"siapa mereka?"
"Mereka adalah suruhan pria itu. Dan kamu tahu, Markus adik kandung Wisnu yang tewas beberapa waktu lalu dan sekarang menjabat sebagai CEO di perusahaan tambang Batubara. Tadi aku lihat sedang menyelundupkan obatan terlarang bersama pria itu." tutur Anita."Aku yakin, Markus dan pria itu adalah orang yang membunuh Wisnu. Tapi untuk sementara ini aku punya bukti video tentang penyelundupan itu." terang Anita. Sekarang mereka berada didalam mobil. Denis yang menyetir mobilnya. "Kalau begitu kita bisa menangkap mereka dengan bukti itu!" ucap Denis. "Aku harap begitu." jawab Anita. Dari kaca spion Anita dapat melihat sebuah mobil sedang membuntuti mereka dari belakang. "Denis, sepertinya mereka mengejar kita." Anita melihat kebelakang dan benar sajaSetelah para penjaga itu berhasil menangkapnya, Anita dibawa kembali ke mansion itu lagi. Ia melihat pria itu duduk diruang tamu yang mewah sambil menatapnya seperti mangsa. "Kemana pria satunya?" tanya pria itu pada anak buahnya. Matanya masih mengarah ke Anita, seakan ia seorang mangsa yang lemah dan ingin mati. "Saat kami sedang mengejarnya, tiba-tiba mobil hitam itu datang menyelamatkannya." jelas anak buahnya menunduk. Mendengar itu semua Anita tersenyum senang, sekarang ia tidak perlu khawatir karena Denis akan menyelamatkannya nanti. Dia terlihat tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Kau tersenyum?" Pria itu menghampiri Anita. Dia tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Sekali lagi kau tunjukkan senyum itu!" perintah pria itu menatapnya sengit. Tentu saja Anita tidak ingin menuruti kemauan pria itu, ia memalingkan wa
Setelah kejadian itu, tak lama kemudian Anita kedatangan beberapa pelayan yang masuk kedalam kamar sekapannya. Mereka berempat berdiri sejajar ke arahnya. Ditangan mereka sudah tersedia kotak obat, alat mandi, baju dan troli makanan. Sebenarnya ada apa ini, tidak mungkin jika Alex yang menyuruh mereka kemari. Sudah sangat jelas kalau pria itu marah setelah menamparnya tadi. "Maaf nona, kami datang kemari atas utusan tuan Alex untuk mengobati luka anda." ucap salah satu pelayan itu, dan menyuruh Anita untuk berdiri. "Tapi aku tidak perlu ini." Keempat pelayan itu tidak menggubris ucapannya, dan tetap membantu Anita untuk berdiri. "Mari, kami antar ke kamar mandi." "Sudah ku bilang aku tidak mau! Apa kalian tuli?" ucap Anita masih menolak, tapi kedua pelayan lainnya dengan lancang memapahnya hingga masuk kamar mandi. "Kalian mau apa?" tanya Anita langsung menutupi bagian
Sebelumnya Alex mendapat kabar dari mata-matanya, jika Denis melaporkan penyekapan Anita kepada pihak kepolisian Singapore. Dengan angan dapat menangkap dan menyelamatkan Anita, pria itu berencana datang dan langsung menyergap di kediaman Alex. "Bagaimana sekarang bos?" Sudah barang pasti Alex membuat rencana, dimana Denis maupun polisi itu tidak bisa menangkapnya. "Siapkan dua mobil, yang satu dikawal oleh semua anggota dan satu lagi biar aku yang memakainya. Kalian lewat jalur selatan dan aku jalur barat, kecoh mereka dan buat mereka mengira akulah yang ada di mobil itu. Aku akan tiba lebih dulu di bandara dan pastika
Anita terbangun dari tidurnya, lagi-lagi ia kecolongan dengan tidak sadarkan diri ditempat. Bukan karena dipukul, tapi ini murni karena ketiduran. Niatnya hingga menunggu Alex terbangun, tapi malah ia juga tertidur disana. "Ini dimana?" tanya Anita pada Boy yang duduk didepannya. "Kita ada di Myanmar, nona!" jawab Boy sambil menyetir mobilnya ditengah kota. Dari arah jendela, Anita langsung melihat sebuah pagoda besar yang berdiri kokoh ditengah kota. Ujungnya yang berwarna emas menjadikan pagoda itu sebagai ikon kota Yongan, Myanmar. Jika tidak salah Anita pernah kemari setahun lalu untuk peliputan mingguan tentang pariwisata di Myanmar. "Lalu kita akan kemana?" tanya Anita lagi. Ia juga tidak menemukan Alex dimana pun, kemana perginya pria itu? "Kau terus bertanya nona, sementara bos kami tidak menginginkan kami untuk menjawab. Tapi jika kau memaksa aku akan memberita
Setelah kejadian itu, Anita dibawa pergi menaiki pesawat. Anita berfikir kenapa mereka repot-repot membawanya ke Myanmar kalau ujung-ujungnya disandera seperti ini. Entah kemana tujuan mereka, tapi yang jelas Anita bisa menangkap sesuatu yang mencurigakan disana. Alex dan Boy seperti membicarakan sesuatu. "Permisi nona, ini makanan anda." tiba-tiba seorang pramugari datang diwaktu yang tidak tepat dan membuatnya kacau. "Letakkan saja disana." tandas Anita kesal. Lagian apa pramugari itu tidak tahu, tangan dan kakinya diikat. Mana mungkin ia bisa makan, yah kecuali ia makan langsung dari mulutnya seperi anjing. Baru ia bisa makan, tapi haruskah seperti itu? Sesudah pramugari itu berpamitan pergi , Anita menyantap pasta Mozarella di piringnya. Makanan itu bukan makanan kesukaannya, apalagi ada keju didalamnya ia tidak suka. Bertambah kesal karena makanan itu bukan yang diinginkannya. Anita mend
Selama berhari-hari Anita tidak mau makan. Terakhir kali wanita berambut pirang datang ke kamarnya, wanita itu terlihat enggan membawa makanan untuk Anita. Bahkan Anita masih ingat pertengkaran mereka tempo hari lalu. "Ini makan!" paksa wanita itu sambil menyodorkan nasi kehadapannya. Anita tidak bereaksi, dia hanya menatap sendok itu dalam diam. "Makan!" Wanita itu masih memaksa memasukkan nasi itu kedalam mulut Anita. "Makan jalang!" saat wanita itu berhasil memasukkan nasi kedalam mulut Anita. Bertepatan dengan itu, Anita langsung menyemburkan nasi itu ke wajah wanita berambut pirang itu. "Aahhhhh!!!! KURANG AJAR!!!" Wanita itu berteriak nyaring. Menjauhkan diri dan memegangi wajahnya yang lengket terkena nasi dan air liur. "Aku akan laporkan ini pada Alex! Lihat saja!" Wanita itu langsung bergegas pergi dari sana. Tak lama kemudian wanita itu ke
*Flashback* Setelah Alex memanggil dokter dan pergi, Anita hanya berdiam diri dikamar. Ia berbaring miring menghadap kanan, pikirannya menerawang jauh. Ia memikirkan Denis dan rencananya. Setelah dipikir rencana kaburnya selalu gagal, dan sekarang pikirannya sedang buntu. Ia tidak tahu harus apa lagi sekarang. Sampai saat ini ia tidak tahu kabar Denis, hanya pria itu satu-satunya harapannya. Tapi mengingat keberadaannya sekarang, ia ragu Denis dapat menemukannya. Suara pintu terdengar terbuka, Anita semakin beringsut kesal. Pasti itu wanita yang membawa makanan untuknya. "Makan siang!" Kata wanita itu. "Bawa saja, aku tidak mau!" jawab Anita masih tidak mau berbalik. "Tapi aku disuruh memaksamu untuk makan!"
Anita sedang mengelilingi rumah bordil itu. Sesekali ia menengok kiri-kanan, barangkali ia bisa menemukan sesuatu yang mencurigakan. Tapi sejak dua puluh menit yang lalu, ia tidak menemukan apapun selain para wanita centil itu yang sedang menggoda para pria hidung belang di teras hingga dikamar. Astaga! Apa harus melakukan itu dengan pintu terbuka.Anita terkejut dan menggeleng-gelengkan kepala. Baru saja ia diberi kebebasan oleh Alex, matanya langsung disuguhi hal tercela seperti itu. Sebaiknya ia harus mencari Dina, siapa tahu seniornya itu mempunyai informasi yang bisa dibagi.Belum sempat Anita berbalik untuk pergi, wanita yang dicarinya sedang berjalan kearahnya. Tampang Dina masih sama sewaktu di Indonesia, kaku dan tanpa ekspresi. Sekalinya berekspresi ya marah-marah. Ia sampai berfikir kapan terakhir kali Dina tersenyum. Mungkin saat ia terjatuh ke got waktu ulang tahunnya dulu. Kejadian itu sungguh membuatnya marah karen