Share

Orang Asing Itu Kekasihku
Orang Asing Itu Kekasihku
Penulis: Sabrina Nurul fuaddah

Kisah Cinta Aluna

"Aku sangat mencintai kamu, Aluna." Kata Andri. 

"Aku juga." Kata Aluna. 

"Aku juga apa? Aku tidak mengerti maksud perkataan kamu itu." Kata Andri.

"Aku juga mencintai kamu, Andri." kata Aluna sambil tersenyum. 

"Aku senang mendengar itu." kata Andri. 

"Maafkan aku, belum datang menemui orang tua kamu." Kata Andri. 

"Benar, kapan kamu akan ketemu orang tua aku?" tanya Aluna 

"Secepatnya aku akan mencari waktu yang tepat." Jawab Andri.

"Serius?" tanya Aluna. 

"Aku sangat serius, aku sangat ingin menikah dengan kamu." Jawab Andri. 

"Aku juga ingin." Kata Aluna. 

Aluna adalah kakak perempuan aku, dan Andri adalah kekasih kak Aluna. Mereka sudah lama menjalin hubungan percintaan. Sudah 5 tahun mereka bersama. Tapi belum juga bertemu dengan orang tua. Nama aku Mia seorang dokter berusia 28 tahun. Kakak Aluna adalah seorang aktris berusia 37 tahun. Kami sangat dekat dan aku selalu mendengar kisah cinta mereka berdua. Menurut aku kisah cinta mereka berdua itu sangat romantis. Aku sedang berada di rumah sakit. 

"Dokter, ada pasien yang baru saja mengalami kecelakaan." Kata suster Wulan. 

"Ada pasien, ayo kita langsung pergi ke ruangan!" kataku sambil bergegas pergi ke ruangan.

Lalu, aku pergi ke ruangan dan langsung memeriksa pasien.

"Pasien ini dokter." Kata suster Wulan. 

"Ayo kita mulai operasi!" Kataku. 

Saat aku melakukan operasi, suasana terasa sangat tegang. Aku berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk pasien aku ini. Beberapa jam telah dilalui, aku berhasil melakukan operasi itu. Semua berjalan dengan lancar dan aman.

"Unung saja dia berhasil diselamatkan." Kata suster Wulan. 

"Benar itu, tuhan masih menyelamatkan dia." Kataku. 

"Semua keluarga dia sudah berada di luar." Kata suster Wulan.

"Saya akan menemui mereka." Kataku. 

Saat aku keluar dari ruangan, semua anggota keluarga dia langsung menghampiri aku. 

"Bagaimana dokter? Apa operasi berjalan lancar?" tanya keluarga pasien.

"Operasi sukses dilaksanakan, kita harus lebih banyak bersyukur." Kataku. 

"Terima kasih, dokter!" kata keluarga pasien. 

"Tidak, saya tidak melakukan apa pun. Ini semua karena doa bapak dan ibu." Kataku. 

"Benar kata orang yang berada di rumah sakit ini, dokter Mia ini memang orang yang sangat baik dan rendah hati." Kata keluarga pasien. 

"Terima kasih tapi saya biasa saja." Kataku. 

"Apa kami boleh menemui dia?" tanya Keluarga pasien.

"Tentu saja tapi saya mohon tidak membuat kebisingan sebab pasien masih dalam keadaan belum sadarkan diri. Jadi, dia masih perlu waktu untuk tetap tenang." Jawabku. 

"Baik, dokter." Kata ibu pasien. 

Mereka berdua memasuki ruangan pasien dan aku langsung pergi ke ruanganku. Mendadak ada pasien lagi dan aku langsung menangani dia. 

"Dokter, tangan saya sakit sekali. Sepertinya akibat tadi terjatuh." Kata seorang pria. 

Pasien ini adalah seorang pria tampan yang sepertinya berusia sama dengan kakak dan kak Andri. 

"Saya periksa sekarang juga." Kataku. 

Setelah diperiksa dan diobati. Pasien itu langsung pergi sebab mendapatkan panggilan. 

"Baik, saya akan datang ke sana." Kata pria itu. 

"Maaf pak, tapi ini masih belum selesai. Bapak harus mengambil obat di tempat pengobatan." Kataku. 

"Baik, terima kasih dokter. Saya harus segera pergi." Kata pria itu. 

Pria itu langsung pergi dan aku menangani pasien lainnya. Saat jam pulang, aku kembali ke rumah. Sebelum punya ke rumah, aku ingin menjemput kak Aluna.

"Kamu datang ke sini?" tanya Aluna. 

"Benar kak, aku sengaja datang je sini untuk menjemput kakak. Syuting kakak sudah selesai, bukan?" tanyaku. 

"Sudah selesai, ayo kita pulang sekarang!" Jawab Aluna.

Saat sampai di rumah, semua orang sudah menunggu kami berdua.

"Kaliam baru pulang?" tanya nenek. 

"Benar." Jawabku. 

"Ayo kita makan malam sekarang juga!" kata mama. 

"Ayo, aku juga sudah sangat lapar sekali." Kata Aluna. 

"Biasanya kaliam selalu terlambat pulang." Kata papa. 

"Papa!" Kata mama. 

"Papa, kami terlambat juga ada alasan." Kataku. 

"Mereka terlambat juga disebabkan oleh Aluna." Kata nenek. 

"Nenek, jangan bicara seperti itu. Kami selalu terlambat sebab aku yang salah. Aku selalu mengemukakan dengan sangat lambat supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk." Kataku.

"Kamu selalu saja membela kakak kamu itu. Padahal dia memang membuat kamu terlambat." Kata nenek. 

"Mama, janagn bicara seperti itu." Kata mama.

"Terserah nenek saja!" kata Aluna sambil pergi ke kamar dengan semangat marah. 

"Nenek, kenapa harus bicara seperti itu? Aku merasa tidak enak. Kakak itu terlambat pulang sebab dia banyak pekerjaan. Aku yang memaksa pulang bersama kak Aluna. Aku hanya ingin hubungan kami semakin dekat. Maaf kalau aku sering terlambat pulang. Tapi jangan salahkan kakak. Dia tidak salah tapi aku yang salah." Kataku. 

"Apa nenek salah? Nenek itu hanya khawatir terhadap kamu, Mia." Kata nenek. 

"Aku baik baik saja, aku permisi." Kataku sambil pergi menyusul kak Aluna. 

Mama mengajak papa untuk berbicara berdua.

"Ini semua karena perkataan papa, kenapa harus mengatakan itu terhadap Aluna? Jadi, mama ikut menyalahkan Aluna juga. Padahal dia lelah serba baru pulang bekerja. Kamu memang tidak pernah mengerti itu." Kata mama. 

"Sudah aku ingin makan saja, aku lapar sekali." Kata papa. 

Aku pergi menemui kak Aluna. Pintu kamar dia dikunci dan aku terus mengetuk pintu kamar dia.

"Kak!" kataku sambil mengetuk pintu. 

"Kamu tidur saja." Kata Aluna. 

"Kakak tahu seperti apa neng itu? Semua perkataan nenek jangan dimasukkan ke dalam hati. Nenek pasti hanya khawatir terhadap kakak." Kataku. 

"Tidak, nenek itu hanya khawatir terhadap kamu." Kata Aluna.

"Tidak kakak, nenek khawatir terhadap kita berdua. Kita ini anak perempuan itu saja." Kataku. 

"Tapi kakak itu hanya bekerja bukan bermain." Kata Aluna sambil berteriak. 

"Aku mengerti itu, aku sudah menjelaskan semuanya kepada nenek. Nenek pasti mengerti itu. Maafkan nenek, kak Aluna." Kataku.

"Untuk apa? Nenek akan tetap menganggap aku salah." Kata Aluna.

"Tifak, dia akan percaya dan mengerti itu. Aku yakin." Kataku. 

Akhirnya kak Aluna membuka pintu kamar dan membiarkan aku masuk ke dalam kamar.

"Terima kasih, kak Aluna." Kataku.

"Untuk apa berterima kasih?" tanya Aluna. 

"Sebab kakak sudah membuka pintu kamar dan percaya dengan perkataan aku. Aku akan membantu supaya hubungan kalian lebih baik lagi." Jawabku. 

"Kamu tidak perlu berterima kasih, justru aku senang kamu membela aku di depan nenek. Itu sangat berarti untuk aku. Terima kasih, Mia!" Kata Aluna. 

"Aku ini adik kak Aluna, jadi wajar saja jika aku membela kakak. Ini pasti aku lakukan. Benar juga aku baru ingat, tadi kak Andri sengaja datang ke lokasi syuting untuk menemui kakak., benar, bukan?" tanyaku. 

"Benar, kamu tahu dari mana?" tanya Aluna.

"Aku mengetahui itu dari asisten kakak, Tio." Jawabku. 

"Begitu, ternyata dia cerita kepada kamu." Kata Aluna.

"Benar tapi dia tidak cerita tentang cerita selanjutnya. Aku ingin tahu sekali apa yang telah terjadi sampai kakak tersenyum sendiri saat di lokasi syuting." Kataku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status