Bora mensortir semua lukisan lukisan yang akan di pajang di Galery, Wika dan Bora terus berada di gudang penyimpanan. “Bagaimana menurut anda.” Tanya Wika
“Bagus, kita akan memilih ini dan juga ini untuk menjadi lukisan utama yang akan di lihat Pak Elard.”“Baiklah saya akan menyiapkannya.”
“Oh Ya Wika, pastikan kalau lukisan itu di letakan dengan benar ya. aku mengandalkanmu.” Ujar Bora yang pergi dari dalam gudang penyimpanan. Disisi lain Elard sudah turun dari pesawat pribadi, dimana ia melihat beberapa direksi yang turut hadir untuk menyambut kedatangannya. “Selamat Datang tuan Elard, selamat datang di Jakarta.” Ujar Salah Satu Direksi yang mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Elard, Elard langsung membalas jabat tangan yang di ulurkan salah satu Direksi itu kepadanya.
“Saya senang bisa bertemu dengan anda lagi tuan Bima.” Sambil berjabat tangan dengan salah satu direksinya.
“Suatu kehormatan saya bisa Menyambut anda lagi, setelah anda berkeliling untuk melihat Galery yang anda buat di seluruh Dunia.” Ujar Direksi 1, setelah itu mereka berjalan bersama Elard.
Elard tersenyum saat salah satu Direksi itu berbasa basi dengannya. “Bagaimana kalau kita minum terlebih dahulu, pasti anda sangat lelah menempuh perjalanan dari Paris menuju ke Jakarta.”
“Tidak sama sekali tidak lelah.” Ujar Elard
“Lagian di pesawat tadi saya sudah banyak sekali minum, sampai saya muak mencicipi Air saat tiba di Jakarta.” Ujar Elard yang berhenti melangkah dan menatap kearah Salah Satu Direksi yang ada di sampingnya.
“Bagaimana kalau kita langsung saja ke Galery.”
“Jujur, saya tidak suka mengulur ngulur waktu. Bagi saya, waktu adalah berlian bagi saya.” Ujar Elard yang langsung melangkah pergi dari sana.
“Ahhh bertapa angkuhnya dia, berani dia bersikap begini dengan orang yang lebih tua.” Ujar Bima.
Bora Terus memantau para Staf nya untuk meletakan satu persatu lukisan yang ada disana. “Ini agak ke samping, iya dan jangan lupa nama pelukisnya juga harus tertera di samping.” Perintah Bora
“Dan Murni pastikan tidak ada yang cacat dari lukisan yang akan kita pajang disini.”
“Baik Bu.” Ujar Murni yang memastikan kembali kalau semua lukisan yang ada disana dalam keadaan sempurna 100%.
Ifan berjalan kearah Bora dan Bora melihat kearah Ifan yang melangkah kearahnya. “Saya mau mengabarkan bahwa 10 menit lagi Pak Elard akan sampai.” Ujar Ifan
“10 Menit? Ahhh baiklah kau hendel yang disini aku akan ke depan bersama Wika.” Ujar Bora Yang menyerahkan tugas di Galery ke Ifan. 5 Mobil telah terparkir rapih didepan Galery E Malik Art Studio, dan salah satu dari Ke 5 mobil yang terparkir disana seorang pria turun dan Bora menghampiri Pria tersebut. “Selamat Datang Tuan Elard.”
Elard menatap kearah Bora yang menyapa dirinya, “Sudah Lama Aku tidak melihatmu, Bagaimana keadaanmu.” Sapa Elard
“Tentu saja aku sangat baik, silahkan lewat sini.” Ujar Bora yang menghantarkan Elard masuk kedalam Galery. Elard berjalan masuk bersama Bora dan Seluruh Direksi yang ikut berjalan di belakang mereka berdua. Semua Staf yang sudah bersiap di tempatnya hanya berdiri dan saat Elard melangkah masuk, semua Staf disana menunduk hormat dan mengucapkan Selamat Datang Kepadanya.
“Selamat Datang Tuan Elard.” Sapa Semua Staf yang ada disana. Elard tersenyum dan mengangguk kepada Semua Staf yang menyapanya. Kemudian Elard memulai Inspeksi dimulai dari sebuah lukisan yang berada didepannya.
Elard menatap dengan tajam Lukisan tersebut. “Tidak salah aku menjadikan mu kreator di Galeryku Bora.” Puji Elard.
Lalu Elard menatap kearah Bora yang ada di Sampingnya, “Kau memiliki keunikan tersediri saat memilih Lukisan untuk di Pajang disini.” Ujar Elard yang terus menerus memuji Bora didepan semua orang.
“Saya sangat tersanjung saat kau memuji saya Tuan Elard.” Ujar Bora
“Masih banyak lukisan yang harus kau lihat, mari saya tunjukan.” Ujar Bora yang mengantarkan Elard untuk melihat Lukisan Lukisan yang ada di Galerynya. Setelah Bora mengantarkan Elard dan beberapa Direksi, mereka sangat terkesan dengan Pilhan Lukisan yang Bora pajang. Elard menatap kearah Bora dan ia hendak bicara berdua dengan Bora mengenai Pekerjaan. Dan Bora pun menyanggupi keinginan Elard. Bora berjalan menuju ke Ruanganya bersama Elard dan saat itu Elard melihat Sepatu Kets yang tersimpan Rapih di Bawah Meja Kerja Bora.
“Kau sama sekali tidak berubah, kau selalu datang dengan mengunakan sepatu itu.”
“Hanya Kau yang tahu, jangan terlalu ketara sekali kau adalah kakak senior ku di kampus.” Ujar Bora yang sedang membuat teh untuk Elard. Elard melihat foto foto yang Bora potret sendiri.
“Bahkan kau memiliki talenta di bidang fotografi, Bagaimana Kau bisa terjebak disini sebagai Kepala Kreaktor Galery ini. Bahkan orang orang sudah tahu siapa kau.” Ujar Elard. Bora membawa dua gelas kearah Elard yang sedag berdiri di Meja Bora dan ia berikan salah satu gelas itu kepada Elard
“Kau sudah tahu bahwa aku tidak suka harta yang di wariskan, itu akan menimbulkan kegaduhan antar keluarga.”
“Lihat saja Ke Dua Saudariku yang sampai saat ini masih berpengaruh dengan Bisnis Ayahku.” Sambil meminum Segelas Teh Hangat yang ia buat.
Elard juga meminum Teh buatan Bora “Wahhh ini Enak sekali, saat di Paris aku sangat mengidam idamkan Teh Buatanmu.” Puji Elard
Bora meletakan Gelas di atas meja dan ia menatap kearah Elard yang ada didepannya. “Baiklah apa yang ingin kau katakan kepadaku, kita Skip dulu masalah Pribadi dan kembali ke Pekerjaan.” Ujar Bora dengan Serius.
Elard yang mendengar kata kata itu sedikit tersenyum, ia langsung meletakan gelasnya dan memasukan Tangannya ke kantung celananya. “Wahhh sudah berapa lama aku tidak mendengar kalimat itu. Memang kau selalu ambisius jika sudah menyangkut kerjaan, aku suka Patner sepertimu.” Puji Elard, lalu Elard mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya, dan Ia memberikan Amplop kepada Bora.
Bora yang melihat itu hanya terdiam.“Apa ini?” Tanya Bora
“Buka Saja.”
Bora Akhirnya membuka Amplop yang di berikan Elard kepadanya dan saat itu Bora melihat sebuah Artikel Seorang Maestro terkenal yang menciptakan Lukisan yang langka itu.“Aku ingin Lukisan itu di pajang di Galeryku.” Ujar Elard
“Bukankah dia sudah meghilang sejak 10 tahun yang lalu, bahkan Kreator asal USA Saja datang kesini untuk mencari Pria itu. Bahkan sampai saat ini dia tidak tahu bagaimana bentuk dan rupa Sang Maestro ternama itu.”
“Aku saja sebagai idolanya sangat penasaran bagaimana rupanya. Kau tahu dia begitu tertutup jika mengenai dirinya.” Ujar Bora yang menatap kearah Elard
“Justru itu kenapa aku datang kesini, itu karena hal ini.” Ujar Elard yang menunjukan Foto Lukisan yang sedang ia incar.
“Aku ingin kau menyelidiki dimana dia tinggal sekarang. aku sudah mengirim email ke teman dari pria yang membuat lukisan ini, tapi sampai saat ini dia belum membalasnya.”
“Bahkan Aku Menanyakan Rumahnya saja Dia tidak menjawab dengan alasan dia sudah berjanji kepada Pria itu.” Ujar Elard
“Jika kau Sudah berusaha seperti ini, bagaimana aku bisa tahu lokasi dia berada.” Ujar Bora
“Dia sangat tertutup, bahkan saat era keemasannya saja dia enggan untuk berbagi kejayaannya didepan umum.” Ujar Bora
“Seniman lain ingin muncul di depan publik saat sebuah karyanya dikenal orang, tapi justru dia tidak seperti itu.” Ujar Bora Sambil berjalan kearah Jendela dan ia menatap kearah Foto Lukisan yang ada di tangannya.
Elard berjalan kearah Bora dan mencoba untuk meyakinkan Bora untuk berusaha mencari Pria itu, “Kau harus berusaha mencarinya, karena Jika Kau Mendapatkan lukisan itu bukan hanya Galery ini yang akan melambung tapi namamu sebagai Kreator Terhebat sudah bisa menyakinkan Pria itu untuk bekerjasama dengan kita.” Ujar Elard sambil menatap kearah Bora,
Bora melirik kearah Elard “Hanya kau yang bisa, kau adalah wanita pantang menyerah untuk urusan seperti ini.”
“Kau saja bisa meyakinkan salah satu seniman kita yang hendak hiatus dan membatalkan kontrak dengan kita, masa kau tidak bisa menemukan pria ini.”
“Yang aku dengar bahwa dia berada di Jakarta.” Ujar Elard, Bora menatap kearah Elard yang mengatakan kalau Pria itu masih di Jakarta.
“Dia di Jakarta?” Tanya Bora. Disisi lain Aarav masih terdiam di tempatnya hingga 1 jam tanpa berbuat apa pun, tiba tiba Bell Pintu berbunyi. Aarav berjalan perlahan menuju kearah pintu, ia membuka sedikit dan melihat seorang pria mengantarkan paket buatnya,
“Saya Kurir ingin mengantarkan paket untuk Pak Ade.” Ujar Kurir
“Ya Saya Ade.”
“Pak tolong tanda tangannya disini.” Ujar Kurir yang menyuruh Aarav untuk menandatangani serah terima barang. Aarav hanya mengambar bintang di tanda terima itu sampai sang kurir hanya terdiam saat melihat tanda tangan pria yang ia antar paketnya.
“Terima Kasih.” Ujar Aarav yang setelah menerima paket ia langsung menutup pintunya. Tukang Paket itu hanya terdiam saat melihat orang aneh di hadapannya. Aarav berjalan sambil membawa paket, saat ia membuka Paket ia hanya memasang wajah yang datar saat melihat lauk pauk yang di kirim Bela untuknya. Aarav menoleh kearah ponsel yang berbunyi dimana Bela menuliskan Pesan kepada Aarav. Aarav membaca pesan dari Bela, “Aku Sudah membelikan makanan untukmu, sampai kapan kau akan seperti ini. Bahkan dengan tampilanmu seperti itu tidak akan ada yang mengenalmu. Ingat, kau tidak terlalu terkenal zaman ini.” Tulis Bela. Aarav mengambil Lauk Pauk yang di kirim Bela untuknya dan pas sekali Aarav memang sedang lapar sekali dan saat itu ia tidak memasak nasi bahkan dia tidak masak Makanan untuk dirinya sendiri. Aarav makan di meja makan seorang diri di temani TV Berukuran 14 Inci yang ada di ruang makan tersebut.
Disisi lain Bora masih melihat kearah foto yang diberikan Elard kepadanya, Bora masih belum yakin apa dia bisa melakukan ini atau tidak. “Jujur, aku masih ragu apa aku bisa menemukan Pria ini atau tidak.” Ujar Bora, lalu Bora melihat kearah Komputernya dimana Foto Aarav yang ia temukan di Internet hanya foto dia masih berusia 30 tahun saat ia debut menjadi Pelukis Profesional.
“Ahhh Aku hanya menemukan Foto mudanya, bagaimana bisa aku menemukan versi Tuanya. Jika di hitung hitung, di tahun ini dia pasti sudah usia 40 tahunan.” Ujar Bora yang menghela nafas yang panjang sambil melihat Foto Aarav saat usianya 30 tahun.
Bora dan para stafnya merayakan makan bersama untuk suksesnya Galery hari ini. “Semuanya tenang tenang, hari ini kita akan merayakan respon positif dari Tuan Elard mengenai Galery kita. Semua ayo angkat gelas kalian kita merayakannya bersama sama.” Ujar Wika yang sangat antusias dengan perayaan ini, tidak termasuk Bora dimana dia masih terdiam sambil melihat kearah ponselnya. Wika yang melihat Kepala Kreatornya tidak antusias seperti biasanya, lalu Wika melirik kearah Bora.“Kau tidak seperti biasanya, apa kau baik baik saja Kepala Kreator?” Tanya WikaBora menatap kearah Wika dan yang lainnya yang ada disana. Lalu Bora berdiri dan menatap kearah Semua Staf yang ada diha
“Mulai hari ini, saya akan cuti.” Ujar Bora, Semua Orang Terdiam saat Bora mengumumkan Cuti untuk pertama kalinya didepan Semua Staf yang ada disana. “APA CUTI.” Ujar Ifan, Murni dan Wika secara bersama sama, Bora hanya tersenyum saat melihat reaksi dari staf stafnya yang sangat terkejut mendengar bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah seorang Bora yang tidak pernah absen dan cuti tiba tiba mengumumkan cuti dengan hati yang gembira. Flashback Dimulai,
Bora melihat kearah rumah itu dan ia berjalan mendekat kearah rumah itu. Saat ia melangkah ia melihat seorang pria sedang memotong rumput, dimana langkah kaki bora berhenti saat melihat pria yang ada di hadapannya. Aarav tidak menyadari kalau seorang melangkah masuk ke dalam pekarangan rumahnya, Aarav masih sibuk mencabut rumput yang ada di Perkarangannya. Saat Aarav berbalik badan ia terdiam saat melihat kaki seorang Wanita berdiri didepannya. Aarav perlahan menoleh kearah Wanita yang ada dihadapannya. “Akhirnya aku menemukan anda Pak Aarav.” Ujar Bora sambil tersenyum, Aarav hanya terdiam saat melihat Bora yang ada di hadapannya. Aarav berdiri dan Menatap kearah Bora yang ada di Hadapannya. “Siapa kau?” Tanya AaravLalu Bora mengeluarkan kartu nama dan memberikannya kepad
“Dia pria yang sangat keras kepala sama seperti Aarav, jadi aku tidak perlu mencemaskannya.” Ujar Bela. “Dia bukan seorang pria.” Ujar ElardBela terdiam saat Elard mengatakan Kalau Kreator Galerynya bukan Seorang Pria. “Jadi, jika bukan seorang pria maka?” Tanya BelaElard tersenyum sambil mengangkat cangkirnya “Dia seorang wanita.” Ujar Elard sambil menyeruput kopinya. “
Bora sedang mengantarkan kue kepada tetangga yang tak jauh dari rumahnya. “Permisi.” Ujar Bora yang membawa satu loyang kue yang sudah ia taruh di dalam kotak. Seorang membuka pintu “Ehhh kamu yang pindah hari ini kan.” Ujar Tetangga 5“Benar, saya Bora tetangga baru di lingkungan ini. Dan saya kesini ingin bersilahurahmi sebagai tetangga baru dengan membawa bingkisan kecil untuk mengakrabkan diri.” Ujar Bora, lalu Bora memberikan kue itu kue itu kepada wanita yang ada di hadapannya. “Saya harap kue ini semoga ibu dan keluarga suka.” Ujar Bora“
Aarav menatap kearah Bora yang ada di hadapannya. “Apa kau tidak suka denganku sebagai tetangga pak Ade?” Tanya Bora, Aarav terdiam saat Bora mengatakan bahwa Aarav tidak suka dengan Bora sebagai tetangganya. “Hah.” Ujar Aarav“Mungkin saya sedikit agresif sebagai tetangga baru dimatamu, pasti kau berpendapat baru 5 hari tinggal disini saya sudah seenaknya menganggumu.” Ujar Bora“Bukan begitu” ujar Aarav“Aku tahu bahwa niat baikku s
“Nona Bora.” Panggil Aarav, Langkah Bora berhenti saat Aarav memanggilnya untuk pertama kali. Bora menoleh kearah Aarav yang saat itu berdiri di depan rumahnya. Bora menatap kearah Aarav yang berdiri di ujung sana. “Ya.” Ujar BoraAarav hanya terdiam saat Bora menjawab dengan 1 kata. ‘Apa dia benar benar marah , apa tindakanku sudah keterlaluan.’ Ujar Aarav dalam hati yang terus menatap kearah Bora yang berdiri di depan rumahnya. Aarav memberanikan dirinya untuk pergi ke rumah bora, Bora terdiam saat aarav berjalan kearahnya. &ldquo
“Pak Ade.” Sapa Bora, Aarav berhenti didepan Bora kemudian ia menyodorkan Makanan yang ia buat kepada Bora. Bora melihat Makanan yang Aarav bawa untuknya lalu ia memandangi Aarav yang ada di hadapannya. Ika terus melihat kearah Aarav dengan tatapan yang nakalnya.Ika terus memandangi Aarav dari atas sampai bawah.“Saya ingin memberikan ini.” Ujar Aarav yang memberikan makanan yang ia buat untuk Bora.“Ahhh kau tidak usah repot repot Pak Ade.” Ujar Bora, Ika langsung mengambil makanan itu dari tangan Aarav.“Astaga Bora, kau tidak boleh menolak rezeki.