Tim dekor sudah menyelesaikan seluruh ruangan yang akan digunakan esok hari, sedangkan tim dapur mengecek ulang bahan-bahan khusus yang didatangkan untuk acara ini. Jika biasanya Royan menyerahkan keseluruhannya pada orang yang dipercaya, khusus acara ini, ia akan mengkondisikannya sendiri. Royan sudah berpamitan pada Rachel agar dirinya bisa menginap di bistro saja sejak kemarin, istrinya tersebut juga pastinya menyetujui keinginan itu. Tugas untuk mengantarkan Rey yang awalnya dilakukan oleh Royan, sejak kemarin sudah berpindah pada Rachel.
"Glen, truffle udah ready? katanya kemaren ada yang telat?" tanya Royan.
"Sudah, Pak. Semua barang sudah siap," jawab Glen.
"Tolong pastikan lagi semua siap bekerja besok dan anak-anak baru harus dipandu ekstra, aku nggak mau kita besok terhambat di sana," ujar Royan memberikan pengarahan.
Bukan tanpa alasan Abimanyu memilih bistro Royan untuk mengadakan acara pentingnya, jika putranya tersebut mendapat masalah acara
"Royan mana, Chel?" tanya wanita yang tak diundang tiba-tiba sudah duduk di sofanya."Mas Roy lagi nginep di bistro pusat, Ma. Untuk acara besok," jawab Rachel sambil menghidangkan secangkir teh hangat untuk ibu mertuanya."Kamu kok malah dukung kemauan dia sih, Chel." Tiara menaruh tas jinjing bermereknya di atas meja."Rachel cuma mau dukung kemauannya Mas Roy aja, Ma. Bisnis ini juga kan sudah dirintis susah payah sama Mas dari dulu," ucap Rachel yang sebisa mungkin menahan agar tidak menyakiti mertuanya."Nggak salah sih kalo pemikiranmu begitu, tapi kamu harus tau ya Chel, papanya Roy juga nggak semudah itu mendirikan perusahaan yang sekarang. Mama yang mati-matian nemenin dia dari nol." Tiara memperbaiki posisi duduknya, "sekarang bayangin gimana jadi Papa kalo anak semata wayangnya nggak mau nerusin bisnis yang sudah dia rintis susah payah?" lanjutnya."Saya terserah semua keputusan Mas Roy, Ma. Seperti kata Mama yang berjuang mati-matian di
Setelah mendengar seluruh cerita dari istrinya, kini Royan tak bisa tidur karena merasa sangat bersalah pada Rachel. Tanpa sepengetahuannya, ia sudah menjalani hari-hari yang berat tapi masih berusaha sebaik mungkin menjaga Royan dan Reyhan. Belum lagi tuntutan dari mamanya, sungguh Royan merasa bersalah atas semua yang terjadi pada istrinya. Adnan dan Eva sama sekali tidak pernah menuntut Royan apapun, tapi sebaliknya Tiara malah memperlakukan Rachel seperti ini.Tangan besar Roy mengelus lembut puncak kepala istrinya yang sudah tertidur nyenyak, bulu matanya yang lentik masih terlihat basah bagaimana bisa ia membuat wanita secantik ini menangis. Harusnya Royan memastikan Rachel berjalan melewati indahnya kebun bunga, sebagai balasan karena sudah mau menerima dirinya yang merupakan duda beranak satu. Kini pria itu mulai memijat pelan kepala Rachel, berharap semua bebannya terangkat, dan dapat bersinar seperti semula."Mas, kok belum tidur," tanya Rachel yang terbangun
"Istirahat dulu, Chel. Nggak baik kalo ngeliat laptop seharian suntuk." Eva berdiri di ambang pintu kamar anaknya."Iya, bentar lagi kok, Ma. Nanggung kurang dikit," jawab Rachel yang masih terus mengerjakan rangkaian data di dalam laptopnya."Jangan lupa makan, ingetin mantu sama cucu Mama juga." Eva meninggalkan kamar Rachel tanpa menunggu jawaban darinya.Benar juga yang dikatakan mamanya, Rachel segera mengambil ponsel hendak menelepon Royan dan Rey, namun ia mengurungkan niatnya karena tanpa disadari ternyata jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, dan berarti putranya itu sudah tertidur nyenyak. Rachel memilih untuk mengirimkan pesan pada suaminya, mengabarkan bahwa pekerjaannya sudah hampir selesai.Suami <3 (10.30PM)"Kamu santai dulu aja di sana, Babe. Nanti balik kesini kalo semua udah beres."Rachel harus banyak-banyak bersyukur karena mendapatkan suami yang tak pernah menuntut seperti Royan.
"Pa, Ma, Rey mau naik itu!" pekik Reyhan begitu melihat wahana di depannya.Sesuai janji, mereka bertiga beranjak menuju taman bermain yang ada di kota Rachel. Royan bahkan merasa kagum dengan lengkapnya wahana yang ada di kota ini, bukan hanya bermain namun beberapa cabang menawarkan wahana untuk pembelajaran."Papa aja deh, Rey. Mama nggak berani naik itu ih," kata Rachel segera menghindar."Nggak bisa gitu dong, Babe. Naik satu, naik semua," kelak Royan.Dalam hati, Rachel sudah menduga pasti ada alasan mengapa wahana ini dinamakan Himalaya Coaster. Selain ketinggiannya yang bisa dibilang sangat tidak aman untuk jantungnya, wahana ini juga didesain khusus menyerupai pegunungan agar semakin memacu adrenalin pengunjung yang mencoba wahana ini. Walaupun terlihat kuat, Rachel tahu bahwa suaminya juga sedang memikirkan berbagai hal di kepalanya, terlebih lagi saat mendengar teriakan dari penumpang wahana sebelumnya, ini pasti sangat menegangkan."Gim
"Mama Tiara kenapa ya, Mas. Kok tumben nyuruh baliknya dadakan begini," kata Rachel yang sibuk mengemasi barang."Nggak tahu juga sih, tapi kayaknya penting." Royan bisa merasakan hal tersebut dari suara mamanya yang berubah, dan bisa dibilang sedikit panik."Yakin kan, Mas? Mama atau Papa nggak ada yang sakit?" tanya Rachel memastikan."Kalo Mama kayaknya nggak deh, tapi Papa yang punya penyakit menahun," jawab Royan.Jujur saja Rachel tak pernah mengeti bahwa Papa mertuanya memiliki penyakit menahun yang mengharuskannya rutin mengunjungi dokter, dan juga mengkonsumsi obat. Saat membincangkan mengenai masalah Royan dan Abimanyu kemarin, suaminya sama sekali tidak memberi tahu Rachel masalah tersebut, sehingga ia tak mempertimbangkan jika papa mertuanya tersebut sedang membutuhkan pengganti untuk pensiun."Chel, kamu pulang sekalian aja sama Royan. Mama nggak enak kalo kalian malah kepisah gini, lagian kamu kan udah lama di sini. Mama mertuamu nant
Dua belas tahun yang lalu."Tapi Royan maunya ambil kursus, Pa," kata Royan sambil menyerahkan surat di tangannya."Kamu itu kurang apa sih, Roy. Semua yang kamu mau udah Papa turutin, sekarang masalah disuruh sekolah bisnis aja susahnya minta ampun," jawab Abimanyu tak ingin kalah dengan anaknya."Royan nggak ada bakat buat bisnis, Pa. Lagian Papa kan punya Om Jefry buat nerusin usaha Papa, kenapa harus Royan?" Royan masih belum bisa menerima apa yang diinginkan oleh Abimanyu."Persetan sama bakat, Roy. Kamu cuma perlu belajar, dan juga pengalaman. Semua bakal jalan seperti apa yang kamu mau," ujar Abimanyu."Sekarang Papa liat, surat yang ada di depan itu. Royan udah mati-matian buat masuk ke salah satu akademi masak di Paris, dan sekarang Papa minta aku buat relain semuanya, terus sekolah bisnis yang kerjanya cuma duduk sambil dengerin dosen ceramah, gitu?" kata Royan tidak sabar lagi."Terus gunanya kamu sekolah masak ap
"Kamu tau kan Chel, betapa kesalnya Royan sama Mama atau Papa." Tiara melanjutkan perbincangan mereka."Rachel cuma ngerasa aja sih, Ma. Tapi Mas Roy nggak pernah kasih alasannya sama Rachel," jawab istri Royan tersebut."Nanti kamu tanya aja lengkapnya ke dia, yang jelas ini semua juga salah Mama sama Papa juga." Tiara memperbaiki posisi agar bisa menghadap ke arah menantunya itu secara langsung.Mungkin ini pertama kali, ia menatap mata Rachel secara mendalam, setelah dipikir-pikir ini juga bisa jadi menjadi perbincangan mereka setelah Tiara dengan paksa masuk ke rumah mereka sebulan yang lalu. Ia sadar bahwa tindakannya begitu kelewatan, dengan menyinggung masalah keturunan dengan Rachel, karena ia tahu betul bagaimana rasanya saat terus disinggung masalah hal tersebut."Menurut kamu, Mama orangnya kayak apa?" tanya Tiara langsung."Mama? Menurut Rachel sih, Mama orangnya tegas, bisa dipercaya, dan Rachel juga percaya kalau mama istri yang baik,
"Gimana Mas persiapannya buat besok?" tanya Rachel.Suaminya yang sejak tadi terduduk di depan laptop, kini menoleh ke arahnya yang sudah mengenakan pakaian tidur. Royan hanya menjawab pertanyaan istrinya dengan anggukan, seakan mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja. Namun dibalik seyuman yang diberikan oleh suaminya itu, Rachel tahu bahwa Royan sebenarnya sangat gugup sekaligus memikirkan banyak beban di pikirannya."Rey udah tidur?" kata Royan."Udah, barusan dia udah aku pindahin ke kamar sebelah." Rachel datang, dan menyandarkan kepalanya pada bahu lebar Royan."Kamu yakin bisa ngurus semuany sendiri?" tanya Royan khawatir."Bisa, Mas. Tenang aja, aku bakal ngurus rumah sekaligus Rey dengan baik. Mas Roy fokus aja sama kerjaan," jawab Rachel menenangkan.Walaupun Royan masih merasa khawatir dengan Rachel, tapi mau tidak mau ia harus mengambil jalan ini. Sesuai dengan kesepakatan yang sudah mereka perbincangkan bersama dengan Abi