“Mulai hari ini, saya akan cuti.” Ujar Bora,
Semua Orang Terdiam saat Bora mengumumkan Cuti untuk pertama kalinya didepan Semua Staf yang ada disana. “APA CUTI.” Ujar Ifan, Murni dan Wika secara bersama sama, Bora hanya tersenyum saat melihat reaksi dari staf stafnya yang sangat terkejut mendengar bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah seorang Bora yang tidak pernah absen dan cuti tiba tiba mengumumkan cuti dengan hati yang gembira.
Flashback Dimulai,
Bora berdiri saat Elard mengatakan dia tahu dimana tempat tinggal Aarav berada, “Kau yakin dengan apa yang kau katakan ini Pak.”
“Hmmm, aku yakin. Tadi aku bicara dengan Bela dia sempat tidak mau memberikan Alamat Pak Aarav kepada saya karena dia sudah berjanji kepadanya. Tapi saya mencoba dengan berbagai cara dimana saya mengatakan bahwa staf saya akan membujuk Pak Aarav sampai dia mau melukis lagi.” Ujar Elard.
Bora terdiam saat Elard mengatakan Stafnya, “Tunggu, jangan bilang kalau.”
“Hmmm, aku mengutusmu untuk membujuk Aarav hingga mau keluar dari persembunyiannya.” Ujar Elard.
Bora terdiam sekaligus tidak percaya dengan apa yang Elard katakan kepadanya. “Kenapa harus aku, ada Ifan, Murni dan Wika di sana.”
“Aku hanya percaya denganmu, hanya kau yang bisa membujuk seorang seniman. bukankah itu adalah keahlianmu.”
“Iya aku memang ahli dalam membujuk tapi tidak dengan yang ini.”
“Memang kenapa dengan yang ini, bukankah sama saja.” Ujar Elard
Bora mengaruk garuk kepalanya, dan ia menghela nafas saat hendak menjawab perkataan Elard. “Masalahnya selama ini aku menghadapi pelukis yang usianya sebanding denganku, ini dia usianya 44 tahun, beda 16 tahun denganku.” Ujar Bora
“Lantas mengapa, anggap saja kau sedang membujuk seorang pria tua ya lakukan apa yang bisa kau bujuk jika kau menghadapi seorang yang hampir seumuran dengan ayahmu.” Ujar Elard.
“Aku memberikanmu waktu 1 Bulan, kau akan cuti selama kau membujuk Aarav.”
“Apa 1 bulan, kenapa lama sekali?” Tanya Bora
“Aku agak ragu mungkin kau memerlukan waktu yang cukup lama untuk membujuknya, makanya aku berikan mu waktu 1 bulan.”
“Dia adalah pria yang memiliki pendirian yang kuat, dan sepertinya kau harus memiliki waktu yang cukup banyak dan tenaga yang extra untuk membujuknya.”
“Semoga berhasil, aku akan menunggu laporanmu setelah kau menemuinya.” Ujar Elard yang mengakhiri panggilannya.
“Halo, Halo Pak Elard.. Halo.” Ujar Bora, lalu Ia melihat kearah ponselnya dimana Elard ternyata mengakhiri panggilan teleponnya.
“Ahhhh kenapa dia menyuruhku, aku harus membujuk pria tua. Dengan cara apa, dia padahal tahu kalau aku dan ayahku saja tidak dekat karena memang aku sangat kurang dekat dengan pria yang jauh lebih tua dariku.” Ujar Bora yang mengaruk garuk kepalanya.
Flashback Berakhir.
Dimana semua orang masih terkejut saat Bora mengumumkan Cuti kepada semua Staf yang ada di ruang rapat.
“Kau tidak bercanda, cuti.” Ujar Ifan
“Hmmm aku akan cuti.” Ujar Bora dengan nada yang bersemangat, Wika berdiri dan berjalan kearah Bora, ia memastikan apa Bora dalam keadaan baik baik saja. Dimana Wika memegang kening Bora apa kening Bora Panas atau tidak. Bora hanya diam saja saat Wika menyentuh keningnya.
“Kau tidak panas, berarti kau sangat sehat.” Ujar Wika
“Memang aku sehat,” Ujar Bora yang menyingkirkan tangan Wika dari keningnya.
“Lantas kenapa kau mengatakan hal itu. Selama kau bekerja disini kau tidak pernah cuti loh.” Ujar Wika yang keheranan melihat Bora yang tiba tiba saja ingin cuti.
“Aku memiiki alasan kenapa aku harus cuti, dan aku akan menjelaskan nya kepada kalian. jadi nona Wika silahkan Duduk kembali.” Ujar Bora yang menyuruh Wika untuk duduk kembali ke Tempatnya. Wika melangkah mundur dan ia duduk kembali ketempatnya. Bora membuka Laptopnya dimana ia menghubungkan laptopnya ke proyektor yang ada di hadapannya. Bora langsung menekan enter kemudian di layar dihadapan mereka muncul sebuah foto lukisan. Semua staf disana terdiam melihat lukisan itu. Ifan langsung Tanda dengan lukisan itu.
“Bukankah itu lukisan yang menang kompetisi di luar negeri. aduh apa nama kompetisinya ya.” Ujar Ifan yang mencoba mengingat kompetisi apa yang di menangkan oleh lukisan yang ada di layar tersebut.
“Lukisan itu adalah lukisan yang ikut kompetisi De Art pada tahun 2000. Dimana lukisan ini adalah sebuah Maha Karya dari Sang Maestro ternama yang menghilang 10 Tahun yang lalu.” Ujar Bora, lalu Bora menekan Anter untuk menganti Slide berikutnya.
“Dia adalah aarav adelio.” Ujar Bora
“Wahhh aku baru tahu nama pelukis itu.” Ujar Wika
“Jujur aku tidak tahu nama panjangnya, bagaimana kau bisa tahu Bu Bora.” Ujar Ifan
“Aku begadang untuk mencari tahu profilnya, tapi hanya itu yang aku tahu dari profil aarav.” Ujar Bora
“Yang aku tahu bahwa dia mengatakan bahwa dia tidak akan melukis lagi setelah perceraiannya. sampai saat ini dia bagai di telan bumi tidak kelihatan dimana dia berada dan bagaimana dia.” Ujar Murni
“Makanya itu aku mengambil cuti untuk membuat dia kembali ke permukaan dan aku ingin semua orang tahu bahwa Sang Maestro masih di bumi ini dan kita juga memerlukan karya karyanya yang bisa mengebrak dunia sekali lagi.” Ujar Bora.
Setelah selesai Rapat Ifan dan Murni membahas mengenai Aarav saat dalam perjalanan menuju kearah Meja Mereka masing masing. “Aku masih tidak percaya bahwa misi yang diberikan Pak Elard adalah meyakinkan sang pelukis itu.” Ujar Murni
“Tapi jika dipikir pikir lagi ini adalah peluang yang bagus. Kau tahu dia itu adalah Salah Satu dari 5 Maestro yang di akui oleh dunia bahwa lukisannya adalah lukisan dari surga.” Ujar Ifan
“Bahkan karya itu pernah di hargai sangat fantastis tapi dia tiak mau lepas karena itu adalah lukisan yang sangat berharga buatnya.” Ujar Ifan, lalu Mereka duduk di tempat mereka masing masing.
“Apa Bu Bora akan bisa meyakinkannya, sepertinya aku ragu akan hal itu.” Ujar Murni.
Sementara itu Wika masih bersama Bora yang sedag mengemasi Barang Barangnya. “Kau yakin dengan hal ini, cuti 1 bulan sangatlah lama.” Ujar Wika
“Mungkin akan lebih lama, karena pria itu sepertinya sedikit susah untuk di taklukan.” Ujar Bora
“Jadi siapa yang bertanggung jawab akan hal ini.” Ujar Wika
“Untuk sementara Saya yang akan bertanggung jawab.” Ujar Elard yang tiba tiba sudah ada di depan pintu ruangan Bora. Wika terkejut saat melihat Elard sudah ada disana.
“Pak Elard.” Ujar Wika. Elard berjalan kearah Bora yang sedang mengemasi barang barangnya.
“Selama Bora Tidak Disini, izinkan aku untuk mengambil alih. Lagian Aku stay di Jakarta akan lebih lama.” Ujar Elard. Bora sudah memasukan Barang Barang yang akan ia butuhkan selama ia cuti. Lalu Bora melirik kearah Elard.
“Bukankah kau akan bertemu dengan Bela.” Ujar Bora
“Hmmm aku akan kesana, lagian Kantornya juga tidak jauh dari wilayah sini. Makanya aku datang kesini ingin melihat kau berbenah.” Ujar Elard
“Aku sudah menyiapkan rumah singgah untuk kau tempati. itu tepat di sebelah rumahnya.” Ujar Elard yang memberikan Kunci rumah kepada Bora.
“Ouhhh kau sudah mempersiapkannya, kau memang bos sejati.” Ujar Bora, Wika hanya menatap kearah Mereka berdua.
“Sejak kapan kalian sedekat ini?” Tanya Wika, Elard dan Bora menatap kearah Wika, mereka sampai lupa kalau tidak ada yang tahu Selama ini Elard dan Bora adalah Teman Kuliah.
“Ahhh itu.” Ujar Bora yang bingung harus menjelaskan dari mana.
“Aku senior bora saat di kampus.” Ujar Elard
“Apa, kalian pernah kuliah bersama.” Ujar Wika
“Hmmm.” Ujar Elard yang membenarkan Perkataan Wika
“Ahhh itu tidak penting, Yang terpenting saat ini adalah Bagaimana kita bisa meyakinkan Pak Aarav untuk kembali melukis lagi. Dan Wika aku harap kau merahasiakan ini Ok.” Ujar Bora
“Aku pergi dulu, sampai nanti.” Ujar Bora yang pergi dngan membawa barang barangnya. Wika hanya terdiam dan memandangi Bora yang pergi dari sana, Elard menatap kearah Wika “Kerjakan pekerjaanmu seperti biasa Ok.” Ujar Elard
“Ahhh Baiklah.” Ujar Wika, Lalu Elard pergi dari sana. Disisi lain Aarav sedang memangkas Rumput yang selama ini tidak ia urus, lalu seseorang melintas didepan rumah aarav, dan melihat kearah Aarav untuk pertama kalinya. “Aduh Pak Ade, akhirnya kau keluar dari rumah.” Sapa Tetangga 1, Aarav terkejut saat melihat Seorang Wanita yang menyapa dirinya. Aarav sedikit kelagapan melihat Wanita itu menyapanya. “Selamat Pagi.” Sapa Aarav
“Kau selalu terkurung begitu apa tidak pengap, sesekali kau harus menghirup udara luar dan berjemur. kalau begitu saya permisi dulu, mari.” Ujar Tetangga 1, yang langsung pergi dan Aarav hanya terdiam saat melihat wanita itu pergi dari sana. “Ahhh apa yang dikatakan Bela benar bahwa tidak ada yang mengenalku dengan sebutan Aarav, ahhh aku sangat lega sekali.” Ujar Aarav. Sementara itu Bora sudah sampai di Alamat yang di berikan Elard kepadanya. “Benarkah ini alamatnya." Ujar Bora yang melihat Ponselya.
Bora melihat kearah sekitar dimana tempat tinggal Aarav saat ini benar benar di desa terpencil di daerah bandung. “Tidak aku sangka kalau dia tinggal disini.” Ujar Bora, Lalu Bora keluar dari mobilnya dan melangkah untuk mencari rumah Aarav. Bora terus berjalan dan ia berhenti saat melihat nomor rumah yang di berikan Elard kepadanya sama dengan nomor rumah yang ada di hadapannya. “Ini dia rumahnya.” Ujar Bora, lalu Bora melihat kearah rumah itu dan ia berjalan mendekat kearah rumah itu. Saat ia melangkah ia melihat Seorang Pria sedang memotong rumput, dimana langkah kaki Bora berhenti saat melihat Pria yang ada di hadapannya. Aarav tidak menyadari kalau Seorang Melangkah Masuk ke dalam pekarangan rumahnya, Aarav masih sibuk mencabut rumput yang ada di Perkarangannya. Saat Aarav berbalik badan ia terdiam saat melihat Kaki Seorang Wanita berdiri didepannya. Aarav perlahan menoleh kearah Wanita yang berdiri dihadapannya. “Akhirnya aku menemukan anda Pak Aarav.” Ujar Bora sambil tersenyum, Aarav hanya terdiam saat melihat Bora yang ada di hadapannya.
Bora melihat kearah rumah itu dan ia berjalan mendekat kearah rumah itu. Saat ia melangkah ia melihat seorang pria sedang memotong rumput, dimana langkah kaki bora berhenti saat melihat pria yang ada di hadapannya. Aarav tidak menyadari kalau seorang melangkah masuk ke dalam pekarangan rumahnya, Aarav masih sibuk mencabut rumput yang ada di Perkarangannya. Saat Aarav berbalik badan ia terdiam saat melihat kaki seorang Wanita berdiri didepannya. Aarav perlahan menoleh kearah Wanita yang ada dihadapannya. “Akhirnya aku menemukan anda Pak Aarav.” Ujar Bora sambil tersenyum, Aarav hanya terdiam saat melihat Bora yang ada di hadapannya. Aarav berdiri dan Menatap kearah Bora yang ada di Hadapannya. “Siapa kau?” Tanya AaravLalu Bora mengeluarkan kartu nama dan memberikannya kepad
“Dia pria yang sangat keras kepala sama seperti Aarav, jadi aku tidak perlu mencemaskannya.” Ujar Bela. “Dia bukan seorang pria.” Ujar ElardBela terdiam saat Elard mengatakan Kalau Kreator Galerynya bukan Seorang Pria. “Jadi, jika bukan seorang pria maka?” Tanya BelaElard tersenyum sambil mengangkat cangkirnya “Dia seorang wanita.” Ujar Elard sambil menyeruput kopinya. “
Bora sedang mengantarkan kue kepada tetangga yang tak jauh dari rumahnya. “Permisi.” Ujar Bora yang membawa satu loyang kue yang sudah ia taruh di dalam kotak. Seorang membuka pintu “Ehhh kamu yang pindah hari ini kan.” Ujar Tetangga 5“Benar, saya Bora tetangga baru di lingkungan ini. Dan saya kesini ingin bersilahurahmi sebagai tetangga baru dengan membawa bingkisan kecil untuk mengakrabkan diri.” Ujar Bora, lalu Bora memberikan kue itu kue itu kepada wanita yang ada di hadapannya. “Saya harap kue ini semoga ibu dan keluarga suka.” Ujar Bora“
Aarav menatap kearah Bora yang ada di hadapannya. “Apa kau tidak suka denganku sebagai tetangga pak Ade?” Tanya Bora, Aarav terdiam saat Bora mengatakan bahwa Aarav tidak suka dengan Bora sebagai tetangganya. “Hah.” Ujar Aarav“Mungkin saya sedikit agresif sebagai tetangga baru dimatamu, pasti kau berpendapat baru 5 hari tinggal disini saya sudah seenaknya menganggumu.” Ujar Bora“Bukan begitu” ujar Aarav“Aku tahu bahwa niat baikku s
“Nona Bora.” Panggil Aarav, Langkah Bora berhenti saat Aarav memanggilnya untuk pertama kali. Bora menoleh kearah Aarav yang saat itu berdiri di depan rumahnya. Bora menatap kearah Aarav yang berdiri di ujung sana. “Ya.” Ujar BoraAarav hanya terdiam saat Bora menjawab dengan 1 kata. ‘Apa dia benar benar marah , apa tindakanku sudah keterlaluan.’ Ujar Aarav dalam hati yang terus menatap kearah Bora yang berdiri di depan rumahnya. Aarav memberanikan dirinya untuk pergi ke rumah bora, Bora terdiam saat aarav berjalan kearahnya. &ldquo
“Pak Ade.” Sapa Bora, Aarav berhenti didepan Bora kemudian ia menyodorkan Makanan yang ia buat kepada Bora. Bora melihat Makanan yang Aarav bawa untuknya lalu ia memandangi Aarav yang ada di hadapannya. Ika terus melihat kearah Aarav dengan tatapan yang nakalnya.Ika terus memandangi Aarav dari atas sampai bawah.“Saya ingin memberikan ini.” Ujar Aarav yang memberikan makanan yang ia buat untuk Bora.“Ahhh kau tidak usah repot repot Pak Ade.” Ujar Bora, Ika langsung mengambil makanan itu dari tangan Aarav.“Astaga Bora, kau tidak boleh menolak rezeki.
“Bisakah Vian Tidak lagi menjadi Supirku.” Minta Wina. Josep yang mendengar permintaan Wina hanya terdiam. Wina Memegang tangan Josep dan ia terus memohon agar Josep mengabulkan permintaanya. “Ayah, aku mohon Kepadamu Tolong Kabulkan Permintaanku. Aku Sudah tidak cocok dengan Vian, Dia tidak cocok menjadi Supirku.” Ujar Wina“Dan Sampai kapan Aku harus memakai Supir Seperti ini. Aku sudah besar dan sebentar lagi aku akan berusia 25 tahun.” Ujar Wina“Ayah, jangan perlakukan aku seperti anak kecil seperti ini.” Ujar WinaJosep melepaskan genggaman tangan Wina, Wina terdiam saat Josep melepaskan tangannya. “Jika ayah boleh tahu apa alasan dibalik semua ini?” Tanya Josep“Apa?” Tanya Wina“Kau pasti memiliki alasan kenapa kau tidak suka dengan Vian. Apa Vian melakukan sesuatu yang membuatmu Jengkel.” Ujar Josep“Apa dia terlalu menghalangimu. Bilang kepada
“Ayah, aku tidak main main dengan semua yang aku katakan ini. Aku memiliki keberanian sepertimu jadi.” Ujar Bora yang mendekatkan pisau itu ke lehernya, Josep terdiam saat melihat Bora yang nekat dengan mengarahkan pisau itu kelehernya. ‘Ayah, sampai kapan aku akan menjadi Wasitmu yang selalu menahanmu berbuat sesuatu dan menyakiti sesuatu seperti ini.’ Ujar Bora dalam hati yang perlahan lahan mendekatkan pisau itu ke Lehernya. Josep akhirnya membuang tongkat golfnya ke lantai, Josep langsung menghela nafas kemudian ia berjalan kearah pelayan itu dan mengambil ponsel dari tangan pelayan itu. “Ayah sudah menuruti apa yang kau katakan, sebaiknya kau membuang pisau itu.” Ujar Josep “Ayah harus berjanji satu hal, jangan melakukan hal itu. bahkan saat video call ini selesai, jangan pernah ayah memecat bibi. Karena aku yang menghubungi bibi terlebih dahulu.” Ujar Bora “Apa ayah bisa berjanji kepadaku?” Tanya Bora “Baiklah, baiklah ayah akan melakukan apa pun asal k