Kami sampai di depan rumah, pria itu mengikuti kami sampai di depan rumah.
"Jadi ini rumah wanita itu." Kata pria itu sambil bergegas pergi dari depan rumah aku.
Saat kami masuk ke dalam rumah, semua orang sudah menunggu kami di ruang tamu.
"Akhirnya kalian berdua pulang juga, mama sangat khawatir sekali." Kata mama.
"Mama tenang saja, aku sudah berjanji membawa kakak pulang. Jadi, aku pastikan kakak pulang dengan aku." Kataku.
"Terima kasih, Mia!" Kata mama.
"Tidak masalah, aku pasti akan Membawa kakak pulang ke rumah. Sebab ini adalah rumah dia bukan tempat lain." Kataku.
"Kamu memang selalu bisa diandalkan. Aluna, kamu sudah membuat papa khawatir saja." Kata papa.
"Mama juga sangat khawatir terhadap kamu, mama sampai tidak bisa tenang dan terus memikirkan keberadaan kamu dari tadi." Kata mama.
"Aku ingin masuk ke kamar." kata Aluna sambil pergi ke kamu tidur.
Kak Aluna pergi ke kamar tidurnya. Nenek masih saja dingin dan tidak mengatakan apa pun terhadap kak Aluna. Tapi aku yakin nenek juga khawatir terhadap kakak. Nenek memang orang yang suka menyembunyikan perasaan dia. Tapi aku tahu apa yang sebenarnya dia rasakan terhadap semua cucunya. Aku juga harus berbicara lebih baik dan sopan lagi terhadap nenek. Siapa nenek mengerti dan mengikuti keinginan aku. Aku juga harus meminta maaf terhadap nenek besok. Lebih baik sedang aku istirahat saja. Hari ini terasa sangat berat sekali. Aku ingin tidur dan kak Aluna datang ke kamar tidur aku. Dia pasti ingin bertanya tentang aku tadi. Aku juga mengetahui sebenarnya tidak kakak juga khawatir saat aku jatuh tapi hanya karena kesal semua menjadi tidak terucapkan.
"Mia!" Kata Aluna.
"Kakak, masuk saja." Kataku.
"Apa kamu terluka? Tapi kamu hampir saja tertabrak dan kakaknya sungguh terkejut can khawatir sekali. Tapi untung saja kamu tidak mengalami sesuatu yang sangat buruk." Kata Aluna.
"Tidak, aku tidak apa apa. Kakak jangan khawatir tentang itu." Kataku.
"Kamu itu bodoh sekali, aku sudah mengatakan untuk jaman mengejar kakak. Kamu itu lambat dalam berlari dan orang yang kurang waspada. Jika itu terjadi lagi, kakak akan menghukum kamu." kata Aluna sambil marah.
"Aku akan menjadi orang bodoh jika aku kehilangan orang yang aku sayangi. Kalian semua itu penting untuk aku. Jadi jangan pernah pergi dari sisi aku. Mengerti?" tanyaku.
"Baik, kamu juga penting untuk kakak. Maafkan atas sikap kakak hari ini. Pasti itu membuat kamu merasa sedih dan kesal. Kakak hanya merasa kecewa dan sedih saja." Kata Aluna.
"Aku mengerti sekali, aku akan membujuk nenek dan semua orang untuk dapat menerima hubungan kalian berdua." Kataku.
"Terima kasih kamu sudah mengerti." kata Aluna ambil tersenyum.
"Tentu saja, aku ini adik kakak. Aku akan mengerti apa yang kakak aku rasakan dan juga kakak tidak perlu mengatakan terima kasih kepada aku." Kataku.
"Kamu selalu menjadi adik yang baik." Kata Aluna.
"Kakak jauh lebih baik dari aku." Kataku.
"Kata tidur saja, ini sudah sangat malam." Kata Aluna.
"Baik, kakak." Kataku.
Aku mulai tidur tapi disaat aku ingin tidur. Aku malah memikirkan tentang pria itu. Pria yang hampir menabrak aku. Dia terlihat baik dan mengibati aku. Tapi tadi dia berusaha mengikuti aku. Aku harus waspada seperti yang dikatakan oleh kakak. Aku tidak boleh terlalu dekat dengan orang asing. Lalu, kakak bertanya kepada aku.
"Kenapa kamu diam? Kenapa Kamu tidak tidur?" tanya Aluna.
"Aku akan tidur sekarang juga. Kalau juga belum tidur?" tanyaku.
"Sebentar lagi, kakak juga tidur." Kata Aluna.
"Begitu." Kataku.
"Kamu seperti sedang memikirkan sesuatu. Ada apa?" tanya Aluna.
"Tidak ada." Jawabku.
"Bohong kamu!" Kata Aluna.
"Tidak, aku hanya memikirkan perkataan kakak tentang orang asing." Kataku.
"Orang asing? Kenapa? Apa kamu diikuti? Atau ada yang berbuat jahat?" tanya Aluna sambil khawatir.
"Tidak, aku baik baik saja." Jawabku.
"Lalu, ada apa?" tanya Aluna.
"Tadi orang yang hampir menabrak aku itu seorang pria. Saat aku mengatakan jika aku akan mengejar kakak. Dia adalah mengikuti aku, saat aku tanya dia menjawab ingin memastikan keadaan aku. Dia ingin bertanggung jawab. Aku merasa bingung apa dia orang yang baik atau jahat." Jawabku.
"Kamu mengatakan dia ingin bertanggung jawab itu artinya dia itu pria yang baik. Tapi untuk mengikuti kamu, membuat kakak curiga. Lebih baik kamu jangan terlalu dekat dengan dia." Kata Aluna.
"Kenapa? Apa dia orang jahat?" tanyaku.
"Mungkin." Jawab Aluna.
Aku semakin memikirkan perkataan kak Aluna. Dia itu bisa saja orang yang memiliki maksud jelek. Tapi perasaan aku mengatakan dia itu orang yang baik. Sudah aku tidak ingin memikirkan dia lagi. Wajah dia juga terasa tidak asing tpi aku tidak bisa mengingat itu. Lebih baik aku pergi tidur. Besok aku harus bekerja di pagi hari. Saat aku terbangun, aku langsung bersiap pergi ke rumah sakit.
"Kamu sudah ingin pergi lagi?" tanya mama.
"Benar, maafkan aku semuanya. Minggu ini memang sedang sibuk dan anakku pasien. Aku harus menangani mereka semua. Aku pamit." Kataku.
"Kita pergi bersama, Mia." Kata Aluna.
"Baik, ayo kita pergi!" Kataku.
Aku mengantar kak Aluna ke rumah sakit. Saat tiba di lokasi syuting, kak Andri sudah menunggu kakak.
"Andri!" Kata Aluna.
"Aluna! Aku khawatir kamu tidak akan pergi bekerja." Kata Andri.
"Tidak, aku pasti pergi bekerja." Kata Aluna.
"Bagus, aku ingin berbicara Berdua dengan kamu." Kata Andri.
"Tentang apa?" tanya Aluna.
"Aku ingin kamu tetap bersama aku. Aku janji akan membuat orang tua aku yakin kepada kamu. Jadi kamu bisa, bagaimana kalau besok kamu datang ke rumah aku?" tanya Andri.
"Untuk apa?" tanya Aluna.
"Supaya orang tua aku lebih dekat dengan kamu. Mereka itu menyukai wanita yang pandai memasak. Kamu sangat pandai memasak. Aku sering dimasakan masakan enak oleh kamu. Jadi, aku yakin orang tua akan lebih mudah menerima kamu. Aku yakin hubungan kita akan didukung oleh mereka. Apa kamu bersedia?" tanya Andri.
"Baik, aku akan datang besok." Jawab Aluna.
"Terima kasih, sayang." kata Andri sambil memeluk Aluna.
"Aku pamit, sekarang aku harus syuting. Kamu tunggu sebentar, aku harus bersiap. Lepaskan pelukan kamu!" kata Aluna sambil melepas pelukan Andri.
"Kenapa dilepas? Aku masih ingin memeluk kamu, kemarin itu adalah hari terburuk untuk aku. Melihat kamu sangat membenci aku dan Mia seperti mimpi buruk bagi aku." Kata Andri.
"Aku ingin minta maaf atas semua yang sudah aku katakan kepada kamu. Aku memang sangat terbawa emosi kemarin. Aku seperti itu sebab aku.." kata Aluna sambil terhenti.
"Aku tahu, kamu pasti seperti itu sebab kamu tidak dapat kehilangan aku." Kata Andri.
"Apa? Kamu terlalu percaya diri." Kata Aluna. "Jadi begitu, itu artinya aku tidak masalah bersama Mia." Kata Andri. "Bukan begitu, baik aku mengaku. Aku takut kehilangan kamu, Andri." Kata Aluna. "Begitu, kamu memang harus jujur terhadap perasaan kamu sendiri. Jika kamu menyukai atau tidak menyukai sesuatu, kamu harus mengatakan dengan sesungguhnya. Supaya tidak akan ada beban di hati kamu." Kata Andri. "Baik, kamu memang pria yang bijak." kata Aluna sambil tersenyum. "Tidak, kamu lebih bijak dari aku. Kamu itu wanita dewasa dan juga sangat pengertian. Aku senang dapat memiliki wanita seperti kamu. Aku harap kejadian kemarin tidak akan membuat aku berpisah dari kamu. Aku sangat menyayangi kamu, Aluna." Kata Andri. "Sudah, aku ingin syuting." Kata Aluna. "Baik, aku akan kembali nanti malam." Kata Andri. "Apa? Kamu akan menjemput aku nanti malam?" tanya Aluna sambil tidak percaya.
Setelah selesai bekerja, aku langsung pergi makan siang bersama suster Wulan dan juga dokter Dirga."Ayo kita makan siang!" kata dokter Dirga."Baik, dokter." Kataku"Saya juga." Kata suster Wulan.Setelah selesai makan siang, aku melanjutkan kembali pekerjaan aku. Sebab masih banyak pasien yang harus ditangani. Lalu, ambulans datang membawa korban kecelakaan. Aku bersiap menangani pasien lagi."Ini ada korban yang baru, dokter Mia." Kata petugas ambulans."Segera bawa dia!" Kataku."Baik, dokter." Kata petugas ambulans.Petugas itu langsung membawa korban dan dibantu oleh suster lainnya. Semua pasien langsung dibawa ke ruangan. Aku bersiap memeriksa semua pasien itu. Banyak yang terluka parah."Dokter, periksa pasien di ruangan nomor 031 sekarang juga." Kata dokter Dirga."Tapi ini ada korban kecelakaan, dokter." Kataku."Utamakan pasien yang berada di ruangan itu, baru
"Tidak bisa kamu harus belajar mencintai Mia." Kata nenek."Nenek, jangan seperti itu." Kataku."Nenek, kenapa begitu terhadap aku? Aku ini juga cucu neng bukan hanya Mia. Tapi nenek selalu mementingkan Mia dari pada aku." Kata Aluna."Sabar, sayang." Kata Andri."Tidak akan nenek izinkan kamu dengan Andri. Andri hanya akan menikah dengan Mia." Kata nenek."Nenek, aku mohon!" Kataku."Tidak bisa!" kata nenek sambil pergi ke kamar tidurnya."Sebaiknya saya pamit pulang." kata Andri sambil pegi dari rumah."Benar Andri, biar kami bisa menenangkan diri. Semoga nenek bisa mengubah keputusan dia." Kata mama."Terima kasih, tante!" Kata Andri.Kak Andri pulang dan kakak pergi ke kamar tidur dia. Aku langsung menemui kakak. Aku berusaha menjelaskan ini semua. Supaya kakak bisa mengerti dan percaya kepada aku. Aku harus segera mendapatkan pasangan supaya perjodohan ini dibat
Saat jam pulang, aku pergi ke lokasi syuting untuk menjemput kakak dan Tio."Mia!" Kata Aluna."Kakak! Tio!" Kataku."Aku pulang bersama kalian berdua." Kata Tio."Tentu saja, ayo ikut!" kataku.Akhirnya kami pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, nenek msih saja membahas perjodohan itu. Aku merasa sangat bersalah terhadap kakak. Aku tidak ingin hubungan kami seperti ini. Menjadi jauh dan juga tidak akur. Aku ingin seperti dahulu."Kami pulang." Kataku."Mia, kamu sudah pulang." Kata nenek."Kakak juga, nenek." Kataku."Baik, Aluna juga sudah pulang." Kata nenek.Kak Aluna hanya terdiam, pasti dia masih merasa dibedakan oleh nenek. Aku sungguh tidak ingin seperti ini."Kalian pasti lelah, duduk saja." Kata mama."Benar mama, aku dan kakak lelah sekali. Tadi banyak sekali pasien yang harus aku operasi seperti kemarin. Minggu ini aku mer
Sekarang sudah minggu depan, mereka akan segera tiba. Aku bingung sekali."Bagaimana? Kekasih kamu sudah mengetahui sekarang dia harus datang ke rumah." Kata Aluna."Benar, dia mengetahui." kataku sambil bingung."Apa dia akan datang kemari?" tanya Aluna."Pasti, dia akan datang." kataku sambil merasa bersalah kepada kakak."Kenapa kamu ini? Seperti tertekan dan juga bingung." Kata Aluna."Tidak apa apa, aku biasa saja." kataku sambil menghela nafas."Apa kamu yakin?" tanya Aluna."Terima saja, aku yakin sekali." Jawabku sambil bingung.Aku pergi ke belakang dapur dan menghubungi Wahyu sekarang. Aku terus menghubungi dia."Tapi bagaimana jika dia tidak dapat meyakinkan nenek. Itu sama saja memberi masalah baru terhadap aku. Aku akan semakin bingung dan gelisah. Sebaiknya aku jangan menghubungi dia. Tapi siapa yang harus aku hubungi?" tanyaku sambil bingung.Aku tida
"Begitu, padahal mama lebih menyukai jika kamu terbuka terhadap mama. Kamu itu sangat tertutup sekali. Kamu hanya memikirkan keadaan pasien saja." Kata mama. "Benar itu, papa pikir kamu sibuk bekerja di rumah sakit sampai hanya pasien yang kamu pikirkan." Kata papa. "Tidak juga, maaf jika aku terlalu sibuk." Kataku. "Di mana pertama kali kalian bertemu?" tanya nenek. "Masalah itu, kami bertemu di rumah sakit." Jawab Arya. "Pasti kamu salah satu pasien Mia. Benar, bukan?" tanya mama. "Benar, Mia ini dokter yang baik dan juga cantik." jawab Arya sambil melihat dia tersenyum kepada aku. Aku merasa sangat gugup dengan ini padahak aku ini bukan kenyataan. Tapi jantung aku berdebar. "Jadi, bagaimana ini? Perjodohan antara Andri dan juga Mia?" tanya mama Mayang. "Maaf tapi kedua anak kami menolak. Jadi, perjodohan ini saya batalkan." Kata nenek. "Syukurlah, akhiny
"Benarkah?" tanya Arya."Benar." Jawabku."Syukurlah, terima kasih dokter Mia yang cantik." kata Arya sambil tersenyum."Kenapa kamu mengetahui bahwa aku ini seorang dokter?" tanyaku sambil merasa heran."Tadi keluar kamu mengatakan jika kamu selalu memikirkan tentang keselamatan pasien saja. Jadi, aku mengira kamu itu seorang dokter. Ternyata benar, yang aku pikirkan." Jawab Arya."Benar, aku seorang dokter di rumah sakit Mawar." Kataku."Apa? Rumah sakit Mawar?" tanya Arya sambil terkejut."Benar, memangnya kenapa?" tanyaku."Itu rumah sakit biasa aku memeriksa tangan aku ini." Jawab Arya."Begitu, memangnya ada apa dengan tangan kamu?" tanyaku."Sering sakit sebab aku pernah jatuh." Jawab Arya.Sejenak aku mulai teringat dengan pasien seorang pria yang waktu itu aku periksa. Tenyata memang benar bahwa kak Arya adalah pria itu. Pasien yang selalu
Seorang pria menghampiri kak Arya dan ternyata dia adalah papa kak Arya."Arya, Ayo kita pulang!" kata papa Arya."Ayo, papa!" Kata Arya."Siapa pria ini?" tanya papa Arya."Saya Andri, om." Jawab Andri."Kamu teman Arya?" tanya papa Arya."Saya adalah kekasih kakak wanita yang dicintai oleh Arya." Jawab Andri.Ayah Arya terlihat sangat terkejut saat kak Andri mengatakan bahwa Arya memiliki seorang kekasih. Dia mengetahui bahwa anaknya sedang sendiri."Jadi, kamu sudah memiliki kekasih?" tanya ayah Arya."Benar papa, maaf aku belum mengenalkan dia kepada papa. Lain kali aku akan membawa dia ke hadapan papa." Jawab Arya."Harus itu." Kata papa Arya."Saya permisi, om." Kata Andri."Silahkan." Kata papa Arya.Kak Andri pergi dari tempat itu. Mereka berdua juga pergi. Saat sampai di rumah, Arya langsung ditanya tentang wanita