“Aku berjalan di atas es yang tips, Andai aku tidak kembali ke dunia luar mungkin kesalahan ini tidak akan terjadi di kehidupanku.” Seorang pria berjalan perlahan ke dalam Resepsi Pernikahan. Pria itu melihat kearah seorang wanita yang duduk di pelaminan bersama pria yang gagah tampan dan lebih muda darinya. Pria itu berjalan perlahan menuju ke pelaminan dan saat ia melangkah, wanita itu menatap kearah pria yang berusia 46 Tahun itu. Wanita itu terdiam saat pria itu datang ke Acara Pernikahannya. Pria itu memberi selamat kepada mempelai pria yang ada di hadapannya. “Selamat atas pernikahannya.” Ujar Pria yang berusia 46 Tahun
“Tentu saja, aku pikir kau tidak akan datang ke pernikahan kami.”
“Aku pasti akan datang, karena kalian mengundangku.”
Wanita itu hanya menatap kearah Pria itu dan suatu ketika saat setelah ia memberi selamat kepada mempelai pria dia berjalan kearah wanita tersebut. Pria itu tersenyum kearahnya dan melihat Wanita itu begitu cantik mengenakan Baju Pengantin yang sangat cocok dengannya.
“Kau sangat cantik mengenakan pakaian itu.” Puji Pria yang berusia 46 Tahun.
Wanita itu terus menahan Air Matanya dan ia menatap kearah Pria yang ada didepannya. “Terima kasih karena kau sudah datang, Guru.” Ujar Wanita tersebut, dan kedua mata mereka bertemu satu sama lain. Setelah Pria itu memberi selamat kepada kedua mempelai pria itu berjalan keluar dai ruangan dan ia terus bejalan tanpa arah. “Aku sadar bahwa aku tidak layak buatnya. aku sadar dimana setiap hal yang aku lakukan dengannya adalah sebuah kesalahan, padahal aku tahu bakal akhirnya akan seperti ini.”
Pria itu sudah di pinggir jalan, dimana ia menunggu lampu merah untuk menyebrang jalan. saat pria itu menunggu lampu merah ia hanya terdiam di sana sambil mengingat kebersamaan yang ia lewati dengan wanita itu. “Mungkin ini terdengar gila, tapi aku benar benar sudah terjebak di tengah es yang sudah ku pijaki dari awal.” Ujarnya
“Aku mungkin akan terjatuh ke dasar dimana saat aku terjatuh kedalamnya aku akan di kepung oleh bongkahan es untuk selama lamanya. dan aku tidak bisa berlari dan hanya melihat dia dari kejauhan.”
==== Ditikam Cinta====
2 Tahun yang lalu, Tahun 2018 Bulan Desember di sebuah rumah yang begitu megah terdengar suara alaram berbunyi dengan keras. Tangan seorang wanita meraih alaram yang berada di samping tempat tidurnya. Setelah alaram itu di matikan, wanita itu bangun dari tempat tidurnya dan bejalan ke lemari untuk memilih pakaian apa yang akan ia kenakan untuk berangkat ke kantor. Sambil memilih beberapa pakaian, wanita itu sambil bersenandung saat melihat 3 pakaian yang sudah ia jejer di tempat tidurnya. “Ahhh apa yang akan aku kenakan ya.” Ujar Bora yang bingung Pakaian mana yang akan ia kenakan untuk kekantor. 5 Menit kemudian Bora akhirnya menentukan pakaian mana yang akan ia kenakan. Bora sedang bercermin dan ia melihat dirinya yang begitu sempurna dengan memakai pakaian yang serba biru. “Wahhh aku sangat cantik sekali.” Puji Bora, bora mengambil tas dan ponselnya. bora berjalan keruang makan dimana ARTnya sudah menyiapkan sarapan untuknya. “Wahhh Bibi kau sangat ahli dalam membuat sarapan di pagi hari.” Puji Bora
“Non, saya sudah bekerja dengan Nona lebih dari 3 tahun. Bagaimana saya tidak hafal kalau setiap hari anda selalu memilih roti lapis dengan secangkir teh jahe untuk mengawali hari anda.” Ujar Pembantu Bora. Bora tersenyum dan akhirnya ia memakan roti lapis tersebut. saat ia sedang menyantap sarapannya ponsel bora berdering dan ia mengangkat panggilan telepon tersebut “Ya Ifan Ada apa.”
“Ahhh maaf menganggu anda pagi pagi Bu Bora.” Ujar Ifan
“Hmmm tidak apa, ada apa tuh.” Ujar Bora
“Begini, jadi tadi saya mendapatkan Email dari pihak kantor pusat dimana Pak Elard akan datang mengunjungi musium kita.”
Bora yang baru saja mengunyah makanannya tiba tiba terdiam saat mengetahui kalau Elard Pemilik Musium Seni dimana ia bekerja akan datang ke Jakarta. “Apa kau yakin dengan Informasi itu.”
“Benar Bu, atau saya kirim emailnya keanda ya.”
“Baiklah kirimkan email kesaya.” Ujar Bora, lalu Ifan mengakhiri panggilannya dan ia mengirimi email yang ia terima dari kantor pusat. bora menaruh roti lapis di piringnya dan merogoh tasnya untuk mengambil IPAD yang ada didalamnya.
“Nona kau harus menghabisi makanannya dulu.” Pinta Pembantu Bora dengan lembut
“Bibi tahukan, jika ada urusan pekerjaan aku akan memilih menyelesaikan pekerjaan baru aku menyelesaikan sarapanku.” Ujar Bora sambil memeriksa Email lewat IPAD yang ada di tangannya. Pembantu Bora hanya tersenyum saat mendengar Jawaban Bora yang seperti biasa akan memilih Pekerjaan ketimbang Sarapan.
Bora dengan wajah yang serius melihat kearah IPADnya, dimana setelah Ia membaca Email yang di kirim oleh Ifan ia langsung mengusap Wajahnya. “Tidak bisa seperti ini, aku harus menyelesaikan ini.” Bora memasukan ipadnya dan bersiap untuk berangkat kerja.
“Bibi aku pergi dulu ya, terima kasih atas sarapannya. ini sangat sangat lezat.” Puji Bora terhadap sarapan yang di sugukan pembantunya hari ini, lalu Bora berjalan menuju ke Mobilnya dan pergi dari sana. Setelah bora sampai di musium, ia langsung berjalan dengan cepat masuk kedalam sana. Semua Staf yang ada disana menunduk Hormat saat Bora datang serta ada beberapa staf yang menyapa bora dengan ramah.
“Selamat Datang Bu Bora.”
“Pagi Bu, anda begitu Cerah hari ini.”, Bora hanya tersenyum saat para stafnya menyapa dia dengan hangat. Saat Bora sudah melewatinya, para staf itu mengosipkan Bora.
“Aku tidak menyangka di usia dia yang masih muda dia sudah menjadi kepala kreator seni disini.”
“Benar, memang aku dengar keluarga dia kaya raya tapi apa dia mendapatkan jabatan itu karena dibantu oleh keluarganya ya.” Ujar Salah Satu Staf yang bergunjing mengenai Bora, Dan tanpa mereka sadari seorang staf senior mendengar apa yang mereka katakan mengenai bora. lalu wanita itu menyelip di antara mereka. “Kau tidak tahu Sejarah Bora mencapai di titik ini, berani sekali kalian bergunjing seperti ini.” Ujar Wika dengan tegas, sampai Kedua Staf yang bergunji mengenai Bora terkejut karena mereka tidak tahu bahwa Wika ada di belakangnya.
“Astaga Bu Wika anda membuatku kaget.”
“Maafkan kami.” Ujar Staf yang bergunjing Bora didepan Wika,
“Kalian tidak ada kerjaan, kalian tahu hari ini kita sibuk. kalian sudah mendengarkan bahwa.” Ujar Wika yang menunjuk kearah atas dihadapan kedua staf yang ada didepannya.
“Seorang yang Jabatannya Tinggi di Atas kita akan datang kesini, kau tahu bertapa perfect beliau jika sudah berkunjung ke musiumnya.” Yang melotot kepada kedua staf yang ada didepannya.
“Dari pada kalian bergunjing tidak ada faedah, mending kalian kembali bekerja.” Yang meminta staf itu untuk kembali bekerja dengan tegas.
“Baik Bu Wika.” Lalu Staf Itu pergi dari sana, Wika yang terus melihat kearah mereka berdua terus ngedumel didalam hati ‘Apa apa mereka itu, dasar.’ Ujar Wika dalam hati yang menggelengkan kepalanya dan ia pergi dari sana. Bora menaruh Tasnya di Meja, ia mengikat rambutnya dan menganti sepatu kets nya dengan highheel. Bora keluar dari ruanganya dan ia berjalan ke staf staf nya yang ada di sana. “Baiklah, kalian sudah tahu bahwa Pak Elard akan mengunjungi kantor dan musium kita, jadi saya mohon dengan sangat kepada kalian semua untuk kerja keras untuk hal ini. dan pastikan pilih karya karya seni yang terbaik untuk di pajang di musium galery kita. apa kalian paham.” Yang menatap kearah semua Staf yang ada di hadapannya
“Kami Siap Bu Bora.” Ujar Semua Staf dengan penuh semangat yang ada di hadapannya.
“Bagus, Ayo.. Ayo... Ayo.” Ujar Bora yang penuh dengan Semangat untuk mengawali Harinya ini, Disisi lain di sebuah rumah, Seorang Pria sedang melukis sebuah pemandangan, Pria itu memejamkan kedua matanya dan ia mulai mengoreskan kuasnya kedalam kanvas. pria itu melukis dengan matanya tertutup seolah tangannya bergerak dengan sendiri sampai akhirnya ia menciptakan sebuah karya seni yang begitu indah. Pria itu perlahan membuka matanya dan melihat hasil dari lukisan yang ia buat. Namun bukannya senang dengan hasil lukisan yang ia buat, justru ia merasa lukisannya benar benar mengerikan dimatanya. Pria itu langsung mengambil pisau dan mencoret canvas itu. Pria itu berdiri dan meletakan Palet dan Kuas di atas meja. Pria itu berjalan menuju ke tempat tidur dan ia merebahkan badannya dan menatap kearah langit langit kamarnya yang sudah ia lukis dengan indah. ‘Sampai saat ini aku merasa bahwa aku hanya pria yang gagal dan aku tidak berhak untuk hidup bahkan untuk melukis saja aku sudah tidak sanggup.’ Ujar Aarav dalam hati, Aarav langsung memejamkan matanya dan saat ia memejamkan matanya hanya kisah kelam yang ia lihat dalam tidurnya. Aarav langsung terbangun dengan semua badannya penuh dengan keringat. Aarav merasa sesak didada dan ia membuka Laci yang ada di Sebelahnya dan mengambil Sebuah Obat untuk menenangkan dirinya. Aarav mengambil 2 tablet Obat dan ia langsung meminumnya. “Sampai kapan kau akan seperti ini.” Ujar Bela yang menghubungi Aarav via video call yang melihat rupa Aarav yang dekil dan tidak terurus.
“Sudah hampir 8 tahun kau terkurung seperti itu, bahkan untuk menyediakan stok makanan saja kau pesan antar loh Rav.”
“Kenapa kau menghubungiku Bela.”
“Aku mendapat tawaran lagi, dimana salah satu Galery menghubungiku dan menanyakan kapan kau akan kembali untuk melukis lagi.”
“Aku sudah bilang kepadamu bahwa aku tidak melukis lagi untuk dipamerkan didepan umu, dan Sudah 10 tahun aku berhenti dari Profesi itu.” Ujar Aarav,
Bela yang melihat dari layar ada beberapa lukisan yang baru saja Aarav buat “Lukisan itu kau baru membuatnyakan.”,
Aarav melihat kearah belakangnya dan Ia hanya terdiam saat Bela mengatakan hal itu. “Aarav, dengarkan aku baik baik.” Ujar Bela
“Kejadian itu sudah berlangsung lama, itu bukan kesalahanmu, dan Aku Saksinya.”
“Untuk apa kau menghentikan bakatmu hanya untuk dia, justru dia senang jika kau vakum seperti ini, dia akan merasa bahwa dia menang dan kau yang kalah.” Ujarnya
“Jika tidak ada lagi maka aku akan mengakhirinya.” Ujar Aarav,lalu Aarav mengakhiri video callnya
“Halo, Halo Aarav... Aarav.”,
Bela langsung terdiam saat ia melihat aarav mengakhiri panggilan video callnya, “Kau tidak pernah berubah, kenapa kau menyalahkan dirimu untuk apa yang bukan kau lakukan.” Ujar Bela yang sedikit putus asa setelah selesai berbicara dengan Aarav.
Aarav berjalan perlahan kearah Salah Satu Lukisan yang ia gantung di dinding rumahnya, dimana lukisan itu adalah karya pertamanya setelah ia debut. Dan karya yang ada di depannya pernah di tawai hingga 700 juta oleh kreator ternama dari ingris namun Aarav tolak karena Karya itu adalah sebuah Karya yang sangat berarti buatnya.
Bora mensortir semua lukisan lukisan yang akan di pajang di Galery, Wika dan Bora terus berada di gudang penyimpanan. “Bagaimana menurut anda.” Tanya Wika“Bagus, kita akan memilih ini dan juga ini untuk menjadi lukisan utama yang akan di lihat Pak Elard.” “Baiklah saya akan menyiapkannya.” “Oh Ya Wika, pastikan kalau lukisan itu di letakan dengan benar ya. aku mengandalkanmu.” Ujar Bora yang pergi dari dalam gudang penyimpanan. Disisi lain Elard sudah turun dari pesawat pribadi, dimana ia melihat beberapa direksi yang turut hadir untuk menyambut kedatangannya. “Selamat Datang tuan Elard, selamat datang di Jakarta.” Ujar Salah S
Bora dan para stafnya merayakan makan bersama untuk suksesnya Galery hari ini. “Semuanya tenang tenang, hari ini kita akan merayakan respon positif dari Tuan Elard mengenai Galery kita. Semua ayo angkat gelas kalian kita merayakannya bersama sama.” Ujar Wika yang sangat antusias dengan perayaan ini, tidak termasuk Bora dimana dia masih terdiam sambil melihat kearah ponselnya. Wika yang melihat Kepala Kreatornya tidak antusias seperti biasanya, lalu Wika melirik kearah Bora.“Kau tidak seperti biasanya, apa kau baik baik saja Kepala Kreator?” Tanya WikaBora menatap kearah Wika dan yang lainnya yang ada disana. Lalu Bora berdiri dan menatap kearah Semua Staf yang ada diha
“Mulai hari ini, saya akan cuti.” Ujar Bora, Semua Orang Terdiam saat Bora mengumumkan Cuti untuk pertama kalinya didepan Semua Staf yang ada disana. “APA CUTI.” Ujar Ifan, Murni dan Wika secara bersama sama, Bora hanya tersenyum saat melihat reaksi dari staf stafnya yang sangat terkejut mendengar bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah seorang Bora yang tidak pernah absen dan cuti tiba tiba mengumumkan cuti dengan hati yang gembira. Flashback Dimulai,
Bora melihat kearah rumah itu dan ia berjalan mendekat kearah rumah itu. Saat ia melangkah ia melihat seorang pria sedang memotong rumput, dimana langkah kaki bora berhenti saat melihat pria yang ada di hadapannya. Aarav tidak menyadari kalau seorang melangkah masuk ke dalam pekarangan rumahnya, Aarav masih sibuk mencabut rumput yang ada di Perkarangannya. Saat Aarav berbalik badan ia terdiam saat melihat kaki seorang Wanita berdiri didepannya. Aarav perlahan menoleh kearah Wanita yang ada dihadapannya. “Akhirnya aku menemukan anda Pak Aarav.” Ujar Bora sambil tersenyum, Aarav hanya terdiam saat melihat Bora yang ada di hadapannya. Aarav berdiri dan Menatap kearah Bora yang ada di Hadapannya. “Siapa kau?” Tanya AaravLalu Bora mengeluarkan kartu nama dan memberikannya kepad
“Dia pria yang sangat keras kepala sama seperti Aarav, jadi aku tidak perlu mencemaskannya.” Ujar Bela. “Dia bukan seorang pria.” Ujar ElardBela terdiam saat Elard mengatakan Kalau Kreator Galerynya bukan Seorang Pria. “Jadi, jika bukan seorang pria maka?” Tanya BelaElard tersenyum sambil mengangkat cangkirnya “Dia seorang wanita.” Ujar Elard sambil menyeruput kopinya. “
Bora sedang mengantarkan kue kepada tetangga yang tak jauh dari rumahnya. “Permisi.” Ujar Bora yang membawa satu loyang kue yang sudah ia taruh di dalam kotak. Seorang membuka pintu “Ehhh kamu yang pindah hari ini kan.” Ujar Tetangga 5“Benar, saya Bora tetangga baru di lingkungan ini. Dan saya kesini ingin bersilahurahmi sebagai tetangga baru dengan membawa bingkisan kecil untuk mengakrabkan diri.” Ujar Bora, lalu Bora memberikan kue itu kue itu kepada wanita yang ada di hadapannya. “Saya harap kue ini semoga ibu dan keluarga suka.” Ujar Bora“
Aarav menatap kearah Bora yang ada di hadapannya. “Apa kau tidak suka denganku sebagai tetangga pak Ade?” Tanya Bora, Aarav terdiam saat Bora mengatakan bahwa Aarav tidak suka dengan Bora sebagai tetangganya. “Hah.” Ujar Aarav“Mungkin saya sedikit agresif sebagai tetangga baru dimatamu, pasti kau berpendapat baru 5 hari tinggal disini saya sudah seenaknya menganggumu.” Ujar Bora“Bukan begitu” ujar Aarav“Aku tahu bahwa niat baikku s
“Nona Bora.” Panggil Aarav, Langkah Bora berhenti saat Aarav memanggilnya untuk pertama kali. Bora menoleh kearah Aarav yang saat itu berdiri di depan rumahnya. Bora menatap kearah Aarav yang berdiri di ujung sana. “Ya.” Ujar BoraAarav hanya terdiam saat Bora menjawab dengan 1 kata. ‘Apa dia benar benar marah , apa tindakanku sudah keterlaluan.’ Ujar Aarav dalam hati yang terus menatap kearah Bora yang berdiri di depan rumahnya. Aarav memberanikan dirinya untuk pergi ke rumah bora, Bora terdiam saat aarav berjalan kearahnya. &ldquo