Pagi ini Anita sedang menyusun pakaiannya kedalam koper. Penerbangan pukul sepuluh pagi dan ia menggunakan waktunya untuk membereskan barang-barangnya yang akan dibawanya ke Singapura nanti.
"Oke selesai." Anita duduk ditepi ranjang. Ia memainkan ponselnya sambil menunggu jam sepuluh. Disana ada email masuk kedalam ponselnya. Anita langsung tersenyum saat melihat siapa yang mengirim email itu.
To : Anita
How are you sweety? I Miss you, sugar. Kamu tahu, bunga mawar mencari kamu. Katanya dia sangat merindukan kamu. Jangan lama-lama disana, dan kembali kesini. Semua merindukan dirimu termasuk aku. Musim panas disini terasa dingin tanpa kehadiran mu. Jangan marah pada Denis lagi, dia sangat menyayangimu. Atas semua kesalahannya itu bukan benar-benar kesalahannya. Dia telah menjelaskan pada kami, I Miss you. Semoga kita bisa bertemu lagi.
Dari pacar kesatu, Zidan.
Cih! Pria itu benar-benar!
Memangnya dengan mengirim pesan ini, hati anita akan luluh? Mimpi saja sana, sampai kapanpun penghianat akan tetap jadi penghianat. Anita tidak akan memaafkan Denis bagaimana pun caranya. Ah, sepertinya ini sudah waktunya pergi. Anita mengambil kopernya dan ban bergegas turun apartemen. Sampai di loby apartemen, Anita tidak menyangka Denis ada disana menunggunya.
"Hai." katanya ramah.
Anita tidak suka situasi seperti ini. Bagaimanapun bisa pria itu tahu tempat tinggalnya. Tidak memperdulikan Denis lagi, Anita menyeret kopernya pergi melewati pria itu.
"Tunggu dulu, kita berangkat bareng." Denis menghentikan koper Anita.
"ENGGAK!!" kata Anita galak. Menjauhkan kopernya kembali dari jangkauan pria itu.
"Kok gitu sih sama mantan pacar?" Denis membuat wajah cemberut di hadapan Anita. Biasanya Anita akan luluh dan langsung menurutinya. Namun sepertinya kali ini gagal.
"Bodi amat!" Anita berkata judes.
"Yauda emangnya aku peduli?" ejek pria itu sambil membawa koper Anita masuk kedalam mobilnya.
Melihat perlakuan Denis yang seenaknya membuat Anita marah.
"Kalau kopernya gak mau dibawa kabur, sebaiknya kamu masuk sekarang." Setelah mengatakan itu, Denis masuk kedalam mobil.
Anita rasanya ingin mencakar wajah kalem pria itu. Di depan sok baik, tapi sebenarnya menyimpan segala rencana busuk di otaknya. Mau tidak mau, Anita pun masuk kedalam mobil Denis.
"Jangan ngomong!" titah Anita saat sudah didalam mobil.
"Oke.." kata Denis terkekeh kecil dan menyalakan mesin mobilnya.
Kadang kala mantan pacarnya ini terlalu PD. Siapa juga yang mau bicara? Denis lagi-lagi terkekeh selama perjalanan.
"Jangan ketawa!" sergah Anita tidak suka. Memang Anita tidak menatap Denis saat ini, tapi Anita tau tabiat pria itu suka mengejeknya.
"Oke.." kali ini Denis benar-benar menahan tawanya.
***
"Sorry, kita kebagian kelas ekonomi. Enggak apa-apa kan?" tanya Denis menyesal.
Sebenarnya Anita bodo amat mau kelas ekonomi atau kelas satu, yang penting bisa naik pesawat dan segera tiba di Singapura. Itu lebih bagus. Anita pergi duduk di kursi pesawat tanpa menghiraukan Denis.
"Enggak marah kan?" Denis menyusul Anita dan duduk di samping wanita itu.
Ck! Ini orang banyak omong amat! Tidak memperdulikan Denis lagi, wanita itu langsung memasang earphone di telinganya. Duku saja saat dia mengejar pria itu, Denis tidak peduli padanya. Sekarang sudah putus malah seperti ini. Baru nyadar yah? Kalau Anita itu lebih bohay dari pacarnya yang dulu pernah di tiduri pria itu.
***
Anita pergi ke toilet. Namun ia harus menunggu sebentar, karena orang yang ada didalam belum juga keluar. Tanpa sengaja ia mendengar suara jeritan tertahan didalam sana. Siapa itu? Karena penasaran Anita langsung menempelkan telinganya didepan pintu. Takut terjadi sesuatu hal buruk. Benar saja, ia mendengar suara grasak-grusuk dari arah dalam
"Are you oke?" Anita lalu mengetuk pintu. Berharap apa yang di khawatirkan nya tidak terjadi.
"Sorry." Tak lama kemudian keluarlah dua orang dari dalam toilet. Salah satunya seorang lelaki bertubuh besar dan tegap, dan satunya lagi seorang wanita pendek berkulit putih pucat. Perutnya besar seperti orang hamil.
OMG! Yang benar saja. Mereka tadi berada dalam satu toilet yang sama? Ini serius?! Tidak mungkin kan mereka buang air kecil atau buang air besar bersama. Apalagi kan disini toilet nya kecil. Mana cukup untuk dia orang.
Kecurigaan Anita semakin menjadi ketika seseorang menjerit dan suara grasak-grusuk semakin memperjelas semuanya. Fix! Mereka benar-benar melakukannya. Tapi apa harus didalam toilet?
"Maaf membuat anda menunggu lama." Pria itu tersenyum ragu pada Anita. Gerakan mengusap leher memperlihatkan kegugupan pria itu. Lalu tanpa diminta dia menjelaskan semuanya pada Anita.
"Istri saja sedang hamil. Dia ingin melakukan hubungan intim bersama saya. Saya tidak punya pilihan selain melakukan keinginan istri saya. Saya tau kami salah, tapi sebagai suami saya tidak bisa menolak. Apa lagi istri saya sedang hamil seperti ini, saya mohon anda tidak memberitahukannya kepada siapa pun."
Anita memandang pria itu lalu ke istrinya yang sedari tadi menunduk ketakutan. Memang benar, ia pernah mendengar ada beberapa wanita hamil yang ingin melakukan hubungan badan bersama suaminya. Setelah membayangkannya, Anita tidak pernah berfikir akan semengerikan ini jadinya. Melirik wanita di sebelah pria itu, Anita jadi tidak tega. Akh! Ia benci jika berada dalam situasi seperti ini.
"Baiklah, saya tidak memberitahu pada siapa pun." putus Anita. Daripada urusannya semakin memanjang, lebih baik menutupnya.
"Terima kasih banyak nona. Jika orang lain yang melihat, mungkin tidak akan sepengertian anda." Pria itu bergumam.
"Tapi akan lebih baik cari tempat yang lebih layak. Karena toilet bukan tempat untuk berbuat semacam itu." sndir Anita tidak bisa lagi menyembunyikan ke sinisannya.
Pria itu mengangguk lalu mengajak istrinya untuk pergi.
Anita tidak habis pikir masih ada saja orang yang ingin melakukan hubungan intim di kamar mandi. Apakah wajar? Sekarang ia jadi terlibat dengan hal menjijikkan seperti ini.
Menarik pintu toilet dengan kasar, Anita masih memandang mereka sinis. Lalu saat ingin masuk, tatapan matanya tidak sengaja menangkap sebuah pistol tertodong dipunggung wanita itu. Tidak salah lagi, yang melakukan adalah suaminya sendiri. Tapi mengapa?
Mengabaikan semuanya, Anita berlari mengejar pria itu. Namun saat ia ingin masuk, Anita langsung ditahan oleh pramugari yang menjaga pintu.
"Maaf anda tidak bisa masuk, ini ruangan kelas satu."
"Tapi saya harus menemui pria itu! Orang itu membawa senjata dan mengarahkannya pada istrinya sendiri!"
"Itu tidak mungkin, semua orang yang akan naik pesawat sudah diperiksa. Dan tidak ada satupun yang membawa senjata disini."
Anita mengacak rambutnya geram. Kenapa disaat genting seperti ini, pramugari itu tidak percaya. Bisa saja kan pria itu menyembunyikan senjatanya secara licik sehingga tidak terdeteksi oleh petugas.
"Saya mohon, izinkan saya masuk. Saya akan membuktikannya kalau pria itu membawa senjata." Anita berusaha meyakinkan pramugari itu.
"Mohon maaf nyonya, tapi anda tidak bisa masuk. Ini sudah peraturannya." Pramugari itu masih memperlihatkan senyum ramahnya.
Anita tidak peduli, ia melewati pramugari itu dan masuk kedalam terburu-buru.
"Hentikan dia!" Anita mendengar pramugari itu meminta tolong temannya.
Saat menemukan pria itu, Anita tarik lengannya sampai berbalik padanya dan dengan berani Anita menadahkan tangannya di hadapan pria itu.
"Dimana pistol itu?!"
***
Disebuah kamar hotel, seorang pria terlihat berdiri didepan kaca besar. Tangan kirinya dimasukkan ke kantong celana dan tangan satu laginya digunakan untuk menjawab telepon dari seseorang."Semuanya telah selesai, kita hanya perlu menerima barangnya besok."Dari lantai lima belas, pria itu bisa melihat pemandangan kota Jakarta yang berkelap-kelip dengan indah. Mobil dan motor-motor tanpa henti berlalu lalang di jalan raya pada malam hari itu."Kali ini aku pastikan, kita memilih anjing yang tepat untuk dijadikan budak. Dia tidak se-naif CEO yang dulu kita angkat. Kita bisa memanfaatkannya, lalu setelah itu kita buang dan jadikan dia sebagai kambing hitam."Masih mendengarkan penuturan dari seberang sana, pria itu berbalik dan berjongkok menghadap wanita yang bersimpuh dibawah kakinya. Kea
Anita benar-benar kesal. Bagaimana bisa wanita itu berbohong, ia yakin wanita itu diancam oleh suaminya sehingga tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Jelas-jelas ia melihat dengan mata kepala sendiri kalau pria itu menancapkan pistol di pinggang istrinya. "Kalau kamu kesel karena kita kebagian kelas ekonomi, seharusnya bilang. Jangan main masuk ke kelas satu dan bikin keributan disana." suara Denis terdengar selama mereka berjalan menuju pintu keluar bandara Singapura. Denis membawa troli barang bawaannya. Anita yang berada disampingnya memutar bola matanya malas. Denis saja tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya tapi sudah ceramah. Seperti dia benar saja. Padahal kan hidupnya penuh dengan kesalahan. "Kalau diomongin itu didenger." tegur Denis. Anita benar-benar marah sekarang. "Apaan sih! Kalau enggak tau apa-apa itu diam!" komen Anita pedas.
"ASTAGA DENIS! Ini bukan masalah Lo tidur dengan Siska, gue enggak masalah Lo tidur sama siapapun. Gue udah terbiasa dengan sifat playboy Lo, tapi yang buat gue marah saat itu, kenapa Lo bilang sama Siska kalau gue cuma pemuas nafsu Lo diatas ranjang,""Dan yang lebih parah Lo bilang, Lo bakal terus manfaatin gue selama sisa hidup Lo. Emangnya gue gak tau? Lo bilang saat ulangtahun gue. Sesudah tau itu semua, gue berusaha percaya sama Lo, dan bersikap baisa aja. Tapi lo buat gue kecewa setelah beberapa hari Lo deket banget sama Siska, bahkan tidur bareng sama dia. Gimana gue enggak marah coba?""Jadi karena masalah itu?" Denis berucap tidak percaya. "Seharusnya kamu nanya dulu ke aku, jangan langsung menyimpulkan DNA kabur gitu aja ke Indonesia. Aku nyariin kamu kayak orang gila tau!" Denis mengusap wajahnya kasar."Dengerin.." suaranya berubah lembut seiring tangannya mengambil tangan Anita.
Besoknya Denis dan Anita pergi ke pesta pernikahan itu, dengan dalih bisa menemukan bukti itu. Akhirnya mereka sampai juga di Mansion mewah tempat berlangsungnya pesta pernikahan.Anita sudah menceritakan semuanya pada Denis. Termasuk kejadian di pesawat dan di bandara. Denis sempat marah, karena Anita tidak menceritakan sejak awal. Ia pun hanya bisa meminta maaf setelahnya, jangan salahkan Anita karena mereka sempat marahan sebelumnya.Naik tangga yng berjumlah enam tingkat, Anita dan Denis langsung disambut oleh pria pakaian serba hitam yang bertugas mengecek tamu undangan yng masuk.Denis menyerahkan undangan berwarna gold itu pada petugas. Setelah mengecek dan menelitinya, Denis dan Anita pun dipersilahkan masuk kedalam. Mereka berdua saling tersenyum. Mengingat kembali rencana apa yang akan mereka lakukan kali ini.Denis akan pastikan semuanya akan berjalan sesuai rencana
"siapa mereka?" "Mereka adalah suruhan pria itu. Dan kamu tahu, Markus adik kandung Wisnu yang tewas beberapa waktu lalu dan sekarang menjabat sebagai CEO di perusahaan tambang Batubara. Tadi aku lihat sedang menyelundupkan obatan terlarang bersama pria itu." tutur Anita. "Aku yakin, Markus dan pria itu adalah orang yang membunuh Wisnu. Tapi untuk sementara ini aku punya bukti video tentang penyelundupan itu." terang Anita. Sekarang mereka berada didalam mobil. Denis yang menyetir mobilnya. "Kalau begitu kita bisa menangkap mereka dengan bukti itu!" ucap Denis. "Aku harap begitu." jawab Anita. Dari kaca spion Anita dapat melihat sebuah mobil sedang membuntuti mereka dari belakang. "Denis, sepertinya mereka mengejar kita." Anita melihat kebelakang dan benar saja
Setelah para penjaga itu berhasil menangkapnya, Anita dibawa kembali ke mansion itu lagi. Ia melihat pria itu duduk diruang tamu yang mewah sambil menatapnya seperti mangsa. "Kemana pria satunya?" tanya pria itu pada anak buahnya. Matanya masih mengarah ke Anita, seakan ia seorang mangsa yang lemah dan ingin mati. "Saat kami sedang mengejarnya, tiba-tiba mobil hitam itu datang menyelamatkannya." jelas anak buahnya menunduk. Mendengar itu semua Anita tersenyum senang, sekarang ia tidak perlu khawatir karena Denis akan menyelamatkannya nanti. Dia terlihat tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Kau tersenyum?" Pria itu menghampiri Anita. Dia tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Sekali lagi kau tunjukkan senyum itu!" perintah pria itu menatapnya sengit. Tentu saja Anita tidak ingin menuruti kemauan pria itu, ia memalingkan wa
Setelah kejadian itu, tak lama kemudian Anita kedatangan beberapa pelayan yang masuk kedalam kamar sekapannya. Mereka berempat berdiri sejajar ke arahnya. Ditangan mereka sudah tersedia kotak obat, alat mandi, baju dan troli makanan. Sebenarnya ada apa ini, tidak mungkin jika Alex yang menyuruh mereka kemari. Sudah sangat jelas kalau pria itu marah setelah menamparnya tadi. "Maaf nona, kami datang kemari atas utusan tuan Alex untuk mengobati luka anda." ucap salah satu pelayan itu, dan menyuruh Anita untuk berdiri. "Tapi aku tidak perlu ini." Keempat pelayan itu tidak menggubris ucapannya, dan tetap membantu Anita untuk berdiri. "Mari, kami antar ke kamar mandi." "Sudah ku bilang aku tidak mau! Apa kalian tuli?" ucap Anita masih menolak, tapi kedua pelayan lainnya dengan lancang memapahnya hingga masuk kamar mandi. "Kalian mau apa?" tanya Anita langsung menutupi bagian
Sebelumnya Alex mendapat kabar dari mata-matanya, jika Denis melaporkan penyekapan Anita kepada pihak kepolisian Singapore. Dengan angan dapat menangkap dan menyelamatkan Anita, pria itu berencana datang dan langsung menyergap di kediaman Alex. "Bagaimana sekarang bos?" Sudah barang pasti Alex membuat rencana, dimana Denis maupun polisi itu tidak bisa menangkapnya. "Siapkan dua mobil, yang satu dikawal oleh semua anggota dan satu lagi biar aku yang memakainya. Kalian lewat jalur selatan dan aku jalur barat, kecoh mereka dan buat mereka mengira akulah yang ada di mobil itu. Aku akan tiba lebih dulu di bandara dan pastika