Tepat pukul tujuh pagi, Suci tiba di depan pintu apartemen bosnya. Menekan tombol bel cukup lama, pria berkulit tubuh pucat itu akhirnya membukakan pintu untuknya.
Rey hanya memakai celana boxer berwarna nude dengan tubuh bagian atas yang polos. Pemandangan itu berhasil mengalihkan perhatian Suci yang kaget melihat perut kotak-kotaknya.
"Lain kali kamu tidak perlu menekan bel lagi! Password apartemenku adalah ulang tahunmu!" Rey berjalan masuk meninggalkan Suci di depan pintu.
"A-apa, Pak? Ulang tahunku?" tanya Suci memastikan.
"Iya. Jangan menggangguku, aku mau tidur sebentar." Rey masuk ke dalam kamar dan membanting pintu cukup kuat.
Kenapa lagi dengan pria itu? Suci mengernyit, melangkah masuk ke dalam apartemen mewah bosnya.
Apa benar Pak Rey memakai tanggal ulang tahunku untuk password apartemennya? Suci bergumam sendiri, memperhatikan ruangan di depanny
Follow IG author @adamvanda untuk visual Rey dan Suci Terima kasih 🌹
"Bangun Suci…." Suara bariton terdengar di telinga wanita berwajah mulus tanpa noda itu.Manik mata cokelat tuanya terbuka perlahan, dan tertegun menatap wajah tampan di depannya."Ayo bangun, kita sudah sampai…," ujar suara itu lagi.Seakan tersadar, Suci melompat bangun dari tidurnya dan menyadari kalau dia tengah berada di dalam sebuah mobil."Aku di mana?"Rey berdecak menatap Suci tajam. "Tentu saja ada di bumi, kamu pikir kamu ada di bulan sekarang!"Suci menatap ke sekelilingnya, mendapati mobil yang sedang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah gedung mewah yang terlihat seperti hotel."Ayo turun!" ajak Rey lagi.Pria berkulit pucat itu keluar lebih dulu meninggalkan Suci yang masih kebingungan di kursi mobil.Wanita itu bergegas turun saat menyadari Rey s
"Kita akan menginap disini, Pak?" Rey mengangguk dan menjatuhkan dirinya ke sofa kamar hotel."Apa aku boleh pulang saja, Pak?" tanya Suci lagi."Kenapa memangnya? Apa kamar yang aku pesan ini tidak cukup bagus untukmu?"Suci mengangkat dua tangan ke atas dada dan mengayunkannya dengan cepat. "Bukan, bukan begitu, Pak. Aku hanya—""Tidurlah disini, kita akan pulang besok pagi!" potong Rey bangkit dari sofa."Tapi, Pak. Aku tidur di mana nanti?""Kamu bisa tidur di sofa kalau kamu mau," sahut Rey santai.Suci melongo, tidak menyangka atasannya akan berkata begitu padanya. Bagaimana mungkin pria berambut putih itu menyuruhnya tidur di sofa? Apa dia tidak bisa memesankan satu kamar lagi untuknya?Kesal, Suci menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Dia ingin sekali protes, tapi Rey sudah lebi
"Dari mana saja kamu, hah?!" sentak Rey saat Suci baru saja masuk ke dalam kamar mereka."Kamu mengagetkan aku, Pak." sahut Suci mengusap dada."Aku tanya kamu dari mana?!" tanya Rey lagi."Aku dari bawah, Pak. Mencari makanan untuk kita, tapi aku tidak sempat memesan makanan karena bertemu dengan Tuan Heinze di sana," terang Suci berdiri di depan atasannya."Apa? Kenapa kamu berkeliaran sendirian di sini? Apa aku menyuruhmu ke bawah, hah?!"Rey kembali memarahinya untuk hal yang tidak penting menurut Suci. Apa pria ini memang hobi marah-marah pada orang lain sejak dulu?Dia masih kesal dengan perlakuan tuan Heinze padanya dan kini Rey malah menambah rasa kesalnya? Suci ingin sekali melempar sepatunya ke wajah Rey sekarang."Kenapa kamu diam?!" Rey masih membentak Suci."Lalu aku harus menjawab apa? Aku la
"Kamu mau ke mana Suci?" tanya Susi melihat anaknya sudah tampak cantik dan menawan."Aku akan menemani bosku ke sebuah pesta, Mom."Susi mengernyit. "Kamu mau pergi lagi dengan bosmu malam ini?" Suci mengangguk."Apa kalian sudah dekat sekarang, hm?" goda wanita paruh baya itu."Maksud Mommy apa? Kami hanya sebatas atasan dan bawahan, Mom … jangan berpikir yang tidak-tidak!" elak Susi dengan wajah yang memerah."Mommy hanya bertanya Suci, kamu yang terlalu berburuk sangka dengan mommy.""Terserah Mommy saja, aku pergi dulu. Dia sudah menungguku di luar.""Ya, buat dia terus terpesona denganmu…!" sahut Susi setengah berteriak sebelum pintu depan rumah mereka tertutup.Suci melangkah cepat masuk ke dalam mobil bosnya dengan perasaan bahagia. Entah karena ucapan ibunya, atau karena tahu d
"Ini laporan yang Pak Rey minta." Suci menyodorkan sebuah dokumen ke tangan atasannya."Kamu sudah memeriksanya dengan teliti?"Suci mengangguk. "Sudah, Pak.""Bagus, kalau begitu pesankan aku makan siang." Rey menaruh dokumen di tangannya begitu saja ke atas meja."Bapak tidak ingin memeriksanya lagi?" kaget Suci."Tidak perlu, aku yakin kamu pasti mampu menyelesaikan laporan itu dengan baik."Suci hanya bisa mengangguk, mengikuti apa yang dikatakan pria berkulit pucat itu. Dia kembali duduk di depan meja kerjanya dan menghubungi seseorang untuk memesan makanan untuk Rey."Bapak, ingin makan apa?" tanya Suci lupa bertanya tadi."Darah….""Apa?""Maksud aku daging … steak," sahut Rey merutuki mulutnya sendiri.Hampir saja di
"Kamu sadar dengan pilihanmu ini Rey? Dia manusia, dia bisa membahayakan klan kita dan juga dirimu sendiri! Tolong pikirkan lagi untuk menahan dia disisimu….""Tapi Dad, dia mate-ku. Belahan jiwa dan separuh hidupku. Mana mungkin aku melepaskannya hanya karena dia seorang manusia. Aku mencintainya, bahkan sebelum Suci hadir dalam hidupku. Aku menunggunya selama beratus-ratus tahun Dad, bagaimana mungkin kamu memintaku untuk berpisah dengannya?!"Ayah dan anak itu saling menatap tajam, duduk di ruang keluarga setelah Suci ditemukan pingsan, jauh dari kastil mereka."Lalu bagaimana dengan klan kita? Apa mereka juga tidak sama penting bagimu? Kamu juga harus memikirkan klan kita Rey … kamu mau klan kita hanya tinggal nama saja nanti? Kaum hitam akan terus menyerang klan kita jika kamu masih bersikeras menahan manusia itu!" sahut Olympus bersikeras."Suci, Dad. Namanya Suci! Yang kamu sebut
"Bagaimana hubunganmu dengan tuan Rey, Suci?" tanya Olivia teman satu kantornya."Hubungan?" sahut Suci tidak mengerti."Iya, kalian pasti sudah sangat dekat sekarang….""Ya, kami dekat sebagai atasan dan bawahan saja, Liv…," sahut Suci apa adanya."Jangan bohong, aku tahu kamu dan tuan Rey pasti ada hubungan yang lebih dari sekedar itu," goda Olivia."Terserah kamu saja mau berpikir apa!"Dua wanita muda itu sedang duduk menikmati makan siang bersama di kantin perusahaan. Sudah berbeda ruangan tidak menjadikan hubungan Suci dan Olivia merenggang.Mereka sekarang lebih banyak menghabiskan waktu berbicara satu sama lain tentang banyak hal. Disaat sedang senggang seperti ini."Apa selama ini bos kita selalu memperlakukanmu dengan baik Suci?" tanya Olivia lagi masih penasaran."Su
"Jadilah milikku seutuhnya Suci…." bisik Rey di telinga istrinya.Dalam cumbuan panas mereka, Rey membawa Suci hanyut dalam sapuan bibir basah pria itu.Suci tahu ini sudah salah, Rey bisa saja hanya mempermainkannya. Pria itu pasti punya banyak wanita dalam hidupnya, dia tidak mau jatuh begitu saja di pelukan atasannya.Apalagi melihat perangai Rey yang selama ini selalu membentaknya, Suci jadi curiga kalau Rey hanya ingin coba-coba saja dengannya."Aku mencintaimu…," bisik Rey lagi di sela-sela ciumannya.Seakan tersadar dengan perkataan pria berambut putih itu yang begitu tiba-tiba, Suci mendorong Rey dengan kuat hingga dia mundur ke belakang."A-apa maksud ucapanmu, Pak?" tanya Suci terbata.Rey tertunduk, bingung harus bagaimana lagi. Semakin lama dia tidak bisa menyembunyikan perasaan di hatinya untuk Suci.