Share

Berbicara Dengan Hengky

"Akhirnya selesai juga, aku malu sekali dilihat semua orang yang berada di lokasi syuting ini. Tapi jika aku bahagia seperti itu, aku tidak masalah." kata Andri sambil tersenyum. 

"Terima kasih sudah melakukan itu untuk aku." Kata Aluna. 

"Kamu seperti sama siapa saja? Aku ini kekasih kamu, jadi wajar saja aku membuat kamu tersenyum dan tertawa seperti itu." Kata Andri. 

Lalu, kak Andri mendapat panggilan pekerjaan dia. Dan langsung bergegas pergi dari lokasi syuting. 

"Maaf aku sudah harus pergi lagi. Maafkan aku terlalu sibuk, aku pergi dulu." Kata Andri.

 "Baik, aku mengerti." Kata Aluna. 

"Terima kasih sudah mengerti, sayang." Kata Andri sambil mengusap rambut kak Aluna. 

Kak Andri pergi dari tempat lokasi syuitng dan kak Aluna melanjutkan syuting lagi. Saat sore hari, aku sudah pulang sebab tuga aku sudah selesai. Aku menemui kak Aluna dan menunggu dia syuting. 

"Mia!" Kata Aluna.

"Kak Aluna, semangat!" Kataku. 

Lalu, seorang aktor mendekati aku dan mengajak aku berkenalan.

"Nama kamu siapa? Kamu pasti adik Aluna?" tanya aktor itu. 

"Aku Mia, kakak pasti kak Hengky." Jawabku. 

"Kenapa kamu bisa mengetahui itu?" tanya Hengky. 

"Tahu, sebab drama kak Aluna bermain dengan kak Hengky. Jadi, aku mengetahui itu." Jawabku.

"Apa kamu menyukai drama?" tanya Hengky. 

"Tidak juga, aku hanya menyukai drama yang dimainkan oleh kak Aluna saja." Jawabku.

"Begitu, apa pekerjaan kamu?" tanya Hengky.

"Aku seorang dokter." Jawabku. 

"Dokter?" tanya Hengky. 

"Benar." Jawabku. 

"Begitu." Kata Hengky. 

"Benar, kak Hengky sudah selesai?" tanyaku. 

"Belum, sebentar lagi adegan aku." Jawab Hengky. 

"Semoga lancar, kak Hengky!" Kataku. 

"Kamu ini orang yang baik dan menyenangkan." Kata Hengky. 

"Baru aku mendengar orang mengatakan bahwa aku ini menyenangkan." Kataku. 

"Memangnya kenapa?" tanya Hengky. 

"Sebab, kata orang aku ini polos dan mudah percaya terhadap orang lain." Kataku. 

"Benarkah?" tanya Hengky. 

"Benar." Jawabku. 

Kak Aluna telah menyelesaikan adegan dia dan mengajak aku pulang ke rumah. 

"Ayo kita pulang!" Kata Aluna. 

"Kenapa? Memangnya ada apa?" tanyaku. 

"Kita akan pulang sekarang, kamu tidak ingin nenek dan semua orang bertanya terus, bukan?" tanya Aluna. 

"Benar, aku dan kak Aluna pamit." Kataku. 

"Silahkan, hati hati di jalan." Kata Hengky. 

"Baik, kak Hengky." Kataku. 

Kak Aluna segera membawa aku pergi ke dalam mobil. 

"Ada apa ini, kak?" tanyaku. 

"Tidak apa apa, kamu jangan terlalu dekat dengan dia." Jawab Aluna. 

"Kenapa? Kak Hengky itu baik." Kataku. 

"Dia itu mantan kakak." Kata Aluna. 

"Apa? Mantan? Aku pikir hanya rekan kerja biasa saja." kataku sambil terkejut. 

"Kakak tidak ingin Kamu terluka baik kepada dia. Nanti dia banyak berharap terhadap kamu." Kata Aluna. 

"Kakak tenang saja, aku ini bukan orang yang suka mengambil mantan kakak aku sendiri. Aku hanya menganggap kak Hengky seperti kakak saja. Sebab dia itu teman kerja kakak. Tapi ternyata dia itu mantan kakak. Kenapa aku tidak pernah mengetahui itu?" tanyaku. 

"Kakak tidak mengatakan karena kami menjalankan hubungan ini sebentar dan tidak boleh disebarkan oleh pihak manajemen kakak." Kata Aluna. 

"Begitu, tapi kenapa kalian putus? Aku melihat kakaknya Hengky itu baik." Kataku.

"Kata siapa? Kamu tidak mengetahui saja." Kata Aluna. 

"Memangnya dia sudah melakukan apa terhadap kakak aku ini? Katakan!" Kataku. 

"Tidak, itu hanya masa lalu. Kami hanya tidak bersikap dewasa saja." Kata Aluna. 

"Begitu." Kataku. 

"Di mana mobil kamu?" tanya Aluna. 

"Aku sengaja menyimpan di rumah supaya bisa naik kendaraan umum ke sini. Sebab aku ingin pulang bersama kakak." Jawabku. 

"Begitu." Kata Aluna. 

"Benar itu, tapi aku ingin mengetahui alasan kakak dan kak Hengky putus." Kataku. 

"Untuk apa?" tanya Aluna. 

"Aku hanya ingin mengetahui itu saja. Memangnya tidak boleh aku mengetahui itu?" tanyaku. 

"Boleh tapi aneh saja, kenapa kamu begitu penasaran mengenai itu?" tanya Aluna. 

"Aku melihat jika kak Hengky itu seperti masih mencintai kakak. Apa aku salah?" tanyaku. 

"Kamu tahu apa? Kamu itu tidak pernah mencintai seseorang. Jadi, kamu tidak tahu yang sebenarnya terjadi." Kata Aluna.

"Itu dia yang membuat aku penasaran, kenapa kalian berdua putus?" tanyaku. 

"Dia itu pria yang baik dan setia tapi dia itu bersikap seperti anak kecil dan tidak ingin mengerti orang lain." Jawab Aluna. 

"Jadi begitu, mungkin dia sudah berubah." Kataku. 

"Terus kenapa? Seandainya dia berubah menjadi orang yang paling dewasa juga kakak tidak akan kembali dengan dia. Kakak sudah memiliki seseorang yang kakak cintai. Seseorang yang selalu mengerti isi hati kakak. Dia bersedia mendengarkan apa yang kakak rasakan. Dia juga selalu bisa diandalkan." Kata Aluna. 

"Begitu, kakak sudah sangat mencintai kak Andri. Kapan kalian akan menikah?" tanyaku. 

"Tidak, kami saja belum bertemu dengan orang tua. Bagaimana bisa memikirkan sesuatu yang serius itu?" tanya Aluna sambil terkejut. 

"Kenapa tidak? Kalian sudah sangat lama menjalin hubungan. 5 tahun itu bukan waktu yang singkat." Kataku. 

"Aku mengerti itu, tapi aku ingin bertemu dengan orang tua dia. Aku ingin mengenal mereka lebih dalam. Setelah itu, baru kita pikirkan tentang pernikahan." Kata Aluna. 

"Aku bingung dengan kalian berdua, jika sudah saling mencintai harus menunggu apa lagi?" tanyaku. 

"Aku janji kamu akan serius. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat." Kata Aluna. 

"Aku ingin segera melihat keponakan aku. Pasti lucu sekali, dia akan mirip dengan kakak atau kak Andri. Aku sangat penasaran sekali." kataku stabil tersenyum dan membayangkan itu. 

"Mia! Belum juga menikah sudah memikirkan anak kakak nanti." kata Aluna sambil tersenyum. 

"Aku sangat penasaran sekali, kakak sangat cantik dan kak Andri sedikit tampan." Kataku. 

"Sedikit? Kenapa hanya sedikit?" tanya Aluna. 

"Nanti jika aku mengatakan dia sangat tampan, kakak akan cemburu. Jadi, aku mengatakan sedikit tampang saja. Tidak apa apa, bukan?" tanyaku. 

"Begitu, kami benar juga. Kakak akan sangat cemburu jika kamu mengatakan dia tampan." kata Aluna sambil tersenyum. 

"Tentu saja, aku benar. Aku sudah mengenal kakak sejak lama. Aku sudah hafal sekali sifat kak Aluna ini." Kataku. 

"Kapan kamu mencari pria?" tanya Aluna. 

"Banyak pria di rumah sakit." jawabku sambil tersenyum. 

"Buka itu maksud aku." Kata Aluna. 

"Aku mengerti." Kataku. 

"Jika begiu kapan?" tanya Aluna. 

"Baik, kakak ini cerewet sekali, seperti anak SMA tadi." Jawabku. 

"Anak SMA? Apa?" tanya Aluna. 

"Mereka merayu aku cantik, pahala mereka itu masih sekolah. Ada ada saja." Kataku. 

"Benarkah?" tanya Aluna. 

"Benar, dia meminta nomor aku dengan alasan ingin aku menjadi tempat cerita mereka berdua. Tapi memang mereka kasihan sekali, kurang perhatian dan kasih sayang orang tua mereka berdua. Sampai mereka terlibat tawuran. Aku merasa mereka berdua itu kesepian." Jawabku. 

"Begitu, kasihan juga mereka berdua. Tapi kamu membeti nomor kamu terhadap mereka berdua?" tanya Aluna. 

"Tidak, aku menyuruh merk datang saja ke rumah sakit disaat aku tidak sibuk. Aku akan mendengarkan cerita mereka berdua. Aku juga mengingat pesan kakak, untuk hang terlalu dekat dengan orang asing." Jawabku. 

"Benar itu, Jika kita tidak tahu seperti apa dia. Jadi, jangan terlalu dekat dengan orang asing. Itu berbahaya." Kata Aluna. 

"Aku mengerti itu." Kataku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status