Share

Lulucia

Lulucia adalah nama yang di berikan ibu ku.

Sekarang nama ku adalah—

"Icèe..."

***

Nama ku adalah Lulucia, aku bekerja sebagai salah seorang pengembang ilmu teknologi mesin dunia di perusahan terbesar milik pemerintah. Si jenius mekanik dan si gila mesin—itu adalah julukan yang diberikan oleh orang-orang terhadap ku.

Pengembangan, penemuan, dan penciptaan sumber daya baru pada abad 45 kebanyakan adalah hasil kerja keras ku bersama para tim.

Padahal aku pada saat itu baru berusia 37 tahun dan hanya seorang wanita yang tengah berjaya di bidang pekerjaannya. Namun sebuah insiden tak terpikirkan sekali pun; menimpa diri ku.

Bahkan aku tak tahu apa pemicu itu semua.

Bagaimana bisa aku terlahir kembali. Kenapa aku jadi bereinkarnasi? Lalu bagaimana caranya aku masih bisa memiliki ingatan di kehidupan yang lalu?

Ingatan terakhir yang ku punya sebagai Lulucia adalah tentang aku yang ingin pulang kerumah setelah selesai bekerja.

Apakah aku mati mendadak? 

Serangan jantung?

Tertabrak mobil di perempatan jalan?

Ataukah di bunuh?

Proses apa yang ku lalui sampai bisa kesini?

Hah~ Entahlah |

"Baba pergi dulu..." suara lemah dari Baba mengejutkan ku, rupanya aku terlalu fokus pada pikiran ku sehingga melupakan Baba yang berada di dekat ku.

Wanita itu mengulang ucapannya.

"Baba pergi dulu... Icèe..."

Dengan berat hati aku mengangguk lalu tersenyum kearah Baba sambil berucap—

"Iya Baba, acti-aci!" Ucap ku lantang dengan suara yang terdengar terpeleset. Lidah ku terlilit. Padahal umur ku sudah bertambah lagi 1 tahun; sempat-sempatnya terpeleset kata.

Baba yang sudah berdiri entah sejak kapan di dekat pintu tersenyum kecil, lalu dia melangkah pelan menuju luar melalui pintu itu.

Sosoknya menghilang dari penglihatan anak 5 tahun; milik ku.

Senyum ku luntur. Biar ku perkenalkan sekali lagi diri ku. Nama ku adalah Icèe, di kehidupan ini aku tinggal dengan seorang nenek tua yang kebetulan mau menyelamatkan hidup ku serta mau merawat dengan tulus selama 4 tahun.

Baba tidaklah kaya, dia hanya wanita tua yang hidup seadanya di daerah ujung pasar—seorang diri dalam rumah kecil sederhana miliknya sebelum aku hadir dan tinggal bersama dengan Baba.

Sekarang usia ku sekitar 5 tahun. Tumbuh dengan baik karena Baba. Aku ingin sekali membalas budi atas semua kebaikan Baba, tapi sayang yang bisa aku lakukan hanya berada di tempat tidur.

Dan menyaksikan Baba semakin tua.

Aku bisa saja memaksakan tubuh ku untuk bergerak dengan menyeretnya di lantai. Namun Baba melarangnya. Dia bilang itu dapat merusak kulit paha ku; luka-luka gesekan akan hadir disana. Aku sebenarnya tak masalah tapi aku juga tak ingin melihat Baba bersedih karena kekeras kepalaan diri ku. Makanya aku memilih menjadi anak penurut.

Dihadapan Baba.

Setelah yakin Baba benar-benar sudah pergi, aku segera melemparkan bantal usang satu-satunya milik kami ke lantai. Lalu tanpa ragu aku menjatuhkan tubuh dari kasur dan mendarat tepat disana.

"Bugh!"

Meski sedikit sakit, setidaknya ini dapat mengurangi cedera yang akan ku alami. Aku mulai menyeret tubuh ku dengan 1 tangan yang masih utuh kepojok ruangan, tepatnya dekat lemari.

Di sela himpitan lemari dengan dindin, aku menarik keluar sesuatu.

Benda itu akhirnya terlihat oleh mata ku.

Papan panjang dengan empat roda di sisi kanan kirinya.

"—Enda pertama yang cu ciptakan di sini!" celoteh ku bangga dengan nada anak-anak.

Papan seluncur.

Perlu 2 minggu aku membuat ini. Lalu ide ini hadir ketika aku melihat Baba membawa benda-benda mirip roda kecil. Dia bilang ingin memberikan ini pada ku karena ini alat permainan tradisional sini; meski aku tak tau secara pasti cara memainkannya. Aku terlalu fokus merancang cetak biru di otak ku dan mengabaikan ucapan Baba.

Satu minggu pertama yang ku lakukan adalah mengumpulkan bahan, bahkan sampai-sampai aku mematahkan kepala ranjang dan mencari semua benda yang menurutku dapat berguna.

Maafkan aku Baba. Aku mengotak-atik barang rumah milik mu. |

Minggu kedua adalah waktu ku untuk merakit semua komponen. Lalu ini adalah minggu ke-3 ku. Aku berniat menguji coba benda ini, apakah rodanya bisa berputar dengan baik dan mirip aslinya? 

Aku mengunci roda itu terlebih dahulu supaya geraknya seimbang sebelum menaikinya. Akan sulit jika aku malah mendapat lecet sebelum memakainya karena kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Baba bisa panik melihatnya.

Yosh!

Dengan susah payah dan perlahan aku menaiki benda itu. 

Berhasil!

Aku berhasil duduk dengan seimbang, dalam sekali tarikan aku melepas kuncian roda. Sejauh ini masih aman. Tangan kanan yang menyentuh lantai mulai ku gerakan pelan—memberi gaya dorong padanya.

Benda ini bergerak sesuai keinginan ku.

Ah! Ini menyebalkan?! Rasanya aku ingin sekali menangis.

Baru kali ini aku benar-benar terharu dan bangga telah berhasil membuat sesuatu.

Akhirnya aku bisa berusaha membantu Baba.

Dan tak akan melihat senyum bohong wanita itu yang kelelahan karena bekerja.

"Baba..." gumam ku menyerukan namanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status