Mempersiapkan kepulangannya besok, membuat Royan kini disibukan dengan mengemasi barang. Tak terasa dirinya sudah dua minggu di sini, dan banyak barang baru yang dibelinya, masih ada juga oleh-oleh untuk Abimanyu dan Tiara, belum lagi segudang mainan yang dibelikan oleh Adnan dan Eva untuk Reyhan. Royan sangat merasa bersyukur bisa diterima di dalam keluarga ini dengan baik, dan akan memenuhi janjinya pada Eva yang sudah ia ucapkan tadi malam.
"Udah mulai packing, Roy?" tanya Eva yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Iya, Ma. Barangnya banyak banget ini, jadi harus nyicil packingnya." Royan menunjukkan kopernya yang sudah kelebihan muatan.
"Kamu ini natanya kurang rapi, sini Mama bantuin," ujar Eva.
"Mama nggak repot, Ma?" tanya Royan.
"Nggak, hari ini santai. Papa minta biar makan siang pekerja yang di kebun beli aja, Mama biar fokus di rumah mungkin kamu perlu bantuan," kata Eva.
"Royan jadi sungkan, Ma. Ngerepotin mulu," ujar Royan tak ena
Rachel terus mengecek ponsel, tidak biasanya Royan sampai mengabaikan pesan darinya. Bahkan saat ada pekerjaan di luar kota pun, Royan akan tetap membalas pesan dari Rachel walau butuh waktu lama. Hari sudah mulai gelap, dan tak ada kabar mengenai Royan yang sudah sejak tadi berangkat ke kebun Adnan. Rachel yang awalnya merajuk, sudah merelakan diri mengirim pesan pada Royan untuk meminta maaf, namun yang ada pria tersebut malah mengabaikannya. Suara motor memasuki pekarangan rumah, dan membuat Rachel langsung beranjak dari tempatnya. Secepat kilat ia berlari untuk membuka pintu, dan ternyata yang muncul adalah Adnan dengan penuh keringat. Rachel tak putus asa, jika memang Adnan saja sudah pulang, harusnya Royan juga ada di belakangnya, karena tidak mungkin kekasihnya itu ditinggal sendiri di kebun. "Pa, Mas Roy mana?" tanya Rachel panik. "Hah? Kok nanya Papa, orang Papa baru sampe begini," jawab Adnan. "Kan Mas Roy ke kebun Papa," kata Rachel yang se
Rachel mengira bahwa lamaran romantis dari Royan telah berakhir, namun nyatanya kini pria tersebut yang ada malah mengeluarkan kue red velvet kesukaan Rachel. Royan memindahkan kursinya yang tadi berada di seberang, kini berada di sam[ing Rachel."Pengen red velvet kan?" tanya Royan."Ini bikinan Mas sendiri?" Rachel tak pernah tahu bahwa Royan juga berbakat membuat kue."Kenapa, nggak percaya?" ujar Royan sambil menyendokan sepotong kue pada Rachel."Enak banget, parah!" kata Rachel mengangkat bahunya, merinding."Lebih enak dari buatan toko favoritmu?" goda Royan."Udah, aku nggak usah beli lagi. Mas bikinin buat aku kalo lagi pengen," ujar Rachel yang sudah mengambil alih sendok dari tangan Royan."Belum-belum udah ngomongin ngidam nih?" Royan menatap Rachel yang mukanya sudah memerah."Bukan ngidam juga maksudnya, Mas. Kan kepengen aja, belum tentu ngidam," jawab Rachel panik."Iya, kan Mas cuma bercanda. Pelan
"Pa, Rey mau makan roti bakar bikinan Mama Chel," rengek Reyhan. "Iya, nanti ya nunggu Mama Chel pulang. Sekarang adanya roti bakar bikinanan Papa, makan dulu." Royan mencoba untuk menjawab Reyhan dengan sabar. Sudah dua minggu ini Royan kembali ke rutinitas awalnya, menjadi duda anak satu yang harus mempersiapkan pagi dengan baik. Mungkin karena terbiasa ada Rachel di sampingnya dan mengurus hal ini, ia sedikit melupakan detail-detail kecil, yang sebenarnya sudah biasa ia lakukan sejak enam tahun yang lalu. Semua berjalan dengan baik setelah diadakan pengecekan, baik bistro maupun bisnis yang lainnya. Namun, hanya ada satu hal yang membuat kepala Royan pening dua minggu ini, tepat setelah ia turun dari pesawat. Reyhan yang sudah mengetahui bahwa Rachel akan segera menjadi Mama barunya, tentu saja merasa kesal karena wanita itu tidak ikut dalam penerbangan yang sama bersama Royan. Sejak saat itu Rey menjadi bawel, dan pilih-pilih baik terhadap makanan
Akhir-akhir ini hubungan Royan dan Rachel kembali membaik karena pengertian yang mereka berikan satu sama lain. Setelah Royan meyakinkan Rachel agar berterus terang tentang masalahnya, sebenarnya Roy ingin sekali menemui Tiara dan meminta penjelasan dari Mamanya tersebut. Selama ini Royan merasa bersalah karena hanya menyalahkan Rachel yang ia sangka sibuk dengan dunianya sendiri hingga mengabaikan Royan, nyatanya Tiara juga mengambil peranan penting dari masalah ini.Jika tidak diingatkan oleh Rachel, mungkin Royan sudah bertindak gegabah dengan memberikan peringatan bagi Tiara. Namun, wanita itu mengatakan, jika Royan sekarang mencari masalah baru dengan Tiara, bisa jadi hubungan mereka akan semakin jauh, dan Rachel tidak bisa lagi meyakinkan calon Mama mertuanya tersebut. Kini, hanya ada satu jalan yang bisa Rachel tempuh, yakni membuktikan pada Tiara jika ia bukan wanita sembarangan, dan Rachel bukan juga wanita penghalang, atau bahkan perebut milik orang, seperti yang di
"Tumbenan mau ke sini, Roy?" tanya Tiara begitu memasuki ruangan.Mata Tiara langsung tertuju pada wanita yang ada di samping Royan, mereka padahal baru saja bertemu bulan lalu, namun penampilan wanita itu kini berubah drastis. Sebelumnya ia hanya mengenakan pakaian kasual, dan barang tiruan, kini ia nampak sangat anggun dengan dress selutut, dan menenteng tas branded di genggamannya. Apakah ini waktunya pembuktian, batin Tiara."Kapan pulang?" tanya Tiara pada Rachel."Baru saja, Bu. Langsung dijemput sama Mas Royan di bandara, dan langsung ke sini." Rachel menjelaskan."Padahal tadi udah biasa loh manggil Papa, kok sekarang tegang lagi," kata Abimanyu menyahuti.Tiara melebarkan matanya kaget dengan apa yang baru saja dibicarakan oleh Abimanyu, karena memang suaminya tersebut tak ingin terlalu dekat dengan siapapun, sehingga nama panggilan seperti itu adalah hal yang tabu baginya. Abimanyu sangat memperhatikan kesopanan seseorang sebelum memberik
"Oma sama Opa kok kesini!" ujar Reyhan dengan polosnya."Kan hari ini perpisahannya Reyhan, Oma juga mau nonton dong," jawab Tiara."Reyhan udah tampil tadi, Oma. Telat sih," rajuk Reyhan."Yah, gimana dong. Padahal Opa pengen liat tadi gimana," kata Abimanyu yang pura-pura kecewa karena melewatkan penampilan Reyhan."Mama Chel punya videonya!" jawab Reyhan antusias."M-mama?" Tiara mengucapkan kata tersebut dengan terbata karena terkejut."Kamu sih ngebiasain, Mas," bisik Rachel sambil menyenggol bahu Royan."Ya kan emang abis ini udah jadi Mamanya Rey, kenapa harus bingung, lagian juga harus dibiasakan sejak dini," ejek Royan."Opa, Oma, hari ini Rey pulang ke rumah Papa, ya. Rey kangen sama masakan Mama Chel," kata Reyhan."Kebetulan banget, hari ini Mama Chel mau masak." Royan mendukung Rey, dan membuat Rachel semakin bingung harus berbuat apa."Kamu nginep di tempat Royan, Chel?" tanya Tiara dengan nada tegas
Tak hanya Reyhan, namun Roy, Abimanyu, Tiara, dan bahkan seluruh penghuni rumah ini, sangat menikmati masakan Rachel. Menurut Tiara kemampuan memasak Rachel sudah lumayan, dan mungkin bisa menjadi nilai plus. Namun, jika dipikir lagi Brigita juga jago memasak, terutama untuk makanan-makanan yang terbilang mewah, atau mungkin memang strandar mereka yang berbeda."Sering-sering masakin Papa begini, Chel." Abimanyu memuji keterampilan Rachel."Makanya kasih restu buat Royan, biar bisa sering ngerasain masakan Rachel," sahut Royan yang masih lahap menyantap hidangan di depannya. Masakan Rachel membuatnya rindu dengan Eva, karena memang rasanya sama persis dengan buatan calon ibu mertuanya tersebut."Kok ya masih ngarahnya ke restu terus," jawab Tiara yang merasa tersindir dengan omongan Royan."Akhir-akhir ini kamu lumayan bawel ya, Roy." Abimanyu memandang ke arah anaknya tersebut untuk mengutarakan pendapatnya."Ketularan Rachel," jawab Royan singkat
"Rey, ayo bangun. Udah ditungguin Mama Chel," ucap Royan yang sudah berusaha untuk membangunkan Rey. Anaknya tersebut memang sangat susah dibangunkan setiap paginya, walaupun tubuhnya sudah diguncang oleh Royan."Mama Chel udah masak sarapan loh, katanya Rey mau makan masakan Mama," ujar Royan yang masih meyakinkan Rey untuk bangun."Yaudah kalo nggak jadi ke kebun binatang, Papa buang aja deh tiketnya, kita nggak jadi pergi." Jika sudah begini, hanya inilah yang bisa digunakan Royan untuk menarik perhatian anaknya."Jangan dong, Pa!" Reyhan mulai membuka matanya yang masih menempel."Yuk bangun kalo gitu, nanti keburu siang," goda Royan."Ok. Rey mandi sekarang, tapi Papa jangan buang tiketnya," ujar Rey.Tentu saja Royan berbohong, padahal ia saja belum membeli tiketnya, namun dengan cara yang mujarab ini Rey sudah bangkit dari tidurnya. Anaknya tersebut memang susah dibangunkan, tapi tidak merepotkan untuk hal lain. Rey sudah tak mau disu