Share

Kekangan Efram

“Tolong, biarkan aku bertemu dengan ayahku, Efram. Aku harus menemaninya.” Lyra memohon pada Efram.

Efram memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening.Kali ini amarahnya harus diuji karena gadis itu. “Kau tidak dengar apa yang kukatakan?” Tanya Efram masih berusaha sabar.“Aku tidak mengizinkanmu menemui ayahmu. Tidak hari ini.” Efram mengulangi perkataannya.

Lyra merasa kecewa.“Tapi … kenapa?”

“Kalau tidak, ya tidak.Tidak perlu banyak Tanya,” ucap Erland telak.

Lyra benar-benar semakin merasa sedih mendengarnya.Ia tak bisa berjauhan dengan ayahnya sekali saja. Lyra  berpikir bahwa ia harus menemani ayahnya dan selalu berada di sampingnya, tetapi karena kemarahan Efram, laki-laki itu sampai tak mengizinkannya untuk bertemu dengan ayahnya.

“Efram sebentar sa—”

“Ada apa Joe?”

Lyra baru saja ingin mencoba bernegosiasi lagi pada Efram, tetapi ucapannya harus terpotong karena Joe datang—sementara Efram sudah tak lagi menghiraukannya dan malah bertanya kepada Joe.

“Maaf, Tuan,” kata Joe usai lihat Lyra yang berdiri di ambang pintu, khawatir mengganggu perbincangan yang sedang terjadi antara Efram dan Lyra.

“Tidak apa-apa. Katakan ada apa,” titah Efram pada Joe yang kini berdiri di ambang pintu sama seperti Lyra. Sementara Lyra langsung tertunduk karena diabaikan oleh Efram.

“Baru saja, saya mengangkat panggilan dari kampus Erland. Bahwasanya, Erland harus kembali ke kampus karena sudah melebihi batas izin yang ditentukan, yakni hanya dua hari untuk menghadiri pernikahan Anda.Pintu kamar Erland terkunci, saya tidak kuasa memberikan telepon itu padanya,” jelas Joe.

“Lalu, bagaimana? Kau sudah bilang kalau Erland sedang berkabung karena ibunya meninggal?” tanya Efram.

Jo mengangguk. “Sudah, Tuan. Mereka sudah memberi disepensasi untuk beberapa hari, tetapi Erland harus tetap kembali ke kampus, karena tidak semua dosen akan memaklumi ketidakhadirannya.”

“Baiklah, nanti biar kubujuk dia.” Efram memijat pelipisnya.“Suruh Bibi mengantar makanan untuknya.”

Jo hanya diam. Hal itu mengundang Efram untuk menoleh ke arahnya dengan dahi yang mengernyit.

“Ada apa, Jo? Mengapa kau diam?” Tanya Efram.

Jo menundukkan kepalanya. “Maaf, Tuan. Tapi setiap Bibi mengantar makanan, Erland tidak pernah mau membuka pintu kamarnya sama sekali.”

Bukan hanya Efram, Lyra juga terkejut mendengar itu. Tak bisa membayangkan bagaimana terpukulnya Erland karena kehilangan ibunya. Perlahan Efram menegakkan punggungnya.

Efram bangkit dari duduknya.Berjalan keluar dari ruang kerja ibunya. Joe seketika menyingkir dari ambang pintu.Melihat Efram akan meninggalkan ruangan, Lyra bergegas menahan tangannya. “Efram, kau mau ke mana?Aku diizinkan bertemu dengan ayahku, ‘kan?”

Efram sontak berhenti.Laki-laki itu menoleh pada tangannya yang dipegang oleh Lyra.Lalu beralih menatap Lyra dengan memberikan tatapan tajam kepada gadis itu.Menyadari kelancangannya, Lyra segera melepaskan tangannya.

“M—maaf,” sesal Lyra dengan kepala tertunduk.

Efram tak menghiraukannya, ia lalu pergi dari hadapan Lyra diikuti oleh Jo.

Sampai di depan pintu kamar Erland, Efram langsung mengetuk pintunya. “Erland, buka pintunya.”Namun, tak ada jawaban dari dalam. Efram mengetuk sekali lagi, dann hasilnya sama, tak ada tanda-tanda Efram akan membukanya.

“Apa kita dobrak saja, Tuan?Saya khawatir terjadi sesuatu pada Erland.”Joo menyarankan.

Efram tampak berpikir, ia lalu menyuruh Jo untuk menyingkir. Saat itu, Lyra datang, gadis itu juga ingin melihat keadaan Erland.Ia terkejut saat Efram menjauhkan tubuhnya dari pintu lantas kemudian mendobraknya hingga pintu kamar Erland berhasil terbuka.

Semua orang di sana terkejut melihat Erland meringkuk di lantai—tepat di sisi ranjangnya—tengah memeluk sebuah bingkai foto. Efram yang panik segera berlari ke dalam.

“Erland, Erland.” Efram mengangkat kepala adiknya.Mata laki-laki yang berusia dua tahun lebih muda darinya itu terpejam.Wajah Erland tampak pucat.

Efram menepuk-nepuk pipi adiknya.Namun, Erland tak bergerak sedikitpun.Efram beralih menoleh ke arah Jo yang berdiri di belakangnya.“Mengapa tidak memberitahuku kalau adikku tidak mau makan?!” murka Efram pada Joo.

Jo hanya menundukkan kepalanya, merasa bersalah melihat keadaan Erland. “Maaf, Tuan.”

“Cepat bantu aku memindahkannya ke ranjang!” titah Efram tak terbantahkan.

Melihat keadaan Erland yang tidak berdaya, Lyra bergegas keluar dan kembali dengan handuk kecil serta air hangat di tangannya.Efram yang selesai meletakkan kepala Erland dengan hati-hati, hendak menelepon dokter saat melihat Lyra sudah berdiri di dekat ranjang dengan handuk dan air hangat.

Efram sudah akan membuka suara ketika Lyra lebih dulu mengatakan maksudnya. “Biar aku melakukan ini pada Erland, Efram, kasihan dia sangat lemah.”

Efram menatap tajam mata Lyra. “Kupikir aku akan mengizinkanmu menyentuh adikku? Bagaimana kalau kau berniat jahat kepadanya.”

Lyra sontak menggeleng. “Tolong, singkirkan kebencianmu dulu.Aku mengkhawatirkan keadaan Erland seperti adikku sendiri, tolong biarkan aku merawatnya.”

“Terserah.” Efram mendengus, ia melewati Lyra dengan menyenggol lengannya. Hampir saja Lyra benda-benda di tangannya jatuh, jika saja Lyra tak segera menyeimbangkan pegangannya.“Tapi jangan harap aku akan mengizinkanmu menemui ayahmu.”

Lyra tersenyum masam. Efram benar-benar sudah berubah. “Aku hanya kasihan melihat Erland, bukan dengan maksud lain,” gumam Lyra, ia bahkan ragu bahwa laki-laki yang kemudian melakukan panggilan dengan dokter itu mendengarnya.

Lyra meletakkan wadah air hangat itu di atas meja, lalu duduk di tepi ranjang. Dengan telaten, Lyra meletakkan handuk yang dibasahi itu di dahi Erland. Lama ia menatap wajah Erland yang pucat. Tangis Lyra lantas pecah kembali mengingat semua kejadian yang terjadi di hidup mereka, tetapi ia berusaha menahan suara tangisnya.

Kesedihannya semakin menjadi kala ingat Efram tak mengizinkannya bertemu dengan ayahnya. Lyra menutup mulutnya dengan tangan, menahan isakan yang keluar. Ia tak tahu bagaimana menjalani hari esok. Lyra takut tidak bisa menjalani semuanya tanpa ada sosok ayah di sampinya, ayahnya yang selalu menemani Lyra dan selalu mengatasi masalahnya.

Sekarang Lyra tidak tahu, siapa yang bisa membantunya keluar dari kekangan Efram.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status