Share

3. MENCURIGAKAN

Pagi ini Anita sedang menyusun pakaiannya kedalam koper. Penerbangan pukul sepuluh pagi dan ia menggunakan waktunya untuk membereskan barang-barangnya yang akan dibawanya ke Singapura nanti. 

"Oke selesai." Anita duduk ditepi ranjang. Ia memainkan ponselnya sambil menunggu jam sepuluh. Disana ada email masuk kedalam ponselnya. Anita langsung tersenyum saat melihat siapa yang mengirim email itu.

To : Anita

How are you sweety? I Miss you, sugar. Kamu tahu, bunga mawar mencari kamu. Katanya dia sangat merindukan kamu. Jangan lama-lama disana, dan kembali kesini. Semua merindukan dirimu termasuk aku. Musim panas disini terasa dingin tanpa kehadiran mu. Jangan marah pada Denis lagi, dia sangat menyayangimu. Atas semua kesalahannya itu bukan benar-benar kesalahannya. Dia telah menjelaskan pada kami, I Miss you. Semoga kita bisa bertemu lagi. 

Dari pacar kesatu, Zidan. 

Cih! Pria itu benar-benar!

Memangnya dengan mengirim pesan ini, hati anita akan luluh? Mimpi saja sana, sampai kapanpun penghianat akan tetap jadi penghianat. Anita tidak akan memaafkan Denis bagaimana pun caranya. Ah, sepertinya ini sudah waktunya pergi. Anita mengambil kopernya dan ban bergegas turun apartemen. Sampai di loby apartemen, Anita tidak menyangka Denis ada disana menunggunya. 

"Hai." katanya ramah. 

Anita tidak suka situasi seperti ini. Bagaimanapun bisa pria itu tahu tempat tinggalnya. Tidak memperdulikan Denis lagi, Anita menyeret kopernya pergi melewati pria itu. 

"Tunggu dulu, kita berangkat bareng." Denis menghentikan koper Anita. 

"ENGGAK!!" kata Anita galak. Menjauhkan kopernya kembali dari jangkauan pria itu. 

"Kok gitu sih sama mantan pacar?" Denis membuat wajah cemberut di hadapan Anita. Biasanya Anita akan luluh dan langsung menurutinya. Namun sepertinya kali ini gagal. 

"Bodi amat!" Anita berkata judes. 

"Yauda emangnya aku peduli?" ejek pria itu sambil membawa koper Anita masuk kedalam mobilnya. 

Melihat perlakuan Denis yang seenaknya membuat Anita marah. 

"Kalau kopernya gak mau dibawa kabur, sebaiknya kamu masuk sekarang." Setelah mengatakan itu, Denis masuk kedalam mobil.

Anita rasanya ingin mencakar wajah kalem pria itu. Di depan sok baik, tapi sebenarnya menyimpan segala rencana busuk di otaknya. Mau tidak mau, Anita pun masuk kedalam mobil Denis. 

"Jangan ngomong!" titah Anita saat sudah didalam mobil. 

"Oke.." kata Denis terkekeh kecil dan menyalakan mesin mobilnya. 

Kadang kala mantan pacarnya ini terlalu PD. Siapa juga yang mau bicara? Denis lagi-lagi terkekeh selama perjalanan. 

"Jangan ketawa!" sergah Anita tidak suka. Memang Anita tidak menatap Denis saat ini, tapi Anita tau tabiat pria itu suka mengejeknya. 

"Oke.." kali ini Denis benar-benar menahan tawanya.

***

"Sorry, kita kebagian kelas ekonomi. Enggak apa-apa kan?" tanya Denis menyesal. 

Sebenarnya Anita bodo amat mau kelas ekonomi atau kelas satu, yang penting bisa naik pesawat dan segera tiba di Singapura. Itu lebih bagus. Anita pergi duduk di kursi pesawat tanpa menghiraukan Denis. 

"Enggak marah kan?" Denis menyusul Anita dan duduk di samping wanita itu. 

Ck! Ini orang banyak omong amat! Tidak memperdulikan Denis lagi, wanita itu langsung memasang earphone di telinganya. Duku saja saat dia mengejar pria itu, Denis tidak peduli padanya. Sekarang sudah putus malah seperti ini. Baru nyadar yah? Kalau Anita itu lebih bohay dari pacarnya yang dulu pernah di tiduri pria itu. 

***

Anita pergi ke toilet. Namun ia harus menunggu sebentar, karena orang yang ada didalam belum juga keluar. Tanpa sengaja ia mendengar suara jeritan tertahan didalam sana. Siapa itu? Karena penasaran Anita langsung menempelkan telinganya didepan pintu. Takut terjadi sesuatu hal buruk. Benar saja, ia mendengar suara grasak-grusuk dari arah dalam

"Are you oke?" Anita lalu mengetuk pintu. Berharap apa yang di khawatirkan nya tidak terjadi. 

"Sorry." Tak lama kemudian keluarlah dua orang dari dalam toilet. Salah satunya seorang lelaki bertubuh besar dan tegap, dan satunya lagi seorang wanita pendek berkulit putih pucat. Perutnya besar seperti orang hamil. 

OMG! Yang benar saja. Mereka tadi berada dalam satu toilet yang sama? Ini serius?! Tidak mungkin kan mereka buang air kecil atau buang air besar bersama. Apalagi kan disini toilet nya kecil. Mana cukup untuk dia orang. 

Kecurigaan Anita semakin menjadi ketika seseorang menjerit dan suara grasak-grusuk semakin memperjelas semuanya. Fix! Mereka benar-benar melakukannya. Tapi apa harus didalam toilet?

"Maaf membuat anda menunggu lama." Pria itu tersenyum ragu pada Anita. Gerakan mengusap leher memperlihatkan kegugupan pria itu. Lalu tanpa diminta dia menjelaskan semuanya pada Anita. 

"Istri saja sedang hamil. Dia ingin melakukan hubungan intim bersama saya. Saya tidak punya pilihan selain melakukan keinginan istri saya. Saya tau kami salah, tapi sebagai suami saya tidak bisa menolak. Apa lagi istri saya sedang hamil seperti ini, saya mohon anda tidak memberitahukannya kepada siapa pun."

Anita memandang pria itu lalu ke istrinya yang sedari tadi menunduk ketakutan. Memang benar, ia pernah mendengar ada beberapa wanita hamil yang ingin melakukan hubungan badan bersama suaminya. Setelah membayangkannya, Anita tidak pernah berfikir akan semengerikan ini jadinya. Melirik wanita di sebelah pria itu, Anita jadi tidak tega. Akh! Ia benci jika berada dalam situasi seperti ini. 

"Baiklah, saya tidak memberitahu pada siapa pun." putus Anita. Daripada urusannya semakin memanjang, lebih baik menutupnya. 

"Terima kasih banyak nona. Jika orang lain yang melihat, mungkin tidak akan sepengertian anda." Pria itu bergumam. 

"Tapi akan lebih baik cari tempat yang lebih layak. Karena toilet bukan tempat untuk berbuat semacam itu." sndir Anita tidak bisa lagi menyembunyikan ke sinisannya. 

Pria itu mengangguk lalu mengajak istrinya untuk pergi. 

Anita tidak habis pikir masih ada saja orang yang ingin melakukan hubungan intim di kamar mandi. Apakah wajar? Sekarang ia jadi terlibat dengan hal menjijikkan seperti ini. 

Menarik pintu toilet dengan kasar, Anita masih memandang mereka sinis. Lalu saat ingin masuk, tatapan matanya tidak sengaja menangkap sebuah pistol tertodong dipunggung wanita itu. Tidak salah lagi, yang melakukan adalah suaminya sendiri. Tapi mengapa? 

Mengabaikan semuanya, Anita berlari mengejar pria itu. Namun saat ia ingin masuk, Anita langsung ditahan oleh pramugari yang menjaga pintu. 

"Maaf anda tidak bisa masuk, ini ruangan kelas satu." 

"Tapi saya harus menemui pria itu! Orang itu membawa senjata dan mengarahkannya pada istrinya sendiri!" 

"Itu tidak mungkin, semua orang yang akan naik pesawat sudah diperiksa. Dan tidak ada satupun yang membawa senjata disini." 

Anita mengacak rambutnya geram. Kenapa disaat genting seperti ini, pramugari itu tidak percaya. Bisa saja kan pria itu menyembunyikan senjatanya secara licik sehingga tidak terdeteksi oleh petugas. 

"Saya mohon, izinkan saya masuk. Saya akan membuktikannya kalau pria itu membawa senjata." Anita berusaha meyakinkan pramugari itu. 

"Mohon maaf nyonya, tapi anda tidak bisa masuk. Ini sudah peraturannya." Pramugari itu masih memperlihatkan senyum ramahnya. 

Anita tidak peduli, ia melewati pramugari itu dan masuk kedalam terburu-buru. 

"Hentikan dia!" Anita mendengar pramugari itu meminta tolong temannya. 

Saat menemukan pria itu, Anita tarik lengannya sampai berbalik padanya dan dengan berani Anita menadahkan tangannya di hadapan pria itu. 

"Dimana pistol itu?!" 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status