"ASTAGA DENIS! Ini bukan masalah Lo tidur dengan Siska, gue enggak masalah Lo tidur sama siapapun. Gue udah terbiasa dengan sifat playboy Lo, tapi yang buat gue marah saat itu, kenapa Lo bilang sama Siska kalau gue cuma pemuas nafsu Lo diatas ranjang,"
"Dan yang lebih parah Lo bilang, Lo bakal terus manfaatin gue selama sisa hidup Lo. Emangnya gue gak tau? Lo bilang saat ulangtahun gue. Sesudah tau itu semua, gue berusaha percaya sama Lo, dan bersikap baisa aja. Tapi lo buat gue kecewa setelah beberapa hari Lo deket banget sama Siska, bahkan tidur bareng sama dia. Gimana gue enggak marah coba?"
"Jadi karena masalah itu?" Denis berucap tidak percaya. "Seharusnya kamu nanya dulu ke aku, jangan langsung menyimpulkan DNA kabur gitu aja ke Indonesia. Aku nyariin kamu kayak orang gila tau!" Denis mengusap wajahnya kasar.
"Dengerin.." suaranya berubah lembut seiring tangannya mengambil tangan Anita.
"Saat aku bilang aku cuma ingin memanfaatkan tubuh kamu, selama sisa hidup ku. Itu artinya aku ingin jadikan kamu milikku. Aku berencana melamar kamu, semuanya udah aku siapkan sore itu saat aku minta janjian sama kamu di taman. Tapi semuanya berubah saat Siska minta aku kerumahnya dan menjebak aku disana."
"percaya sama aku, aku cuma cintanya sama kamu. Dan hanya ingin hidup selamanya sama.."
Mata anita memanas. Setelah mendengar penjelasan itu, pertahanan yang selama ini ia bangun mendadak runtuh seketika. Jika semua itu benar kenapa Denis tidak memberitahunya sejak awal?
"Aku malu dengan semua perbuatan ku yang brengsek dan tidak termaafkan itu. Rasanya aku gak pantes menjadi lelaki yang mendampingi kamu. Aku beri kamu kesempatan untuk nenangin diri setelah kejadian itu, aku pikir kamu bakal balik ke aku. Tapi aku salah, kamu malah pergi ke Indonesia dan ninggalin aku di Tokyo. Tanpa kata putus atau apapun."
Sekuat tenaga Anita menahan tangisnya yang akan jatuh. Jadi semuanya benar-benar salah paham?
"Maafin aku.. aku cinta banget sama kamu. Apa enggak ada kesempatan lagi buat aku untuk masuk ke kehidupan kamu lagi?"
Anita diam saja tidak menjawab. Walaupun semua ini cuma salah paham tetap saja ia tidak bisa menerimanya dengan semudah itu. Waktu dan pengorbanan ia berikan untuk Denis, tapi pria itu malah mengabaikannya. Seolah Anita akan kembali seperti sediakala, padahal dia tidak tau, hati Anita sakit ketika Denis bersama wanita lain.
"Kamu enggak mau ngasih aku kesempatan?" Denis bertanya lagi. "Kayaknya kesalahan aku besar banget yah?" Mendadak Denis menurunkan suaranya. Putus asa. "Jangan dipaksa kalau kamu emang enggak mau ngasih aku kesempatan, enggak apa-apa aku gak bakalan maksa.. tapi yang harus kamu tau aku cinta banget sama kamu."
"Diem!" Anita bersuara.
"Enggak, aku cuma mau bilang perasaan aku sebenarnya, cinta itu gak harus dipaksa. Aku tau itu, jadi walaupun kita gak bersama aku akan terus menjaga kamu dan terus mencintai mu."
"Aku bilang diam!" Anita tersenyum.
"I love you.. udah ahh, aku balik dulu." Denis berusaha tetap ceria, namun Anita malah menahan tangannya yang hendak pergi.
"Gue bilang diem! Jangan ngomong cinta lagi atau enggak, aku bakal ngelakuin ini."
Sebuah ciuman mendarat dibibir Denis, pria itu terkejut. Semuanya terasa menggairahkan saat ia merasakan bibir Anita bermain dengan bibirnya. Ia tahu ini sudah melebihi batas, tapi sebelum itu, ia harus memastikan sesuatu dulu pada wanita itu.
"Tunggu..." Denis memberi jarak pada mereka. Nafasnya tidak karuan setelah ciuman itu.
"Apa maksudnya nih?"
"Apa lagi?" Anita kembali bertanya.
Senyum Denis mengembang. "Itu artinya kamu maafin aku."
"Hmm."
"Kamu percaya sama aku?"
"Hmm..."
"Kita balikan?"
"Haruskah aku jawab?" tanya Anita.
Denis menggelengkan kepalanya lalu mencium bibir Anita sebagai jawaban. Mereka berciuman hingga Denis membawanya keatas kasur.
"Aku enggak nyangka bakal secepat ini, rasanya seperti mimpi." ucap Denis menatap Anita penuh cinta.
"Kalau gitu bermimpi lah sampai kita gak bisa bermimpi lagi."
Mereka kembali berciuman, tanpa terasa tubuh mereka sudah menginginkan satu sama lain. Anita hendak membuka celana Denis, tapi pria itu menahannya.
"Sebelum kita menikah, aku enggak mau ngelakuin itu."
"Kamu yakin?" Anita bertanya, karena tidak tega melihat pria itu menahan gairahnya.
"Iya, aku bakalan buktiin cinta aku ke kamu dengan gak nyentuh tubuh kamu sebelum menikah." janji Denis.
Anita masih terlihat ragu, ia tidak masalah jika Denis menginginkan nya. Ia sudah percaya dan akan memberi apapun untuk Denis termasuk tubuhnya.
"Udah ya, lebih baik kita tidur." Denis menangkap tubuh Anita dan memeluknya hingga tertidur diatas ranjang.
"I love you.." setelah itu Denis berusaha memejamkan matanya dan menghalau gairahnya.
Jangan sekarang, Anita begitu berharga untuknya.
Diam-diam Anita tersenyum, ternyata Denis banyak berubah. Pria itu sekarang mementingkan perasaannya dari pada ke egoisan nya.
"I love you too.." Aahirnya Anita menjawab pernyataan cinta Denis.
Denis tersenyum. Rasanya bahagia sekali bisa bersama Anita dalam hidupnya. Ia janji, ia tidak akan menyakiti wanita itu lagi.
***
Besoknya Denis dan Anita pergi ke pesta pernikahan itu, dengan dalih bisa menemukan bukti itu. Akhirnya mereka sampai juga di Mansion mewah tempat berlangsungnya pesta pernikahan.Anita sudah menceritakan semuanya pada Denis. Termasuk kejadian di pesawat dan di bandara. Denis sempat marah, karena Anita tidak menceritakan sejak awal. Ia pun hanya bisa meminta maaf setelahnya, jangan salahkan Anita karena mereka sempat marahan sebelumnya.Naik tangga yng berjumlah enam tingkat, Anita dan Denis langsung disambut oleh pria pakaian serba hitam yang bertugas mengecek tamu undangan yng masuk.Denis menyerahkan undangan berwarna gold itu pada petugas. Setelah mengecek dan menelitinya, Denis dan Anita pun dipersilahkan masuk kedalam. Mereka berdua saling tersenyum. Mengingat kembali rencana apa yang akan mereka lakukan kali ini.Denis akan pastikan semuanya akan berjalan sesuai rencana
"siapa mereka?" "Mereka adalah suruhan pria itu. Dan kamu tahu, Markus adik kandung Wisnu yang tewas beberapa waktu lalu dan sekarang menjabat sebagai CEO di perusahaan tambang Batubara. Tadi aku lihat sedang menyelundupkan obatan terlarang bersama pria itu." tutur Anita. "Aku yakin, Markus dan pria itu adalah orang yang membunuh Wisnu. Tapi untuk sementara ini aku punya bukti video tentang penyelundupan itu." terang Anita. Sekarang mereka berada didalam mobil. Denis yang menyetir mobilnya. "Kalau begitu kita bisa menangkap mereka dengan bukti itu!" ucap Denis. "Aku harap begitu." jawab Anita. Dari kaca spion Anita dapat melihat sebuah mobil sedang membuntuti mereka dari belakang. "Denis, sepertinya mereka mengejar kita." Anita melihat kebelakang dan benar saja
Setelah para penjaga itu berhasil menangkapnya, Anita dibawa kembali ke mansion itu lagi. Ia melihat pria itu duduk diruang tamu yang mewah sambil menatapnya seperti mangsa. "Kemana pria satunya?" tanya pria itu pada anak buahnya. Matanya masih mengarah ke Anita, seakan ia seorang mangsa yang lemah dan ingin mati. "Saat kami sedang mengejarnya, tiba-tiba mobil hitam itu datang menyelamatkannya." jelas anak buahnya menunduk. Mendengar itu semua Anita tersenyum senang, sekarang ia tidak perlu khawatir karena Denis akan menyelamatkannya nanti. Dia terlihat tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Kau tersenyum?" Pria itu menghampiri Anita. Dia tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Sekali lagi kau tunjukkan senyum itu!" perintah pria itu menatapnya sengit. Tentu saja Anita tidak ingin menuruti kemauan pria itu, ia memalingkan wa
Setelah kejadian itu, tak lama kemudian Anita kedatangan beberapa pelayan yang masuk kedalam kamar sekapannya. Mereka berempat berdiri sejajar ke arahnya. Ditangan mereka sudah tersedia kotak obat, alat mandi, baju dan troli makanan. Sebenarnya ada apa ini, tidak mungkin jika Alex yang menyuruh mereka kemari. Sudah sangat jelas kalau pria itu marah setelah menamparnya tadi. "Maaf nona, kami datang kemari atas utusan tuan Alex untuk mengobati luka anda." ucap salah satu pelayan itu, dan menyuruh Anita untuk berdiri. "Tapi aku tidak perlu ini." Keempat pelayan itu tidak menggubris ucapannya, dan tetap membantu Anita untuk berdiri. "Mari, kami antar ke kamar mandi." "Sudah ku bilang aku tidak mau! Apa kalian tuli?" ucap Anita masih menolak, tapi kedua pelayan lainnya dengan lancang memapahnya hingga masuk kamar mandi. "Kalian mau apa?" tanya Anita langsung menutupi bagian
Sebelumnya Alex mendapat kabar dari mata-matanya, jika Denis melaporkan penyekapan Anita kepada pihak kepolisian Singapore. Dengan angan dapat menangkap dan menyelamatkan Anita, pria itu berencana datang dan langsung menyergap di kediaman Alex. "Bagaimana sekarang bos?" Sudah barang pasti Alex membuat rencana, dimana Denis maupun polisi itu tidak bisa menangkapnya. "Siapkan dua mobil, yang satu dikawal oleh semua anggota dan satu lagi biar aku yang memakainya. Kalian lewat jalur selatan dan aku jalur barat, kecoh mereka dan buat mereka mengira akulah yang ada di mobil itu. Aku akan tiba lebih dulu di bandara dan pastika
Anita terbangun dari tidurnya, lagi-lagi ia kecolongan dengan tidak sadarkan diri ditempat. Bukan karena dipukul, tapi ini murni karena ketiduran. Niatnya hingga menunggu Alex terbangun, tapi malah ia juga tertidur disana. "Ini dimana?" tanya Anita pada Boy yang duduk didepannya. "Kita ada di Myanmar, nona!" jawab Boy sambil menyetir mobilnya ditengah kota. Dari arah jendela, Anita langsung melihat sebuah pagoda besar yang berdiri kokoh ditengah kota. Ujungnya yang berwarna emas menjadikan pagoda itu sebagai ikon kota Yongan, Myanmar. Jika tidak salah Anita pernah kemari setahun lalu untuk peliputan mingguan tentang pariwisata di Myanmar. "Lalu kita akan kemana?" tanya Anita lagi. Ia juga tidak menemukan Alex dimana pun, kemana perginya pria itu? "Kau terus bertanya nona, sementara bos kami tidak menginginkan kami untuk menjawab. Tapi jika kau memaksa aku akan memberita
Setelah kejadian itu, Anita dibawa pergi menaiki pesawat. Anita berfikir kenapa mereka repot-repot membawanya ke Myanmar kalau ujung-ujungnya disandera seperti ini. Entah kemana tujuan mereka, tapi yang jelas Anita bisa menangkap sesuatu yang mencurigakan disana. Alex dan Boy seperti membicarakan sesuatu. "Permisi nona, ini makanan anda." tiba-tiba seorang pramugari datang diwaktu yang tidak tepat dan membuatnya kacau. "Letakkan saja disana." tandas Anita kesal. Lagian apa pramugari itu tidak tahu, tangan dan kakinya diikat. Mana mungkin ia bisa makan, yah kecuali ia makan langsung dari mulutnya seperi anjing. Baru ia bisa makan, tapi haruskah seperti itu? Sesudah pramugari itu berpamitan pergi , Anita menyantap pasta Mozarella di piringnya. Makanan itu bukan makanan kesukaannya, apalagi ada keju didalamnya ia tidak suka. Bertambah kesal karena makanan itu bukan yang diinginkannya. Anita mend
Selama berhari-hari Anita tidak mau makan. Terakhir kali wanita berambut pirang datang ke kamarnya, wanita itu terlihat enggan membawa makanan untuk Anita. Bahkan Anita masih ingat pertengkaran mereka tempo hari lalu. "Ini makan!" paksa wanita itu sambil menyodorkan nasi kehadapannya. Anita tidak bereaksi, dia hanya menatap sendok itu dalam diam. "Makan!" Wanita itu masih memaksa memasukkan nasi itu kedalam mulut Anita. "Makan jalang!" saat wanita itu berhasil memasukkan nasi kedalam mulut Anita. Bertepatan dengan itu, Anita langsung menyemburkan nasi itu ke wajah wanita berambut pirang itu. "Aahhhhh!!!! KURANG AJAR!!!" Wanita itu berteriak nyaring. Menjauhkan diri dan memegangi wajahnya yang lengket terkena nasi dan air liur. "Aku akan laporkan ini pada Alex! Lihat saja!" Wanita itu langsung bergegas pergi dari sana. Tak lama kemudian wanita itu ke