"Bagus." Kata Aluna.
"Kita sudah sampai di rumah." Kataku.
"Benar, ini belum malam hari jadi mereka tidak akan bertanya terus." Kata Aluna.
"Benar." Kataku.
"Ayo masuk!" Kata Aluna.
Saat masuk ke dalam rumah, rumah terlihat gelap. Aku bingung apa yang terjadi. Setelah aku ingat, ternyata ini adalah hari ulang tahun kak Aluna. Aku lupa membeli kak Aluna hadiah. Aku belum menyiapkan apa pun. Saat kami berjalan, mereka semua keluar dan lampu menyala.
"Kejutan!" teriak mama dan papa.
"Kalian ingat hari ulang tahun aku. Tapi besok ulang tahun aku, kenapa malam ini merayakan ulang tahunnya?" tanya Aluna.
"Mama kamu sibuk, nenek juga sudah mengatakan bahwa ulang tahun kamu itu besok. Tapi tetap saja mereka ingin merayakan hari ini." Kata nenek.
"Mama tahu itu, mama sengaja supaya kamu merasa senang setelah pulang bekerja. Pasti kamu sangat lelah." Kata mama.
"Benar, maafkan perkataan papa kemarin, sudah membuat kamu kesal dan sedih. Papa tidak mengerti jika itu hanya pekerjaan." Kata papa.
"Tidak apa apa, aku juga minta maaf." Kata Aluna.
"Begitu, baru enak dilihat. Kita ini keluarga. Jadi, tidak boleh saling bertengkar." kataku sambil tersenyum.
"Benar itu yang dikatakan oleh Mia." Kata mama.
"Nenek, ayo ucapkan selamat ulang tahun dan berikan doa terbaik. Kakak juga, ayo peluk nenek!" Kataku.
"Baik, selamat ulang tahun cucuku. Semoga kamu tetap sehat dan cepat memiliki jodoh." Kata nenek.
"Amin." Kataku.
"Terima kasih, nenek!" kata Aluna sambil memeluk nenek.
Mereka berdua saling berpelukan. Aku merasa sangat senang melihat mereka dekat. Hubungan nenek dan kak Aluna memang tidak terlalu dekat. Tapi aku harap mereka bisa lebih saling menyayangi satu sama lain. Dengan begitu, kita bisa semakin dekat.
"Aku istirahat dulu." Kataku.
"Benar sekali, aku juga." Kata Aluna.
"Baik, sayang." Kata mama.
Aku dan kak Aluna masuk ke kamar tidur. Sebelum aku masuk ke kamarku, aku pergi ke dalam kamar kak Aluna.
"Kak Aluna!" Kataku.
"Ada apa, Mia?" tanya Aluna.
"Maafkan aku, tidak sempat menyiapkan hadiah apa pun. Bahkan hampir lupa jika besok adalah hari ulang tahun kakak." Jawabku.
"Tidak apa apa, kakak mengerti itu. Kamu sangat sibuk dan tidak bisa diganggu. Jadi, kakak mengerti itu." Kata Mia.
"Baik, aku pergi ke kamar tidur. Aku sudah mengantuk dan juga merasa sangat lelah." Kataku.
"Benar, kamu harus istirahat sekarang juga." Kata Aluna.
Aku mulai tidur dan saat pagi datang. Aku terbangun dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit.
"Kamu sudah bangun?" tanya mama.
"Sekarang aku sangat sibuk di ruang sakit. Banyak pasien yang membutuhkan bantuan aku. Mereka semua sedang kritis dan juga harus. Panggilan darurat kemarin sangat banyak dan juga segera membutuhkan aku." Jawabku.
"Begitu, kamu harus cepat ke ruang sakit." Kata papa.
"Hari hati, sayang!" Kata nenek.
"Baik, aku pamit sekarang juga." Kataku.
Aku segera pergi ke rumah sakit dan kak Aluna segera bergegas menuju lokasi syuting.
"Aku pergi." Kata Aluna.
"Sarapan dulu, Aluna!" kata papa.
"Benar, nanti kamu lemas dan tidak bertenaga saat syuting. Kamu harus sarapan." Kata mama.
"Baik, aku sarapan. Ke mana Mia? Aku belum melihat dia." Kata Aluna.
"Kamu itu terlambat sekali, dari tadi adik kamu itu sudah pergi ke rumah sakit. Kamu baru bangun tidur." Kata nenek.
"Aku memang masuk jam segini." Kata Aluna.
"Terserah kamu saja." Kata nenek.
Kak Aluna pergi menuju lokasi syuting. Saat aku sampai di rumah sakit sudah banyak pasien yang membutuhkan tindakan segera.
"Segera bawa mereka semua ke ruangan." Kataku.
"Baik, dokter." Kata suster Wulan.
Kami segera membawa semua pasien ke ruangan pemeriksaan.
"Ayo kita mulai!" Kataku.
"Semua alat juga sudah siap!" Kata suter Wulan.
"Suster, berapa jumlah pasien yang berada di ruang ini?" tanyaku.
"Ada 5 orang." Jawab suster Wulan.
"Baik, aku akan langsung menangani yang lainnya. Keadaan dia juga sudah membaik. Sebaiknya kita cepat menangani yang lain." Kataku.
Aku langsung memeriksa semua pasien yang berada di ruangan ini. Merk semua akan membaik dan aku harus memeriksa pasien di ruangan yang kain juga.
"Dia sudah kehilangan terlalu banyak darah. Jadi, kita membutuhkan darah lebih banyak." Kataku.
Aku langsung melakukan operasi itu dan semua pasien yang terluka parah bisa mendapatkan donor darah itu. Aku merasa sedikit lega dan tenang.
"Bagaimana dengan pasiem yang lain, dokter?" tanya suster Wulan.
"Dia sudah menerima donor darah dan kita tinggal memeriksa pasien lainnya." Kataku.
"Baik." Kata suster Wulan.
Aku pergi menuju ruangan yang lain untuk memeriksa pasien lainnya. Lalu, aku saling bertabrrakan dengan seseorang pria yang pernah aku periksa tangannya.
"Kakak yang waktu itu!" Kataku.
"Dokter! Tidak enak mendengar jarak saya dipanggil seperti itu." Kata pria itu.
Lalu, dia mendapat panggilan telepon lagi. Dan aku masih belum mengetahui nama dia. Aku merasa aneh kenapa kami belum saling berkenalan. Padahal sudah tiga kali bertemu. Aku langsung melanjutkan perjalanan aku ke ruangan yang lain. Pria itu juga pergi ke perusahaan dia.
"Pak Arya! Bagaimana kondisi tangan bapak?" tanya asisten dia.
"Bagaimana saya bisa mengetahui kondisi tangan saya? Kamu selalu saja menelepon saya. Disaat saya sedang berada di rumah sakit. Bahkan saya belum mengetahui siapa nama dokter cantik itu." kata Arya sambil cemberut.
"Dokter cantik?" tanya asisten dia.
"Jangan ikut campur! Di mana dokumen yang harus saya tanda tangani?" tanya Arya.
"Ini, pak." kata asisten dia.
"Jadi, ini saja. Bisa dilakukan nanti saja." Kata Arya.
"Tapi hari ini pak Arya akan bertemu dengan pak Irawan." kata asisten dia.
"Untuk apa papa ingin bertemu dengan aku?" tanya Arya.
"Saya juga kurang mengetahui tapi pak Irawan meminta pak Arya untuk segera tiba di sana." Kata asisten dia.
"Baik, saya akan segera ke sana. Masalah pekerjaan ini saya akan mengandalkan kamu." Kata Arya.
"Baik, pak Arya!" Kata asisten dia.
Aku langsung menangani pasien yang lainnya. Semua sudah dalam keadaan bahaya.
"Ayo kita periksa!" Kataku.
"Ini parah sekali, dokter." Kata suster Wulan.
"Di mana jarum?" tanyaku.
"Memangnya tidak ada di sini?" tanya suster Wulan.
"Tidak ada, sepertinya jarum hilang atau tertinggal di tempat lain." Jawabku.
Suster Wulan langsung mencari jarum itu. Aku juga menyiapkan semua obat yang di butuhkan. Suntikan baru juga sudah disiapkan. Semua sudah berada di ruangan ini dan aku memulai operasi mereka semua. Banyak luka dan darah yang tumpah, aku takut pasien ini tidak dapat terselamatkan. Aku harus berusaha yang terbaik.
Saat malam hari, aku pulang dan menjemput kak Aluna. Aku datang ke lokasi syuting."Aluna!" Kata Aluna."Kak Aluna!" Kataku."Tunggu sebentar!" Kata Aluna."Baik, santai saja." Kataku.Aku menunggu syuting selesai. Dan Kak Hengky juga sedang syuting bersama kak Aluna. Mereka terlihat cocok dalam drama ini. Mereka memang bisa membuat ketertarikan dalam drama. Sampai banyak penonton yang menjodohkan padahal kak Aluna sudah bersama kak Andri. Setelah syuting selesai, aku bergegas untuk pulang dengan kak Aluna."Ayo!" Kata Aluna."Baik, Tio juga ikut dengan kami.""Apa boleh kak Mia?" tanya Tio."Boleh, kenapa tidak? Jangan panggil kak, kita ini seumuran." Jawabku."Baik, ayo!" Kata Tio.Kami langsung masuk mobil dan pulang."Tadi bagus sekali, kak Aluna!" Kata Tio."Benar, tadi juga aku melihat sedikit adegan kalian berdua. H
Saat bekerja, aku terus memikirkan perjodohan itu. Rasanya aku sangat ingin menolak perjodohan itu. Aku bingung alasan aku tidak menginginkan perjodohan itu. Sampai aku tidak fokus bekerja dan dimarahi oleh dokter ketua."Ada apa ini?" tanya dokter Dirga."Maaf dokter, saya kurang fokus. Saya akan lebih teliti lagi." Jawabku."Harus begitu, banyak Pasien yang sudah menunggu kamu. Kita sibuk hari ini." Kata dokter Dirga."Tapi apa bisa siang ini saya pulang? Sebab nenek saya menyuruh untuk haru ini saya meminta cuti tapi saya tahu ada banyak pasien jadi, saya memaksakan untuk datang." Kataku."Begitu, baik nanti siang kamu bisa pulang." Kata dokter Dirga."Terima kasih, dokter!" Kataku."Tidak masalah." Kata dokter Dirga.Aku berusaha dengan cepat dan juga teliti untuk menangani semua pasien."Suster, ambillah saya alkohol yang banyak." Kataku."Baik, dokter." K
Kak Aluna juga sudah terlihat sangat kesal, ini semakin membuat ku merasa bersalah. Aku mencoba terus meyakinkan nenek mengenai hubungan mereka berdua."Nenek, mereka itu sudah saling mencintai. Nenek ingin aku bahagia, bukan? Kebahagiaan aku adalah melihat orang yang aku sayangi bahagia. Aku akan merasa sangat senang jika hubungan mereka berdua dapat direktur oleh semua orang yang berada di rumah ini. Aku berharap keinginan aku yang satu ini dapat diwujudkan oleh nenek. Dari dahulu, aku tidak pernah meminta keinginan besar kepada nenek. Untuk ini saja, keinginan terbesar aku mohon diwujudkan oleh nenek." Kataku."Tapi keinginan terbesar nenek adalah melihat kamu menikah dengan Andri. Apa kamu tega melihat nenek sedih?" tanya nenek sambil berekspresi sedih.Aku bingung dengan semua yang terjadi. Aku harus melakukan apa supaya Semua ini tidak terjadi dan nenek mengerti serta bersedia menerima keputusan aku ini. Kak Aluna mulai berbicara dengan s
Aku terus mencari kak Aluna dan akhirnya aku bisa melihat kak Aluna. Aku berusaha berlari lebih cepat lagi supaya tidak kehilangan jejak kak Aluna. Sampai saat aku semakin aku dekat. Aku hampir tertabrak oleh seseorang saat ku berlari di jalan. Kak Labuan berhenti berlari dan mendekati aku. Tapi saat mobil itu mulai berhenti, kak Aluna langsung berlari kembali."Ah! Kak Aluna, kenapa tidak menghampiri aku? Aku takut dan berteriak. Tapi kak Aluna tidak berhenti." kataku dengan sangat terkejut.Mobil itu berhenti dan langsung menghampiri aku."Maafkan saya, saya sungguh tidak sengaja melakukan itu. Apa kamu terluka? Ayo masuk saya antar ke ruang sakit." Kata pria itu."Tidak apa apa, permisi saya harus mengejar seseorang." kataku sambil pergi.Dia menahan dan mengajak aku masuk ke dalam mobil supaya dapat mengobati tangan aku yang terluka. Aku menolak dan dia tetap memaksa. Dia merasa ingin bertanggung jawab terhadap aku. 
Kami sampai di depan rumah, pria itu mengikuti kami sampai di depan rumah."Jadi ini rumah wanita itu." Kata pria itu sambil bergegas pergi dari depan rumah aku.Saat kami masuk ke dalam rumah, semua orang sudah menunggu kami di ruang tamu."Akhirnya kalian berdua pulang juga, mama sangat khawatir sekali." Kata mama."Mama tenang saja, aku sudah berjanji membawa kakak pulang. Jadi, aku pastikan kakak pulang dengan aku." Kataku."Terima kasih, Mia!" Kata mama."Tidak masalah, aku pasti akan Membawa kakak pulang ke rumah. Sebab ini adalah rumah dia bukan tempat lain." Kataku."Kamu memang selalu bisa diandalkan. Aluna, kamu sudah membuat papa khawatir saja." Kata papa."Mama juga sangat khawatir terhadap kamu, mama sampai tidak bisa tenang dan terus memikirkan keberadaan kamu dari tadi." Kata mama."Aku ingin masuk ke kamar." kata Aluna sambil pergi ke kamu tidur.Kak Aluna
"Apa? Kamu terlalu percaya diri." Kata Aluna. "Jadi begitu, itu artinya aku tidak masalah bersama Mia." Kata Andri. "Bukan begitu, baik aku mengaku. Aku takut kehilangan kamu, Andri." Kata Aluna. "Begitu, kamu memang harus jujur terhadap perasaan kamu sendiri. Jika kamu menyukai atau tidak menyukai sesuatu, kamu harus mengatakan dengan sesungguhnya. Supaya tidak akan ada beban di hati kamu." Kata Andri. "Baik, kamu memang pria yang bijak." kata Aluna sambil tersenyum. "Tidak, kamu lebih bijak dari aku. Kamu itu wanita dewasa dan juga sangat pengertian. Aku senang dapat memiliki wanita seperti kamu. Aku harap kejadian kemarin tidak akan membuat aku berpisah dari kamu. Aku sangat menyayangi kamu, Aluna." Kata Andri. "Sudah, aku ingin syuting." Kata Aluna. "Baik, aku akan kembali nanti malam." Kata Andri. "Apa? Kamu akan menjemput aku nanti malam?" tanya Aluna sambil tidak percaya.
Setelah selesai bekerja, aku langsung pergi makan siang bersama suster Wulan dan juga dokter Dirga."Ayo kita makan siang!" kata dokter Dirga."Baik, dokter." Kataku"Saya juga." Kata suster Wulan.Setelah selesai makan siang, aku melanjutkan kembali pekerjaan aku. Sebab masih banyak pasien yang harus ditangani. Lalu, ambulans datang membawa korban kecelakaan. Aku bersiap menangani pasien lagi."Ini ada korban yang baru, dokter Mia." Kata petugas ambulans."Segera bawa dia!" Kataku."Baik, dokter." Kata petugas ambulans.Petugas itu langsung membawa korban dan dibantu oleh suster lainnya. Semua pasien langsung dibawa ke ruangan. Aku bersiap memeriksa semua pasien itu. Banyak yang terluka parah."Dokter, periksa pasien di ruangan nomor 031 sekarang juga." Kata dokter Dirga."Tapi ini ada korban kecelakaan, dokter." Kataku."Utamakan pasien yang berada di ruangan itu, baru
"Tidak bisa kamu harus belajar mencintai Mia." Kata nenek."Nenek, jangan seperti itu." Kataku."Nenek, kenapa begitu terhadap aku? Aku ini juga cucu neng bukan hanya Mia. Tapi nenek selalu mementingkan Mia dari pada aku." Kata Aluna."Sabar, sayang." Kata Andri."Tidak akan nenek izinkan kamu dengan Andri. Andri hanya akan menikah dengan Mia." Kata nenek."Nenek, aku mohon!" Kataku."Tidak bisa!" kata nenek sambil pergi ke kamar tidurnya."Sebaiknya saya pamit pulang." kata Andri sambil pegi dari rumah."Benar Andri, biar kami bisa menenangkan diri. Semoga nenek bisa mengubah keputusan dia." Kata mama."Terima kasih, tante!" Kata Andri.Kak Andri pulang dan kakak pergi ke kamar tidur dia. Aku langsung menemui kakak. Aku berusaha menjelaskan ini semua. Supaya kakak bisa mengerti dan percaya kepada aku. Aku harus segera mendapatkan pasangan supaya perjodohan ini dibat