Aarav menatap kearah Bora yang ada di hadapannya. “Apa kau tidak suka denganku sebagai tetangga pak Ade?” Tanya Bora, Aarav terdiam saat Bora mengatakan bahwa Aarav tidak suka dengan Bora sebagai tetangganya.
“Hah.” Ujar Aarav
“Mungkin saya sedikit agresif sebagai tetangga baru dimatamu, pasti kau berpendapat baru 5 hari tinggal disini saya sudah seenaknya menganggumu.” Ujar Bora
“Bukan begitu” ujar Aarav
“Aku tahu bahwa niat baikku s
“Nona Bora.” Panggil Aarav, Langkah Bora berhenti saat Aarav memanggilnya untuk pertama kali. Bora menoleh kearah Aarav yang saat itu berdiri di depan rumahnya. Bora menatap kearah Aarav yang berdiri di ujung sana. “Ya.” Ujar BoraAarav hanya terdiam saat Bora menjawab dengan 1 kata. ‘Apa dia benar benar marah , apa tindakanku sudah keterlaluan.’ Ujar Aarav dalam hati yang terus menatap kearah Bora yang berdiri di depan rumahnya. Aarav memberanikan dirinya untuk pergi ke rumah bora, Bora terdiam saat aarav berjalan kearahnya. &ldquo
“Pak Ade.” Sapa Bora, Aarav berhenti didepan Bora kemudian ia menyodorkan Makanan yang ia buat kepada Bora. Bora melihat Makanan yang Aarav bawa untuknya lalu ia memandangi Aarav yang ada di hadapannya. Ika terus melihat kearah Aarav dengan tatapan yang nakalnya.Ika terus memandangi Aarav dari atas sampai bawah.“Saya ingin memberikan ini.” Ujar Aarav yang memberikan makanan yang ia buat untuk Bora.“Ahhh kau tidak usah repot repot Pak Ade.” Ujar Bora, Ika langsung mengambil makanan itu dari tangan Aarav.“Astaga Bora, kau tidak boleh menolak rezeki.
“Bisakah Vian Tidak lagi menjadi Supirku.” Minta Wina. Josep yang mendengar permintaan Wina hanya terdiam. Wina Memegang tangan Josep dan ia terus memohon agar Josep mengabulkan permintaanya. “Ayah, aku mohon Kepadamu Tolong Kabulkan Permintaanku. Aku Sudah tidak cocok dengan Vian, Dia tidak cocok menjadi Supirku.” Ujar Wina“Dan Sampai kapan Aku harus memakai Supir Seperti ini. Aku sudah besar dan sebentar lagi aku akan berusia 25 tahun.” Ujar Wina“Ayah, jangan perlakukan aku seperti anak kecil seperti ini.” Ujar WinaJosep melepaskan genggaman tangan Wina, Wina terdiam saat Josep melepaskan tangannya. “Jika ayah boleh tahu apa alasan dibalik semua ini?” Tanya Josep“Apa?” Tanya Wina“Kau pasti memiliki alasan kenapa kau tidak suka dengan Vian. Apa Vian melakukan sesuatu yang membuatmu Jengkel.” Ujar Josep“Apa dia terlalu menghalangimu. Bilang kepada
“Ayah, aku tidak main main dengan semua yang aku katakan ini. Aku memiliki keberanian sepertimu jadi.” Ujar Bora yang mendekatkan pisau itu ke lehernya, Josep terdiam saat melihat Bora yang nekat dengan mengarahkan pisau itu kelehernya. ‘Ayah, sampai kapan aku akan menjadi Wasitmu yang selalu menahanmu berbuat sesuatu dan menyakiti sesuatu seperti ini.’ Ujar Bora dalam hati yang perlahan lahan mendekatkan pisau itu ke Lehernya. Josep akhirnya membuang tongkat golfnya ke lantai, Josep langsung menghela nafas kemudian ia berjalan kearah pelayan itu dan mengambil ponsel dari tangan pelayan itu. “Ayah sudah menuruti apa yang kau katakan, sebaiknya kau membuang pisau itu.” Ujar Josep “Ayah harus berjanji satu hal, jangan melakukan hal itu. bahkan saat video call ini selesai, jangan pernah ayah memecat bibi. Karena aku yang menghubungi bibi terlebih dahulu.” Ujar Bora “Apa ayah bisa berjanji kepadaku?” Tanya Bora “Baiklah, baiklah ayah akan melakukan apa pun asal k
“Bolehkah saya memanggil namamu saja supaya lebih akrab.” Ujar Bora, lalu Aarav terdiam sejenak saat Bora ingin memanggil namanya saja. Aarav menganggukan kepalanya tanda ia mengizinkan Bora untuk memanggil namanya. Bora senang ketika Aarav menyetujui kalau ia hanya memanggil nama saja. Bubur ayam telah terhidang di meja dan mereka makan bersama - sama. Saat mereka makan bersama, Bora melirik kearah Aarav yang berada di hadapannya.“Ohhh ya hari ini anda mau melakukan apa Ade?” Tanya Bora, Aarav terdiam saat Bora sekali lagi memanggil namanya.“Hari ini aku hanya dirumah saja.” Ujar Aarav“Aku sangat penasaran, selama ini kau di rumah ngapain saja. Kalau boleh kapan kapan boleh aku berkunjung kesana?” tanya BoraAarav terdiam saat Bora ingin sekali ke rumahnya. “Maaf tapi aku tidak bisa mengundangmu kerumahku.” Ujar AaravBora terdiam saat Aarav menolak kalau Bora kerumahnya, Bora langsung
Bora berjalan kearah Pintu dan membuka pintu tersebut. “Kau sudah memakai.” Ujar Bora yang terdiam saat melihat siapa yang berada didepan pintunya. Aarav terdiam saat melihat Bora masih mengunakan handuk dengan rambutnya basah. Bora dan Aarav sama sama terdiam sambil menatap kearah satu sama lain. Dan Aarav merasa gugup dan reflek membalikan badannya. Bora tersadar langsung menutup pintunya. ‘Astaga... kenapa kenapa dia berada disini.’ Ujar Bora dalam hati yang meremas handuk kecil yang ada di tangannya. Aarav terdiam sambil membelakangi Pintu, Ia merasa sedikit tidak enak saat ia tak sengaja melihat Bora hanya memakai handuk. “Maaf, maafkan aku karena aku tidak sengaja melihatmu seperti itu.” Ujar AaravBora masih berdiri dibelakang pintu, Lalu Bora melirik kearah Pintu dimana diluar Aarav masih berdiri disana dan mengajaknya bicara.“Aku harap kau tidak marah kepadaku.” Ujar Aarav yang takut kalau Bora marah karena hal
Akhirnya Elard,Owen dan Glesa Akhirnya sampai di kediaman Elard. “Selamat datang dirumahku.” Ujar ElardOwen dan Glase melihat rumah Elard untuk pertama kalinya. “Wahh Wahh ternyata Kau sudah memiliki rumah yang begitu besar.” Ujar Owen“Ini semua berkat usahaku sendiri.” Ujar Elard“Ohh ya disini hanya ada 2 pembantu karena kau tahu aku tidak suka panyak pekerja rumah karena aku jarang dirumah beberapa hari ini.” Ujar Elard“Nikmatilah rumah ini seperti rumah kalian, ada beberapa hal yang harus aku urus di Galery.” Ujar Elard“Baiklah, ayo sayang kita masuk.” Ujar Owen, lalu Mereka berdua pergi dari sana. Elard langsung masuk kedalam mobil dan pergi dari sana. Owen dan Glesa sudah masuk kedalam rumah Elard dan salah satu pembantu yang membawa koper membawa koper mereka ke kamar tamu yang sudah mereka siapkan.Owen dan Glesa duduk di ruang keluarga, Owen menatap kearah G
Ika memasukan makanan yang Bora masak ke kotak makan “Hei kenapa kau ambil sebagian besar makanan yang aku masak. Ini masih bisa di makan nanti sore atau malam.” Ujar Bora“Boraku sayang, kita harus berbagi ke tetangga terdekat kita. Karena berhubung Om Hot itu sedang kedatagan tamu pasti tidak ada makanan di rumahnya.” Ujar Ika“Lalu jika tidak ada makanan dirumahnya kita harus memberikan setengah makanan yang ada disini begitu.” Ujar Bora“Tepat sekali. Hitung hitung kita beramal.” Ujar Ika sambil menutup kotak makan“Ayo kita kerumahnya.” Ujar Ika yang berjalan pergi dan Bora tidak bisa berkata kata saat Ika melenggang pergi keluar dari rumahnya menuju ke rumah Aarav. Ika terus berjalan menuju kerumah Aarav dan Bora mengikutinya dari belakang. Bora berjalan dengan cepat hingga dia sejajar dengan Ika yang tadinya berjalan didepannya.“Kau yakin akan memberikannya sekarang, bisa saj