Share

Vampire?

"Selamat datang di keluarga Peorma, Suci…." sambut mereka mengangkat gelas kristal berisi minuman berwarna merah pekat, yang terlihat sangat kental.

Masing-masing mereka mulai meneguk minuman tersebut, tapi tidak dengan Suci. Rey tidak mengizinkan istrinya meminum itu, dia malah memberikan sebotol air mineral pada Suci yang entah datang dari mana.

"Kamu tidak boleh meminumnya Suci," bisik Rey di telinga istrinya.

"Memangnya ini apa?"

"Itu darah," sahut Rey dingin.

Pandangan mata yang ada di sana semakin aneh mengarah pada Suci. Rey tahu kalau keluarganya pasti akan mencerca dia dengan beribu pertanyaan setelah ini.

"Kamu tidak minum Suci?" tanya Clara mewakili semua yang ada di sana.

"Dia tidak minum minuman kita, Mom," jawab Rey lebih dulu.

Semua langsung diam dan saling menatap satu sama lain. Keanehan itu terus berlanjut sampai jamuan makan siang keluarga selesai. 

Berjalan sendirian di taman setelah ditinggal pergi oleh Rey menemui Olympus, Suci didekati oleh seorang pria berkepala plontos dengan tato yang memenuhi seluruh tubuhnya. 

"Jadi namamu, Suci?" tanyanya menatap tajam wanita berambut hitam itu.

"Kamu mengagetkan aku Fourd," sahut Suci tanpa ekspresi.

"Kamu dari klan bagian mana?" 

"Klan?"

"Iya. Rey pasti memilih wanita dari salah satu klan kaum kami." 

"Kaum kalian?" sahut Suci makin bingung dengan ucapan saudara laki-laki Rey.

Fourd tersenyum smirk, menatap wanita di depannya. "Jadi benar dugaanku kalau kamu memang manusia." 

"Apa maksud ucapanmu Fourd? Kamu ingin mengatakan kalau kalian bukan manusia, begitu?" 

"Kami memang bukan manusia Suci, apa Rey tidak mengatakannya padamu?" Suci menggeleng. "Sudah aku duga pria pengecut itu tidak menjelaskan apa-apa tentang dirinya padamu!" 

"Apa maksudmu sebenarnya Fourd?" 

Fourd mendekat dan mengusap leher jenjang Suci dimana bekas gigitan pertama Rey masih ada.

Gigitan pertama itu tidak akan pernah hilang, itu semacam penanda yang hanya bisa diberikan oleh kaum Vampire dengan status tinggi seperti Rey dan keluarganya.

"Sayang sekali Rey sudah menggigitmu lebih dulu."

Fourd semakin mendekat dan mengendus leher Suci hingga dua gigi runcingnya terlihat keluar. Dia tengah bersiap menancapkan benda tajam itu kesana.

Suci seketika tersadar, terbangun dari sugesti Rey saat melihat benda yang sama telah mengoyak tubuhnya semalam.

"Apa yang kamu lakukan?!" teriaknya mendorong Fourd kuat. 

Dua gigi runcing itu masih terlihat dengan seringai jahatnya. 

"Aku hanya penasaran bagaimana rasa darah kaum kalian Suci. Ayolah, Rey pasti tidak akan marah," sahut Fourd beralasan. 

Pria itu kembali mendekati Suci dengan cepat, dan menangkup leher jenjangnya. Nafas Fourd terasa menggelitik kulit leher Suci, dengan tubuhnya yang tidak bisa bergerak seakan terkunci.

Apa yang akan pria ini lakukan padaku? Kenapa mereka senang sekali menyentuh leherku? Suci bergumam berusaha menghindar, sampai suara seorang pria berteriak marah di belakang mereka.

"Brengsek!"

Rey berlari setengah melayang dan menendang pinggang Fourd, hingga pria itu terjungkal menyambar dinding pembatas kastil.

"Jangan berani-berani mengganggu mate-ku, Fourd!" ujarnya marah.

Terbatuk-batuk Fourd tertawa dan bangkit berdiri, mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Seringai jahat pria itu masih terpampang jelas di wajahnya, siapapun pasti akan bergidik ngeri jika melihat Fourd saat ini.

"Ayolah Rey, kamu tidak mau berbagi milikmu dengan kakakmu sendiri, hm? Kita selalu berbagi selama ini, bukan?" 

"Dasar tidak waras! Kamu bisa mengambil semua milikku, tapi jangan pernah berani menyentuh mate-ku!" 

"Benarkah? Apa dia tahu siapa kamu sebenarnya? Bahkan istri kamu sendiri pun kamu bohongi Rey," sahut Fourd mulai mengadu domba pasangan itu.

"Aku yakin kalau istrimu tidak tahu tentang jati diri kamu dan keluarga kita yang adalah kaum Vampire, makhluk penghisap darah yang hidup abadi selama ini!" sambung pria itu tersenyum licik.

Suci tersentak, kaget mendengar ucapan Fourd barusan. Vampire? Apa itu benar? Dia sontak menatap Rey yang hanya diam di tempatnya. 

Rey tahu kalau Suci sudah sadar dari sugesti yang dia berikan. Dia bisa melihatnya dari tatapan mata Suci saat ini.

Mencoba menyusun setiap potongan kejadian semalam yang sudah menimpanya, Suci menutup mulut tidak percaya.

"Ja-jadi itu benar, Rey?" tanyanya terbata. 

Rey masih diam, tidak ingin membantah ataupun membenarkan. Pria berambut putih itu bahkan tidak ingin menatap Suci yang berdiri di belakangnya.

"Jawab aku Rey!" sambung Suci setengah berteriak.

Fourd menyeringai, menggelengkan kepala menang. "Kamu memang selalu bodoh sejak dulu!" 

Pria yang sengaja menyulut api pada dua pasangan itu berlalu pergi meninggalkan mereka yang pasti akan bertengkar sebentar lagi, pikirnya.

Keterdiaman Rey membuat Suci syok dan mundur berlari meninggalkannya, dia harus segera pergi dari sini. Mana mungkin dia berada dekat dengan seorang Vampire, yang mengatakan kalau mereka sudah menikah. Ini gila pikirnya.

Cerita-cerita seperti itu hanya ada dalam cerita dongeng. Mana ada di jaman yang sudah modern seperti ini, makhluk mitos yang tidak pernah diyakini kebenarannya itu ada.

Tidak, dia pasti hanya bermimpi. Iya … ini pasti hanya mimpi. Aku gila sampai bisa bermimpi seperti ini.

Suci terus berlari hingga tersadar kalau dia sudah sangat jauh dari kastil. Di sekitarnya hanya ada hutan belantara dengan bunyi kicauan burung yang terdengar bersahutan, seakan sedang berbicara dengan lantang satu sama lain.

Di mana aku? Aku ingin bangun sekarang, siapapun tolong bangunkan aku, gumam Suci mulai menangis.

Angin dingin berhembus menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai, Suci bisa merasakan kalau di tempat ini ada seseorang yang sedang mengawasinya dari jauh.

Suci memilih terus berlari mencari seseorang yang bisa dimintai tolong, sembari berharap dia akan segera bangun. 

Dalam langkah kaki panjang, Suci jatuh terjerembab di atas tanah yang lembab dan pingsan di sana.

Suara seorang pria memanggil-manggil namanya terdengar di telinga Suci, perlahan dua mata indah itu mengerjap mencoba menghalau sinar cahaya yang masuk.

Badan Suci terasa sangat berat, seperti ada seseorang yang tengah menindihnya saat ini.

Suci berusaha bergerak tapi tangannya seakan tidak mendengarkan apa yang diperintahkan oleh otaknya. Dia merasakan tubuhnya seperti sedang digigit dengan rasa perih di sana. 

Apa yang terjadi? Tubuh intinya mendadak menghangat dengan rasa geli luar biasa. Tanpa sadar Suci melengkungkan badannya dan membuang nafas panjang.

Gejolak itu datang lagi saat sebuah benda kenyal tengah menggesek mencoba menerobos miliknya yang sempit.

Dalam sekali hentakan kuat, benda itu berhasil masuk membuat mata Suci membelalak sempurna.

"Sa-sakit," lirihnya mencengkram kain sprei.

"Maaf," sahut suara seorang pria.

Pria? Tunggu, siapa dia? Apa yang sedang dia lakukan di atas tubuhku? Sadar, Suci mencoba mengangkat tangannya untuk mendorong pria itu. Tapi dia tidak bisa, tubuhnya tidak bisa digerakkan. Pria itu malah mulai menyodoknya dengan sangat lembut.

Ah, tidak … Suci merasakan tubuh intinya berdenyut. Sodokan pria ini membuatnya terlena, jatuh dengan permainannya yang memabukkan.

Apa ini, apa dia tengah bermimpi melakukan adegan panas dengan seorang pria? Kenapa ini terasa sangat nyata? Suci tanpa sadar mendesah dengan nafas yang naik turun.

Seenak inikah rasanya bercinta? Tubuhnya seakan tahu bagaimana harus menikmati permainan sodokan pria di atasnya.

"Aku mencintaimu istriku…." Pria itu mengerang panjang, melepaskan cairan kehangatannya di dalam sana.

Suci tahu ini adalah mimpi yang paling indah untuknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status