Share

Pertama Kali ke Rumah Mertua

Hari ini Setengah tahun sudah kami berumah tangga. Setelah kejadian 3 bulan lalu yang kami bertengkar hebat. Saat ini rumah tangga kami justru semakin adem ayem. Tidak pernah bermasalah lagi.

Suamiku pun mulai mendengarkan saranku, Ia mulai giat bekerja. Meski belum selincah aku, tapi aku sangat bersyukur sudah ada usaha dia untuk mengimbangi.

Hari ini bertepatan dengan bulan Ramadan, dan 3 hari lagi Idul fitri. Suamiku mendapat telpon dari Ibunya. Ini kali pertamanya suamiku berkomunikasi dengan Ibunya sejak keributan 3 bulan lalu.

"Doni, apa kabar kamu. Ibu kangen kamu Doni. Ibu minta kamu pulang lebaran nanti, Ya. Ibu sangat rindu," pintanya.

"Baik bu, kami semua baik. Iya, aku mau pulang kampung, asalkan ibu bolehin aku bawa Fatimah. Dan jangan nyakitin hati Fatimah lagi." Jawab Kak Doni tegas.

"Oiya pastilah Nak, bawa aja istrimu gak apa-apa. Ibu tunggu kedatanganmu," Jawabnya meyakinkan.

***

Tepat Satu hari sebelum lebaran, Kami bersiap-siap untuk mudik kekampung Kak Doni. Kami mengendarai motor menuju kampung.

Dibagian depan diletakkan tas besar berisi bajuku dan baju suami sedangkan dibelakang aku memangku plastik besar berisi oleh-oleh untuk mertua. Dan aku mengendong tas ransel berisi bekal makan siang kami nanti diperjalanan.

Karena hari ini kami sedang akan melakukan perjalanan jauh 8 jam jadi kami memutuskan untuk tidak puasa sehari dan menggantinya nanti setelah lebaran.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba turun hujan sangat deras, kami berhenti mencari tempat berteduh sambil menikmati bekal makan siang. Setelah menunggu Dua jam hujan tak kunjung reda, kami pun bertekat melanjutkan perjalanan.

kami harus melewati jalan yang lumayan rawan tindak kejahatan. Jadi kami harus cepat sampai sebelum hari semakin gelap. akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ditengah hujan. Kami bentangkan plastik besar agar melindungi dan menutupi seluruh bagian tas kami terlebih dahulu.

Setelah Empat jam, Kami pun tiba dirumah mertua, mereka menyambut kami didepan rumah. Kulihat disana ada Ibu mertua, Bapak mertua , Mbak Luluk Dan Erik adik nya Kak Doni.

Saudara kandung Kak Doni ada Empat orang.

Yang Pertama Mbak Andini umurnya 40 tahun dia seorang Pegawai negri.

Kemudian yang Ke Dua Mbak Luluk dia berumur 35 tahun dia berbeda menurut cerita Kak Doni, saat Mbak Luluk kecil pernah mengalami cidera berat yang membuat Ia susah berjalan hingga saat ini, dan selalu beraktifitas menggunakan kursi roda, ia pun tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Aku baru pertama kali bertemu dan bertatap muka dengan Mbak Luluk, karena saat aku menikah memang dia tidak diikut hadir. Kemudian 

Ketiga Kak Doni.

Yang ke Empat adik laki-laki bernama Erik yang berumur 23 tahun, Yang sedang mengenyam pendidikan kedokteran. Umur Kak Doni dan Erik hanya beda Satu Setengah tahun saja. Bahkan tubuhnya pun lebih besar dan tinggi Erik.

Setelah sampai aku pun langsung meminta izin ke belakang, untuk membersihkan badanku yang basah kuyub karena terkena hujan, sepanjangan perjalanan tadi. Ibunya pun mempersilahkan. Aku bergegas kekamar mandi dan Ibunya menyiapkan makan malam ditemani Mbak Luluk diatas kursi rodanya.

Setelah selesai mandi dan bersih-bersih, kami pun diajak makan malam bersama. Ku lihat diatas meja makan sudah terhidang makanan yang menurutku enak-enak. Ada Ayam goreng, Sambal nanas, Sop daging dan juga Ikan gurame bakar lengkap dengan lalapannya.

Saat makan bersama , aku tertegun melihat Mbak Luluk yang sedang lahap menyantap makanan. Kulihat tangannya sulit memegang sendok, hingga setiap kali mengambil nasi dengan sendoknya, maka sebagian besar makanannya akan jatuh berceceran di atas meja dan juga dilantai.

Sebentar-bentar aku perhatikan dan akupun jadi iba. Mungkin akibat cidera masa kecilnya akhirnya membuat tulang tangan maupun tubuhnya terganggu dan menjadikan Ia kesulitan beraktifitas, selama bertahun-tahun Ia selalu menggunakan kursi roda.

Dalam hatiku timbul perasaan heran terhadap perilaku Ibu mertuaku selama ini, yang tidak menyukaiku dan terlalu pilih-pilih menantu harus yang sempurna,  kaya dan berpangkat. Padahal Ia memiliki anak yang seperti Mbak Luluk. seharusnya Ia bersyukur bisa mempunyai menantu walau orang biasa seperti aku.

Seharusnya belajar dari anaknya, seperti apapun kondisi orang tidak boleh kita membeda-bedakan semua harus diperlakukan baik. Seperti halnya aku yang hanya orang biasa aku ingin diperlakukan baik seperti yang lain. Batinku.

Setelah menyantap makan malam, Kak Doni diajak Orang tuanya mengobrol di Ruang Tivi, dan aku segera membersihkan meja makan , menyapu lantai bekas jatuhan makanan Mbak Luluk tadi. Dalam hatiku pun timbul fikiran, Kasihan Mbak Luluk.. mau makan saja sampai berceceran dimana-mana. Dan tidak bisa melakukan aktifitas seperti orang pada umumnya.

Aku sangat tertegun melihat kondisinya. Aku baru sekali ini bertemu dengan Orang berkebutuhan khusus. Aku benar-benar merasa kasihan sekali. Setelah semuanya bersih dan rapih aku pun bergegas ke belakang untuk mencuci piring.

Setelah selesai mencuci piring, aku bergabung bersama mereka di ruang Tivi. Lalu Ibunya pun mulai membuka obrolan.

"Fatimah dan Doni, besok siang, Ibu dan Bapak mau ajak kalian ke rumah mbah Asmo untuk berobat, beberapa hari lalu ibu kerumah mbah Asmo dan bertanya tentang kalian berdua. Dia bilang dibadan Fatimah ini ketempelan Jin yang sangat berbahaya, jadi harus segera dibuang," Ungkap Ibu mertua dengan nada meyakinkan, dan Bapak mertua ikut mengangguk tanda setuju dengan ucapan ibu.

Aku kaget setengah mati mendengarkan pengakuan Ibu mertua, aku melirik kearah suamiku dan Mengerutkan dahiku tanda bingung dan heran tak percaya sama sekali dengan ucapan Mertua. Suamiku pun maksud dengan apa yang ada dalam pikiranku , dan dia langsung menjawab.

" Apa-apaan sih Ibu Bapak nih, orang sehat begini dibilang sakit. Fatimah  baik-baik saja kok, buat apa kerumah Dukun segala. Musyrik yang ada dosa, dan dilaknat nanti." Tegas Kak doni tanda menolak.

"Hei Doni, apa salahnya kita berusaha. Ini demi rumah tanggamu biar bahagia. Kita keluarkan dulu Jin dibadan Fatimah. Siapa tau kalian ribut waktu itu karena diganggu jin ditubuh Fatimah, Kata mbah Asmo diatas tempat tidur kalian di Plafon ada Jin yang mengawasi Fatimah setiap hari. Mangkanya di kamarmu hawanya terasa panas." Ibu mertua meyakinkan dan tak mau kalah.

"Iya Doni, turuti saja kata Ibumu. Demi Kebaikan kamu." Tegas BApak mertua mendukung ucapan Istrinya.

Tak mau pusing berdebat dan memanjangkan persoalan dengan Orang tuanya, Akhirnya suamiku pun setuju.

"Ya, terserah kalian. Asal jangan pernah berniat aneh-aneh sama Istriku Fatimah." Ancamnya dengan tegas.

***

#Bersambung.

Ashya Khoir

| 2
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mien Azis
saya sudah baca dr awal sampai tamat bagus ceritanya cuma sayang...endingnya kok hambar !!! maksudnya saya bacaaaaa ...panjaaang sekali,tp pada akhir cerita ( tamat)...kok...yaaah.....kirain masih ada terusannya..tp kok..tiba tiba...tamat.
goodnovel comment avatar
Neng'k Dia
kok tidak lanjut?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status