"Periksa siapa saja yang akan datang ke pesta ulang tahun pernikahan Alexander William." Reiner memberi perintah pada Jeff. Ia baru saja menerima undangan dari William.
Ckck, pria itu benar-benar memiliki nyali Setelah bermain-main dengannya beberapa tahun lalu pria itu bersikap seolah tidak pernah mencuranginya. Reiner benar-benar ingin meledakan tubuh Alexander hingga berkeping, tapi ia tidak bisa melakukannya karena Lauryn memiliki dendam pada pria itu.
Jika ia membunuh Alexander maka dendam Lauryn tidak akan tuntas.
"Baik, Pak." Jeff undur diri, pria itu segera menjalankan tugas dari Reiner.
Selama beberapa tahun terakhir Reiner selalu mendapatkan undangan dari Alexander, tapi ia tidak pernah datang. Ia hanya memerintahkan Jeff un
Satu minggu berlalu. Hari ini merupakan hari pesta ulang tahun pernikahan Alexander William dan Eddelia. Pasangan paruh baya yang masih tampak muda itu telah berdiri di tengah-tengah sebuah ballroom hotel mewah milik Alexander.Alexander mengenakan setelan berwarna abu-abu glossy dengan dasi berwarna senada. Sedangkan Eddelia wanita itu mengenakan gaun karya Vercase yang didominasi warna merah dipenuhi bordiran rumit. Di bagian rok gaun itu berhias benang emas.Penampilannya dilengkapi dengan perhiasan bernilai jutaan dollar.Eddelia selalu memperhatikan penampilannya, setelah ia memesan gaunnya ia mencocokannya dengan perhiasan yang akan ia kenakan. Eddelia ingin penampilannya sulit untuk orang lain lupakan.Ia wanita dari kelas atas
Pesta berlangsung, tuan dan nyonya yang menghadiri undangan memegang segelas minuman di tangan mereka. Semua orang semakin menikmati pesta, kecuali Alexander dan keluarganya yang merasa sangat tercekik di sana.Orang-orang berbisik membicarakan mereka. Alexander meninggalkan pestanya sendiri untuk datang ke pesta orang lain untuk menikmati segelas wine, benar-benar menyedihkan.Di depan, Reiner dan Lauryn tengah berdansa mengikuti alunan suara piano yang memimpin gerakan mereka."Terima kasih untuk pesta ini." Lauryn tidak tahu harus mengatakan apa pada pria yang telah membuat keberadaannya diakui.Ia telah hidup dalam bayangan selama dua puluh tahun lebih, dan hari ini ia sudah dikenali oleh banyak orang. Lauryn merasa bahwa saat ini
"Kau akan datang menemui Alexander besok?" tanya Reiner sembari membantu menurunkan resleting gaun merah yang Lauryn kenakan."Aku cukup penasaran apa yang akan dibicarakan oleh Alexander. Pria manipulatif itu pasti ingin menekanku lagi dengan menggunakan mendiang Ibu." Kebencian akan selalu terlihat di mata Lauryn ketika ia membicarakan tentang Alexander William dan keluarganya.Orang-orang itulah yang telah membuat hidupnya menjadi seperti ini. Tidak memberinya pilihan lain selain melakukan hal-hal yang mereka inginkan."Aku akan mengirimkan penjaga bersamamu." Reiner mengkhawatirkan keselamatan Lauryn. Mungkin saja Alexander akan mencoba untuk membunuh Lauryn lagi. Ia lebih baik berjaga-jaga daripada harus kehilangan Lauryn.Lauryn
Lauryn memasuki kediaman megah Alexander yang bergaya Eropa. Ia melangkah dengan dagu yang terangkat, wajahnya terlihat tanpa emosi.Pelayan di kediaman itu terkejut karena kedatangan Lauryn setelah berbulan-bulan tidak pernah melihat wajah Lauryn. Dahulu pelayan di kediaman itu bahkan berani menindas Lauryn, tapi saat ini mereka tidak berani lagi melakukannya karena terintimidasi oleh tatapan dan aura Lauryn yang mengerikan.Langkah kaki Lauryn terhenti ketika suara penuh kebencian Irene terdengar di telinganya."Kau rupanya masih memiliki nyali datang ke kediaman ini." Irene menatap Lauryn seolah Lauryn merupakan manusia paling hina di dunia ini."Kenapa aku harus takut, Irene? Sebelumnya aku telah mendatangi tempat mengerikan ini s
Setelah dari kediaman Alexander, Lauryn menghubungi seseorang. Ia mengajak orang itu untuk bertemu di sebuah restoran.Lauryn menunggu selama lima menit sebelum akhirnya seorang wanita datang mendekat padanya."Lauryn?" tanya wanita itu sembari memperhatikan Lauryn."Aku tahu Anda pasti akan datang, Nona Janice." Lauryn tersenyum pada wanita yang seumuran dengannya itu. "Silahkan duduk."Wanita yang bernama Janice menarik kursi lalu kemudian duduk di depan Lauryn. "Apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya? Sebelumnya kita tidak saling mengenal sama sekali.""Aku hanya ingin menawarimu bantuan.""Seseorang tidak akan menawari bantua
"Ada yang bisa aku bantu, Lauryn?" tanya Reiner yang berdiri di sebelah Lauryn yang saat ini sedang mengiris bawang."Tidak ada. Kau bisa membiarkan aku sendiri di sini," balas Lauryn."Baiklah. Kalau begitu aku pergi ke ruang kerja untuk melakukan rapat melalui panggilan video.""Ya."Reiner meninggalkan Lauryn di dapur sendirian. Ia memiliki beberapa hal yang harus dibahas dengan beberapa pegawainya.Lauryn menggunakan dapur Reiner dengan baik. Meski peralatan di dapur Reiner berbeda dengan dapur kecil miliknya, tapi ia sudah cukup mengenal beberapa peralatan dan cara menggunakannya.Satu jam lebih Lauryn berada di dapur, dan ia s
Lauryn memainkan cairan berwarna seperti ruby di dalam gelasnya. Ia menggerakan tangannya, membuat cairan itu menari-nari di dalam sana.Beberapa saat lalu, Lauryn menerima kabar dari Janice bahwa Janice berhasil memendangkan mega proyek yang juga diincar oleh Alexander.Tidak sulit bagi Lauryn untuk mengetahui tentang proposal apa yang ditawarkan oleh Alexander. Ia telah menyelinap ke ruang kerja Irene. Lalu mengcopy data yang ada di komputer Irene.Lauryn tidak hanya membuat Alexander kehilangan proyek bernilai jutaan dolar, tapi ia juga membuat Alexander semakin kecewa pada Irene.Bagaimana bisa proposal yang sudah disiapkan selama berbulan-bulan bisa berpindah tangan ke kompetitor. Alexander pasti akan menyalahkan Irene.
"Bagaimana kau bisa bertunangan dengan pria sampah seperti itu, Lauryn?" Reiner bertanya setelah pelayan pergi meninggalkan ruangan."Alexander memikirkan rencana cadangan agar aku tetap mematuhinya, dan rencana konyol itu adalah Lorenzo. Alexander kira aku akan tergila-gila pada Lorenzo, tapi sungguh itu benar-benar sebuah rencana yang gagal. Aku menerima pertunangan dengan Lorenzo hanya karena ingin mengikuti permainan Alexander.""Kau tidak menyukai pria itu, kan?"Lauryn terkekeh geli. "Aku memiliki standar yang tinggi, Reiner. Aku pasti sudah kehilangan akal jika aku menyukai pecundang seperti Lorenzo.""Aku lega mendengarnya," seru Reiner."Kau cemburu, hm?"