Saat malam hari, aku pulang dan menjemput kak Aluna. Aku datang ke lokasi syuting.
"Aluna!" Kata Aluna.
"Kak Aluna!" Kataku.
"Tunggu sebentar!" Kata Aluna.
"Baik, santai saja." Kataku.
Aku menunggu syuting selesai. Dan Kak Hengky juga sedang syuting bersama kak Aluna. Mereka terlihat cocok dalam drama ini. Mereka memang bisa membuat ketertarikan dalam drama. Sampai banyak penonton yang menjodohkan padahal kak Aluna sudah bersama kak Andri. Setelah syuting selesai, aku bergegas untuk pulang dengan kak Aluna.
"Ayo!" Kata Aluna.
"Baik, Tio juga ikut dengan kami."
"Apa boleh kak Mia?" tanya Tio.
"Boleh, kenapa tidak? Jangan panggil kak, kita ini seumuran." Jawabku.
"Baik, ayo!" Kata Tio.
Kami langsung masuk mobil dan pulang.
"Tadi bagus sekali, kak Aluna!" Kata Tio.
"Benar, tadi juga aku melihat sedikit adegan kalian berdua. Hebat sekali!" kataku sambil tersenyum.
"Sungguh, aku pikir tadi biasa saja. Sebab aku merasa kurang mendapat rasa dalam adegan tadi." Kata Aluna.
"Tidak, penghayatan kalian berdua itu bagus sekali." Kata Tio.
"Pantas saja, saat dahulu Andri pernah cemburu. Padahal itu hanya adegan drama saja." Kata Aluna.
"Bagaimana ini? Kak Andri ternyata pernah cemburu. Dia pasti tidak pernah melihat drama kakak." Kataku.
"Tentu saja, dia itu tidak akan pernah melihat drama kakak. Tapi itu lebih baik dari pada dia cemburu. Itu akan membuat keadaan jauh lebih buruk." Kata Aluna.
"Benar juga, tidak baik jika ada pertengkaran yang serius dalam hubungan nanti tidak berjalan lancar." Kataku.
"Kenapa kamu tidak pernah bercerita tentang hubungan kamu, Mia?" tanya Tio.
"Kamu menanyakan tentang itu, dia tidak pernah menjalin hubungan dengan seseorang. Dia tidak pernah mencintai seseorang. Bagaimana bisa bercerita?" tanya Aluna sambil mengejar aku.
"Benar itu, terima kasih kakak. Dia memang kakak yang sangat mendukung aku. Bukannya membantu malah mengejek aku." Kataku.
"Benarkah? Kamu tidak pernah menjalin hubungan dengan seseorang. Pasti bohong! Tidak mungkin dokter yang sangat cantik ini sendiri." jawab Tio sambil tidak percaya.
"Benar, memangnya kenapa? Kamu setidaknya percaya sekali dengan itu." Kataku.
"Tentu saja, kamu itu cantik, baik dan polos. Tidak mungkin jika tidak ada yang tertarik kepada kamu. Pasti kamu yang terlalu memilih." Kata Tio.
"Tidak, aku hanya belum bertemu seseorang saja." Kataku.
Kami mengantar Tio pulang ke rumah dia.
"Terima kasih sudah mengantar aku pulang ke rumah." Kata Tio.
"Santai saja, setiap hari juga kita pergi dan pulang bersama." Kata Aluna.
"Benar, aku harus lebih sering pulang dengan kamu. Menyenangkan juga kamu, Tio." Kataku.
"Tentu saja, kamu juga menyenangkan." Kata Tio.
Akhirnya kami sampai di rumah. Dan semua orang sudah berkumpul di ruangan. Pasti mereka ingin berbicara dengan aku. Apalagi nenek terlihat sangat bersemangat sekali ingin berbicara dengan aku.
"Akhirnya kalian pulang juga." Kata papa.
"Duduk! Kalian pasti lelah." Kata mama.
"Nenek ingin bicara sesuatu dengan kamu, Mia." Kata nenek.
Benar apa yang aku rasakan, pasti ini ada hubungannya dengan pria. Pasti nenek ingin aku mencari pasangan secepatnya. Aku harus menjawab apa ini, aku bingung sekali.
"Nenek cantik sekali! Aku ingin masuk ke kamar tidur." Kataku.
"Tunggu! Kamu harus duduk di sini." Kata nenek.
"Baik, nenek." Kataku sambil duduk.
"Kapan kamu akan mencari pria?" tanya nenek.
"Sedang mencari, nenek. Kenapa nenek tidak bertanya kepada kak Aluna saja? Dia jauh lebih tua dari aku. Jadi dia harus lebih dahulu menikah." Jawabku.
"Tentu saja, dia akan menikah lebih dahulu. Tapi nenek juga ingin melihat kamu memiliki pasangan yang cocok dan terbaik. Dia harus bisa memperlakukan kamu dengan baik." Kata nenek.
"Baik, nenek. Aku akan mencari yang terbaik. Oleh karena itu, aku membutuhkan waktu. Nenek tenang saja ketika aku menemukan yang terbaik aku langsung mengenalkan dia kepada kalian semua. Aku janji." Kataku.
"Tidak!" besok nenek akan menjodohkan kamu dengan seseorang. Dia itu dewasa dan baik. Dia juga tampak dan sudah memiliki pekerjaan yang sangat bagus. Dia adalah anak dari teman nenek. Jadi, nenek yakin bahwa dia terbaik untuk kamu." Kata nenek.
"Tidak perlu, aku bisa mencari sendiri. Aku mohon, nenek!" Kataku.
"Sampai kapan? Sampai kapan nenek harus menunggu kamu membawa seorang pria kemari?" tanya nenek
"Aku mohon, nenek. Aku bisa mencari sendiri. Aku sudah hampir menemukan seseorang. " Jawabku.
"Hampir? Itu artinya kamu belum juga menemukan seseorang. Sudah ikuti saja keinginan nenek ini." Kata nenek.
"Benar, siapa tahu dia cocok dengan kamu?" tanya papa.
"Benar itu, nenek pasti sudah memilih yang terbaik untuk kamu." Kata mama.
"Sudah terima saja." Kata Aluna.
"Kakak bukannya membantu aku, aku ini belum ingin dijodohkan. Aku masih sibuk bekerja." Kataku.
"Itu dia! Alasan kamu tidak mencari pasangan sebab kamu sibuk melakukan pekerjaan. Padahal banyak yang menginginkan kamu." Kata nenek.
"Bukan begitu, aku hanya ingin mencari pasangan sendiri. Untuk masalah ini aku ingin melakukan sendiri." Kataku.
"Kita coba saja! Kamu harus bertemu dengan dia, setelah kalian bertemu pasti kalian akan cocok." Kata nenek.
"Baik, aku akan melihat dia tapi belum tentu aku menerima dia." Kataku.
Aku pergi ke kamar tidur. Rasanya aku tidak dapat tidur sebab aku terus memikirkan perjodohan itu. Aku tidak ingin dijodohkan oleh mereka semua. Aku ingin mencari pasangan sendiri. Tapi aku juga tidak tahu cara menolak permintaan nenek. Dari dahulu aku slalu menuruti permintaan nenek. Bahkan menjadi seorang dokter juga keinginan nenek. Kak Aluna datang ke kamar aku.
"Mia!" Kata Aluna.
"Kakak, ada apa?" tanyaku.
"Kenapa kamu tidak tidur?" tanya Aluna.
"Aku memikirkan pria yang akan dijodohkan oleh nenek. Aku ingin mencari pasangan sendiri. Aku bisa mencari dia dengan baik. Memang tidak sekarang tapi aku akan segera mencari yang terbaik. Aku bisa melakukan itu!" Jawabku.
"Sudah, memangnya kenapa? Jika nenek mencari pasangan untuk kamu, nenek pasti sudah memilih yang terbaik untuk kamu. Kamu harus percaya dengan pilihan nenek." Kata Aluna.
"Aku mengerti itu tapi tetap saja aku ingin mencari sendiri.aslaha ini aku tiada ingin mengikuti keinginan nenek. Tapi aku juga bingung cara menolak keinginan nenek. Ap aku harus mencoba?" tanyaku.
"Tentu saja, kamu harus mencoba itu." Jawabku Aluna.
"Baik, kalau menurut kakak itu keputusan yang terbaik. Aku akan mencoba." Kataku.
"Begitu, adik aku ini memang yang terbaik." Kata Aluna.
"Tapi tetap aku ingin menikah setelah kakak. Aku akan menunggu kakak dan kak Andri menikah. Mengerti?" tanyaku.
"Pasti, besok hanya sebuah pertemuan bukan pernikahan. Kamu jangan merasa sedih begitu." Jawab Aluna.
"Baik, kak." Kataku.
"Aku tidur, kamu juga harus cepat tidur." Kata Aluna.
"Baik, kakak." Kataku.
Aku mulai tertidur dan saat pagi datang aku segera bersiap pergi ke rumah sakit. Aku sudah mendapatkan panggilan darurat lagi. Pasti ada kecelakaan yang terjadi. Aku harus bersaing dengan cepat.
"Kamu ingin pergi ke mana?" tanya papa.
"Aku harus pergi ke rumah sakit sekarang. Ada panggilan darurat lagi." Jawabku.
"Hati jati dan jangan membawa mobil terlalu cepat." Kata mama.
"Baik." Kataku.
Lalu, nenek datang menghampiri aku.
"Ada apa, nenek?" tanyaku.
"Ingat! Siang ini jam 2 siang, kamu harus berada di rumah. Kakak kamu juga libur bekerja." Kata nenek.
"Baik, nenek. Aku ini juga sudah meluangkan waktu untuk siang hari. Aku ingat perkataan nenek." Kataku.
"Bagus itu, kamu harus cepat pulang!" Kata nenek.
"Baik, nenek." Kataku.
Saat bekerja, aku terus memikirkan perjodohan itu. Rasanya aku sangat ingin menolak perjodohan itu. Aku bingung alasan aku tidak menginginkan perjodohan itu. Sampai aku tidak fokus bekerja dan dimarahi oleh dokter ketua."Ada apa ini?" tanya dokter Dirga."Maaf dokter, saya kurang fokus. Saya akan lebih teliti lagi." Jawabku."Harus begitu, banyak Pasien yang sudah menunggu kamu. Kita sibuk hari ini." Kata dokter Dirga."Tapi apa bisa siang ini saya pulang? Sebab nenek saya menyuruh untuk haru ini saya meminta cuti tapi saya tahu ada banyak pasien jadi, saya memaksakan untuk datang." Kataku."Begitu, baik nanti siang kamu bisa pulang." Kata dokter Dirga."Terima kasih, dokter!" Kataku."Tidak masalah." Kata dokter Dirga.Aku berusaha dengan cepat dan juga teliti untuk menangani semua pasien."Suster, ambillah saya alkohol yang banyak." Kataku."Baik, dokter." K
Kak Aluna juga sudah terlihat sangat kesal, ini semakin membuat ku merasa bersalah. Aku mencoba terus meyakinkan nenek mengenai hubungan mereka berdua."Nenek, mereka itu sudah saling mencintai. Nenek ingin aku bahagia, bukan? Kebahagiaan aku adalah melihat orang yang aku sayangi bahagia. Aku akan merasa sangat senang jika hubungan mereka berdua dapat direktur oleh semua orang yang berada di rumah ini. Aku berharap keinginan aku yang satu ini dapat diwujudkan oleh nenek. Dari dahulu, aku tidak pernah meminta keinginan besar kepada nenek. Untuk ini saja, keinginan terbesar aku mohon diwujudkan oleh nenek." Kataku."Tapi keinginan terbesar nenek adalah melihat kamu menikah dengan Andri. Apa kamu tega melihat nenek sedih?" tanya nenek sambil berekspresi sedih.Aku bingung dengan semua yang terjadi. Aku harus melakukan apa supaya Semua ini tidak terjadi dan nenek mengerti serta bersedia menerima keputusan aku ini. Kak Aluna mulai berbicara dengan s
Aku terus mencari kak Aluna dan akhirnya aku bisa melihat kak Aluna. Aku berusaha berlari lebih cepat lagi supaya tidak kehilangan jejak kak Aluna. Sampai saat aku semakin aku dekat. Aku hampir tertabrak oleh seseorang saat ku berlari di jalan. Kak Labuan berhenti berlari dan mendekati aku. Tapi saat mobil itu mulai berhenti, kak Aluna langsung berlari kembali."Ah! Kak Aluna, kenapa tidak menghampiri aku? Aku takut dan berteriak. Tapi kak Aluna tidak berhenti." kataku dengan sangat terkejut.Mobil itu berhenti dan langsung menghampiri aku."Maafkan saya, saya sungguh tidak sengaja melakukan itu. Apa kamu terluka? Ayo masuk saya antar ke ruang sakit." Kata pria itu."Tidak apa apa, permisi saya harus mengejar seseorang." kataku sambil pergi.Dia menahan dan mengajak aku masuk ke dalam mobil supaya dapat mengobati tangan aku yang terluka. Aku menolak dan dia tetap memaksa. Dia merasa ingin bertanggung jawab terhadap aku. 
Kami sampai di depan rumah, pria itu mengikuti kami sampai di depan rumah."Jadi ini rumah wanita itu." Kata pria itu sambil bergegas pergi dari depan rumah aku.Saat kami masuk ke dalam rumah, semua orang sudah menunggu kami di ruang tamu."Akhirnya kalian berdua pulang juga, mama sangat khawatir sekali." Kata mama."Mama tenang saja, aku sudah berjanji membawa kakak pulang. Jadi, aku pastikan kakak pulang dengan aku." Kataku."Terima kasih, Mia!" Kata mama."Tidak masalah, aku pasti akan Membawa kakak pulang ke rumah. Sebab ini adalah rumah dia bukan tempat lain." Kataku."Kamu memang selalu bisa diandalkan. Aluna, kamu sudah membuat papa khawatir saja." Kata papa."Mama juga sangat khawatir terhadap kamu, mama sampai tidak bisa tenang dan terus memikirkan keberadaan kamu dari tadi." Kata mama."Aku ingin masuk ke kamar." kata Aluna sambil pergi ke kamu tidur.Kak Aluna
"Apa? Kamu terlalu percaya diri." Kata Aluna. "Jadi begitu, itu artinya aku tidak masalah bersama Mia." Kata Andri. "Bukan begitu, baik aku mengaku. Aku takut kehilangan kamu, Andri." Kata Aluna. "Begitu, kamu memang harus jujur terhadap perasaan kamu sendiri. Jika kamu menyukai atau tidak menyukai sesuatu, kamu harus mengatakan dengan sesungguhnya. Supaya tidak akan ada beban di hati kamu." Kata Andri. "Baik, kamu memang pria yang bijak." kata Aluna sambil tersenyum. "Tidak, kamu lebih bijak dari aku. Kamu itu wanita dewasa dan juga sangat pengertian. Aku senang dapat memiliki wanita seperti kamu. Aku harap kejadian kemarin tidak akan membuat aku berpisah dari kamu. Aku sangat menyayangi kamu, Aluna." Kata Andri. "Sudah, aku ingin syuting." Kata Aluna. "Baik, aku akan kembali nanti malam." Kata Andri. "Apa? Kamu akan menjemput aku nanti malam?" tanya Aluna sambil tidak percaya.
Setelah selesai bekerja, aku langsung pergi makan siang bersama suster Wulan dan juga dokter Dirga."Ayo kita makan siang!" kata dokter Dirga."Baik, dokter." Kataku"Saya juga." Kata suster Wulan.Setelah selesai makan siang, aku melanjutkan kembali pekerjaan aku. Sebab masih banyak pasien yang harus ditangani. Lalu, ambulans datang membawa korban kecelakaan. Aku bersiap menangani pasien lagi."Ini ada korban yang baru, dokter Mia." Kata petugas ambulans."Segera bawa dia!" Kataku."Baik, dokter." Kata petugas ambulans.Petugas itu langsung membawa korban dan dibantu oleh suster lainnya. Semua pasien langsung dibawa ke ruangan. Aku bersiap memeriksa semua pasien itu. Banyak yang terluka parah."Dokter, periksa pasien di ruangan nomor 031 sekarang juga." Kata dokter Dirga."Tapi ini ada korban kecelakaan, dokter." Kataku."Utamakan pasien yang berada di ruangan itu, baru
"Tidak bisa kamu harus belajar mencintai Mia." Kata nenek."Nenek, jangan seperti itu." Kataku."Nenek, kenapa begitu terhadap aku? Aku ini juga cucu neng bukan hanya Mia. Tapi nenek selalu mementingkan Mia dari pada aku." Kata Aluna."Sabar, sayang." Kata Andri."Tidak akan nenek izinkan kamu dengan Andri. Andri hanya akan menikah dengan Mia." Kata nenek."Nenek, aku mohon!" Kataku."Tidak bisa!" kata nenek sambil pergi ke kamar tidurnya."Sebaiknya saya pamit pulang." kata Andri sambil pegi dari rumah."Benar Andri, biar kami bisa menenangkan diri. Semoga nenek bisa mengubah keputusan dia." Kata mama."Terima kasih, tante!" Kata Andri.Kak Andri pulang dan kakak pergi ke kamar tidur dia. Aku langsung menemui kakak. Aku berusaha menjelaskan ini semua. Supaya kakak bisa mengerti dan percaya kepada aku. Aku harus segera mendapatkan pasangan supaya perjodohan ini dibat
Saat jam pulang, aku pergi ke lokasi syuting untuk menjemput kakak dan Tio."Mia!" Kata Aluna."Kakak! Tio!" Kataku."Aku pulang bersama kalian berdua." Kata Tio."Tentu saja, ayo ikut!" kataku.Akhirnya kami pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, nenek msih saja membahas perjodohan itu. Aku merasa sangat bersalah terhadap kakak. Aku tidak ingin hubungan kami seperti ini. Menjadi jauh dan juga tidak akur. Aku ingin seperti dahulu."Kami pulang." Kataku."Mia, kamu sudah pulang." Kata nenek."Kakak juga, nenek." Kataku."Baik, Aluna juga sudah pulang." Kata nenek.Kak Aluna hanya terdiam, pasti dia masih merasa dibedakan oleh nenek. Aku sungguh tidak ingin seperti ini."Kalian pasti lelah, duduk saja." Kata mama."Benar mama, aku dan kakak lelah sekali. Tadi banyak sekali pasien yang harus aku operasi seperti kemarin. Minggu ini aku mer