Share

Bab 04: Gerakan Silat Dharmabuana

“Kau cukup hebat pendekar muda, kalau boleh tahu. Siapa namamu?” tanya Tara sambil membuat salam khas pendekar.

“Nama saya Indra, kisanak juga kelihatannya pendekar tua yang hebat. Kalau boleh tahu siapa nama kisanak?” jawab Indra sambil tersenyum.

“Namaku Tara, sayangnya aku tidak seperti Kusna dan Sarmad. Aku sudah cukup tua untuk mudah terpancing emosi,” tukas Tara sambil mulai memasang kuda-kuda.

“Sayang sekali, kelihatannya akan sangat merepotkan,” kata Indra yang juga mulai memasang kuda-kuda khas perguruan Dharmabuana. Kali ini dia sadar tidak akan mudah mengalahkan lawannya, terlebih Tara memang terlihat lebih kuat dari Kusna dan Sarmad.

Tara langsung maju dengan tinju tangan kanannya, Indra juga melakukan hal yang sama. Benturan dua tinju pendekar itu terdengar keras pertanda tangan mereka dialiri oleh tenaga dalam. Tatapan mereka beradu seolah sedang mengukur kekuatan lawannya masing-masing, Indra langsung melayangkan pukulan tangan kirinya mengincar dada Tara, tapi dengan gesit Tara memiringkan tubuhnya ke sebelah kiri.

Kaki kanan Indra melayang mengincar pundak Tara, namun dengan tenang Tara berhasil menahan tendangan Indra. Tapi tubuh Tara sedikit tergeser ke kanan pertanda tendangan Indra memang sangat keras, melihat lawannya bisa menahan tendangannya Indra malah tersenyum. Tara menyipitkan matanya seolah tidak paham kenapa Indra sampai tersenyum seperti itu.

Tara hendak mencengkram kaki kanan Indra tapi tangannya hanya menangkap angin karena Indra sudah memutar tubuhnya kembali dan menunduk seraya menjulurkan kaki kanannya hendak menyapu kaki Tara. Tapi dengan lincah Tara langsung melompat ke udara, tapi Indra langsung mengangkat tubuhnya dan bertumpu ke tanah menggunakan kedua tangannya.

‘Dddaaggh’

Kedua kaki Indra melayang hendak menghantam dada Tara, tapi Tara berhasil menahannya dengan kedua tangan disilangkan di dada. Meski begitu tubuhnya terpental ke belakang meski tidak sampai jatuh. Indra langsung jungkir balik menyusul Tara yang baru menapak ke tanah.

‘Dddsshh’

Telapak kaki kanan Indra yang melayang berhasil ditangkap oleh kedua tangan Tara, tubuh Indra langsung diangkat hendak dibanting oleh Tara. Tapi Indra menyadarinya, dia langsung menghentakan tangannya ke tanah, tubuhnya berputar di udara sampai tangan Tara juga terlihat ikut berputar, jika Tara menahannya kemungkinan kedua tangannya akan patah, mau tidak mau dia juga menghentakan kakinya ke tanah sampai tubuhnya ikut berputar bersama Indra. Merasa kakinya tidak dilepaskan, Indra langsung menarik kakinya mendekat lalu dihentakan sekaligus ke depan. Kali ini Tara melepaskan tangannya dan melompat ke samping.

‘Wwwrrrr’

Terdengar suara riuh angin melesat dari arah hentakan kaki kanan Indra, angin yang bertiup itu bahkan sampai ke panggung dan dirasakan oleh Adipati Mangkuwira serta putrinya. Andaikan Tara tadi tidak menghindar kemungkinan tubuhnya akan terpental keluar arena dan dinyatakan kalah.

“Tekanan tenaga dalam yang luar biasa,” ujar Adipati sambil menatap Indra. Sementara Mira hanya terdiam sambil terus melihat setiap pergerakan Indra.

“Kau cukup handal untuk ukuran pendekar muda,” puji Tara, kali ini dia terlihat menarik nafas dalam sambil memasang kuda-kudanya.

Indra tak menanggapi perkataan Tara, dia langsung memasang kuda-kuda gerakan silat Dharmabuana yang dinamakan gerakan Saptabayu. Tara melesat sambil menghantamkan telapak tangannya mengincar dada Indra, namun Indra membalasnya dengan tinju tangan kanannya.

‘Dddessh’

Terdengar suara benturan tenaga dalam terjadi saat pukulan tangan kanan Indra menghantam telapak tangan Tara, jerami yang berad di sekitar tubuh mereka berdua langsung terhempas menjauh. Riuh angin bertiup dari titik benturan yang terjadi, Tara kembali menghantamkan telapak tangan kirinya, tapi kali ini Indra menahannya dengan lutut kaki kanannya.

‘Dddsshh’

‘Dddashh’

Terdengar suara benturan demi benturan terjadi saat mereka beradu serangan, jerami yang dihamparkan menutupi pesawahan kini mulai berhamburan karena tertiup angin yang muncul dari titik benturan serangan mereka berdua. Para penonton yang hadir tidak ada yang berani bersuara sekecil apapun, mereka tertegun mematung melihat pertarungan dua pendekar di dalam arena.

Tara yang terus menerus menyerang Indra secara beruntun benar-benar dibuat kagum, meskipun usianya masih muda tapi kelihatannya pengalaman bertarung Indra memang tidak bisa diremehkan. Sementara Indra sendiri merasa cukup terkejut karena di usianya yang sudah tua ternyata pergerakan Tara masih terbilang cepat. Meskipun jika dibandingkan dengan gurunya memang masih kalah jauh.

Namun lama kelamaan serangan dari Tara mulai terasa melemah, saat itulah Indra balas menyerang dengan pukulan tangan kanannya namun Tara tersenyum dan menangkap kepalan tangan Indra, dia menariknya lalu menyongsong tubuh Indra dengan tinju tangan kirinya. Indra memang masih sempat menangkis pukulan tangan kiri Tara dengan lengan kirinya tapi lutut kanan Tara yang datang bersamaan dengan pukulannya berhasil menghantam dagu Indra dengan telak.

‘Ggdakh’

Indra mendongak ke atas karena dihantam lutut lawannya, tak hanya sampai di sana. Tara juga memutar tangan kanan Indra yang berhasil dia tangkap, mau tidak mau Indra juga harus memutar tubuhnya agar tangannya tidak patah. Tapi Tara tidak tinggal diam, dia langsung menarik lengan Indra ke tanah sekaligus untuk menghantamkannya ke tanah pesawahan. Tapi Indra segera menahan tubuhnya dengan telapak tangan kirinya, tak hanya itu dia juga menghentakan tangan kirinya ke tanah sampai tubuhnya terlontar ke atas.

‘Ddagh’

Indra menyarangakan kedua telapak kakinya ke dada Tara yang baru hendak bangkit setelah serangannya gagal. Tubuh Tara terjungkal ke belakang karena posisi tubuhnya tadi belum sempurna setelah menunduk untuk menghantamkan tubuh Indra. Melihat hal itu Indra tidak membuang kesempatan, dia langsung menghujamkan tumit kaki kanannya mengincar tubuh Tara yang terbaring di tanah.

‘Bbbeekkhh’

Terdengar suara keras saat kaki kanan Indra menghantam tanah sebab Tara berguling ke samping, seluruh penonton yang melihat itu terlihat ngilu karena membayangkan betapa sakitnya kaki Indra yang menghujam tanah kering pesawahan. Tapi alih-alih meringis kesakitan Indra justru kembali melompat menyongsong Tara.

‘Hheekh’

Kali ini hantaman kaki kanan Indra berhasil ditahan oleh Tara tepat di atas dadanya, namun tanpa di duga darah mulai mengalir dari bibir Tara, dia terlihat begitu kewalahan menahan tenaga Indra. Melihat hal itu Mira langsung berdiri dan mengangkat tangan kanannya ke atas.

“Pertandingan telah selesai, pemenangnya adalah sang pendekar penantang!” teriak Mira, semua penonton terkejut termasuk Indra sendiri. Wajahnya yang kebingungan tampak menatap Mira, sementara kaki kanannya segera diangkat dari tubuh Tara yang terlihat terengah-engah.

“Tara memang tidak tahu menyerah, jika tidak dihentikan sampai kapanpun dia akan tetap bertarung,” gumam Adipati.

“Kelihatannya kaulah yang menang, pendekar muda,” ucap Tara sambil menyeka darah di tepi mulutnya.

“Terima kasih, tapi tuan pendekar juga hebat,” kata Indra sambil membantu Tara berdiri.

“Kalau boleh tahu, di mana kau berguru selama ini?” tanya Tara sambil meraih tangan Indra.

“Saya selama ini berguru di perguruan Dharmabuana,” jawab Indra.

Riuh tepuk tangan penonton langsung terdengar saat Tara berdiri dibantu oleh Indra yang langsung melambai lambaikan tangannya. Setelah bersalaman akhirnya Tara kembali duduk di kursinya menemani Sarmad yang sudah mengganti celananya dan Kusna yang kini kedua lubang hidungnya disumpal dengan kapas.

“Jika saja kita boleh menggunakan ilmu kanuragan, sudah aku remukkan tubuhnya sejak tadi,” gerutu Sarmad.

“Ya, dia bahkan tidak mungkin bisa menahan ajian totok waja milikku,” timpal Kusna.

“Kalian terlalu berlebihan, setelah aku bertarung dengannya aku sadar bahwa dia bukanlah pendekar muda biasa. Tapi baru kali ini aku mendengar perguruan Dharmabuana,” ucap Tara sambil duduk di kursi.

“Perguruan daerah mana itu kang? Saya juga baru kali ini mendengarnya,” tanya Sarmad.

“Entahlah, aku juga baru pertama kali mendengar nama perguruan Dharmabuana,” jawab Tara.

“Dimanapun itu tidak penting, jelas-jelas itu cuma perguruan kecil,” tukas Kusna yang terlihat masih dendam kepada Indra, tampak Indra melambaikan tangannya kepada mereka bertiga.

“Cih,” gerutu Kusna lagi.

Indra hanya tersenyum melihat sikap Kusna yang terlihat masih marah kepadanya. Tapi Indra langsung termenung, sejak tadi dia tidak melihat pendekar keempat yang akan dihadapinya. Indra langsung melirik ke sana kemari untuk mencari keberadaan pendekar keempat yang harus dia lawan. Tapi tanpa di duga yang melompat ke arena justru Mira Mangkuwira sang putri Adipati sendiri.

Bersambung…

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Dank Alfahrie
kelima kali thor,,knpa yg pertma udh klh sama yg klh sma si sarmad,,
goodnovel comment avatar
Abil
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Putri
seram dan sedih dalam perjalanan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status