia. Sementara Delia menutupi mulutnya dan mengeluarkan air mata bahagia karena ketidak percayaannya dari keputusan Rizal. "Benarkah aku yang di terima Wakil Ceo Rizal, apa Wakil Ceo tidak bercandakan." Rizal tersenyum saat melihat kebahagiaan yang di perlihatkan Delia. "Tentu saja saya tidak bercanda, pemilik Sky Dragon sudah menimbang semua keputusan ini dan nona Delia yang pantas untuk menemani Ceo yang baru." Nadia marah dan wajahnya memerah penuh dengan kebencian. "Bagaimana dia bisa di terima, dia baru lulu