Share

Raja dan Ratu Vampire

Membalas serangan sosok berjubah hitam yang menyerangnya, Rey terbang dengan cepat menyambar perut sosok itu. 

Melayangkan pukulan hingga tendangan ke wajahnya, Rey berhasil menumbangkan sosok berjubah hitam hingga jatuh menghantam tanah dengan kuat.

Sosok asing itu mulai kewalahan menghadapi Rey, bahkan jubah yang dia pakai terlihat mulai robek di sana sini. 

Tubuhnya mulai lemah karena kehilangan banyak energi menghadapi Rey yang notabene jauh lebih kuat darinya.

"Beraninya kaum hitam sepertimu menantangku. Apa kau tidak tahu ini adalah daerahku?! Pergi dari sini sebelum aku memusnahkanmu!" 

Manik mata biru Rey berubah menjadi warna merah darah, dengan sebuah tanda hitam seperti tato di wajah putih pucatnya. Simbol itu muncul jika dia sedang marah seperti ini.

Mendengar ucapan Rey, sosok asing itu mundur dan menghilang di balik gelapnya malam. Lebih baik dia pergi daripada mati sia-sia disini, dia harus melaporkan kejadian malam ini pada rajanya.

Rey mendengus dengan mata dan tanda hitam di wajahnya yang perlahan mulai menghilang. Dia yakin kalau sosok itu pasti akan kembali dan mengusiknya lagi.

Suci masih berdiri mematung di tempatnya mengamati bagaimana sosok asing yang mencegatnya tadi menghilang. Dia juga ikut memperhatikan Rey yang perlahan turun melayang menginjak tanah.

"Kamu masih disini?" tanya Rey membersihkan kemeja putih yang dia pakai.

"Bapak punya sayap?"

Rey mengernyit. "Maksud kamu?"

Suci mendekat meneliti tubuh Rey dari atas ke bawah, tidak ada apa-apa di tubuh pria itu. Lalu kenapa dia bisa melayang seperti tadi? 

"Bapak ini manusia atau hantu?" 

Rey berdecak mengusap rambutnya. "Kamu terlalu banyak menonton TV. Ayo, aku antar kamu pulang." 

"Tunggu, Bapak belum menjawab pertanyaanku!" tahan Suci. 

"Lagipula aku bisa pulang naik taksi, Pak." sambungnya masih memperhatikan Rey dari atas ke bawah.

"Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu. Ikut denganku saja, aku takut sosok tadi mengikutimu lagi kalau kamu tetap pulang sendiri." 

"Memangnya dia makhluk apa, Pak? Aku melihat matanya berubah-ubah tadi. Apa dia hantu?" tanya Suci masih penasaran. 

"Kamu terlalu banyak bicara dengan tubuh kecilmu, ayo!" Rey menarik tangan Suci berjalan menuju mobilnya yang terparkir di depan gang ini. Telapak tangan halus namun sangat dingin itu membuat Suci sedikit risih.

"Apa maksud Bapak mengatai aku bertubuh kecil?!" sahut Suci sedikit tersinggung.

"Apa kamu tidak sadar tubuhmu ini sangat kecil? Aku curiga kamu tidak pernah makan dengan benar selama ini!"

Suci berdecak menarik tangannya dari genggaman Rey, dia tidak terima pria ini malah mengatainya begitu.

Rey kembali menarik tangan Suci, memaksa wanita itu masuk kedalam mobilnya. 

Berjalan memutar, Rey duduk di belakang kemudi. "Rumahmu di mana Suci?"

"Bapak tahu nama saya?" tanya wanita itu kaget.

"Aku tahu, mana mungkin seorang pemimpin tidak tahu nama pegawainya," sahut Rey asal.

"Hah? Semua nama pegawai di kantor Bapak tahu? Hebat sekali."

Rey menggeleng tidak percaya melihat Suci, padahal dia hanya asal bicara saja tadi. Wanita ini ternyata sangat mudah dibohongi pikirnya.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku."

"Eh iya, maaf pak. Rumahku ada di jalan X. Bapak yakin mau mengantarkan aku pulang?" tanya Suci memastikan.

"Duduk dan diam saja, aku tidak perlu mengatakan berulang kali padamu!"

Rey mulai melajukan mobil dengan Suci yang menggerutu kesal dalam hati, dasar pria pucat menyebalkan gumamnya.

Dalam hitungan ketiga, Rey berhasil membuat wanita yang sedang menggerutu itu tertidur di kursi sampingnya.

Rey tersenyum tipis dan menginjak gas, lalu berucap. "Ayo kita pulang."

Pria bertubuh pucat itu membawa mobilnya menjauh dari kota, dan terus masuk ke sebuah hutan yang dipenuhi pohon-pohon lebat.

Semakin jauh masuk ke dalam sana, Rey tiba di sebuah kastil berdinding batu alam yang dijaga oleh beberapa orang berjubah merah tua.

Di depan kastil berdiri sebuah pagar batu setinggi gedung berlantai sepuluh, yang disekitarnya tumbuh pohon beringin yang cukup lebat.

"Selamat datang Tuan…." Semua penjaga yang ada di sana membungkuk memberi hormat untuk tuan muda mereka.

"Apa semuanya sudah siap?" 

"Sudah Tuan, semua siap sesuai dengan perintah Tuan."

Rey mengangguk, menggendong Suci keluar dari mobilnya. Wanita cantik dengan rambut panjang hitam lurus itu terkulai lemah ditangannya. 

Di dalam kastil yang telah didekorasi cukup meriah, Rey akan memulaikan ritualnya untuk menjadi seorang vanatian atau raja dan pemimpin Vampire yang sempurna sebentar lagi.

Sambil melayang Rey membawa Suci ke dalam kamarnya, dimana di ujung ruangan telah tergantung sebuah gaun berwarna merah darah.

Rey meletakkan Suci dengan hati-hati di atas ranjang, dan berbisik di telinganya. "Bangunlah My Lady…." 

Wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali, dan tersadar saat wajah Rey berada sangat dekat dengannya.

"Bapak?" kaget Suci.

"Bersiaplah, upacaranya akan segera dimulai." Rey menjauh bangkit dari atas ranjang.

"Upacara? Upacara apa maksud Bapak?" tanya Suci tidak mengerti.

Dia bangun duduk di atas ranjang, dengan dua kaki yang tergantung di pinggir kasur empuk itu.

"Pentahbisan Aku dan kamu," sahut Rey.

"Hah?" Suci melongo bingung menatap ke sekelilingnya. 

Ini bukan di rumahnya? Ada di mana dia sekarang? Bukannya tadi atasannya ini mengatakan akan mengantarkan dia pulang? Lalu, apa ini? Kenapa ada gaun juga disini?

"Cepatlah Suci, waktu kita tidak banyak."

"Tu-tunggu Pak. Apa maksud Bapak tadi?" tahan Suci.

Rey berbalik, kembali menatap manik mata coklat tua Suci dalam. Dia mulai memberikan sebuah sugesti pada wanita itu. 

"Ikuti semua perintahku, dan bersiaplah sekarang juga!"

Manik mata coklat tua Suci melebar dan redup secara perlahan. Dia seketika mengangguk patuh pada perkataan Rey.

"That's My Lady." ujarnya mengusap pipi Suci.

Rey beranjak dari sana, memberi perintah pada dua orang maid yang dia tugaskan untuk mempersiapkan Suci. "Bantu calon ratu kalian bersiap!"

"Baik Tuan." 

Dua orang wanita berkulit pucat seperti Rey masuk ke dalam kamar yang telah dihiasi dengan bunga mawar merah di hampir setiap sudut ruangan.

Mereka mulai membantu Suci bersiap sampai memakaikan gaun yang telah disediakan untuknya. Gaun panjang itu melekat indah di tubuh ramping Suci.

"Ayo My Lady, tuan sudah menunggumu di bawah." 

Dua orang wanita bernama Red dan Pink, membawa Suci turun ke sebuah aula sederhana yang didekorasi dengan sentuhan warna merah tua. 

Seorang pria berambut putih dengan mata birunya sedang berdiri menunggu di atas kursi singgasana, menatap kedatangan Suci yang berjalan dengan sangat anggun dan cantik mendekatinya.

Mengulurkan tangan kanannya, Rey menyambut Suci dengan penuh rasa bangga. Sebentar lagi dia akan melewati tahap awal untuk menjadi seorang vanatian, setelah mereka mengikat janji sehidup semati.

"Rey Octoniamus Peorma terimalah takdirmu bersama Suci Evergreen, dan hiduplah abadi selamanya bersama." 

Seorang tetua berjenggot panjang hingga ke lantai, mulai memberikan doa-doa dalam bahasa mereka untuk dua orang di depannya.

Rey memasangkan sebuah cincin ke jari manis Suci yang terhubung langsung dengan urat nadinya. 

Begitupun sebaliknya, dalam pandangan mata kosong Suci memasangkan sebuah cincin berlapis emas dan darah keduanya ke jari manis Rey.

"Silahkan menyambut raja dan ratu Vampire kita yang baru…." sambung tetua itu lagi pada klan mereka di bawah sana.

Riuh suara dari penjuru aula terdengar di telinga Suci. Ada cukup banyak orang berjubah dengan kulit tubuh pucat di dalam aula itu, sedang bertepuk tangan menatap ke arah mereka.

Rey dan Suci memberikan penghormatan bagi anggota klan Vampire yang lain, sebelum mereka kembali masuk ke kamar pengantin mereka. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status