“Siapa Tuan yang di sampingmu, Tuan Akion?”
“Dia pengawal kepercayaanku,”
“Jika begitu, tidak masalah jika aku menjelaskan di depannya juga, kah?”
“Tentu."
Levian, dia orang yang akan memilih mati daripada mengkhianatiku.
Kami akhirnya duduk untuk menerima penjelasan panjang dari Tanka. Aku menyender pada pohon. Levian memilih untuk berdiri dan Tanka duduk di depanku yang terdapat batu besar.
“Leluhur Anda, Caesar Naal Sanktessy meminta bantuan kepadaku,”
Dia adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan berkarisma. Di bawah pimpinannya, Sanktessy sangat berjaya. Itulah yang kubaca dari buku.
“Empat ratus tahun yang lalu, dia tahu bahwa hutan ini menyembunyikan sesuatu yang luar biasa dan bahwa keluarganya mungkin dalam bahaya,”
“Hutan ini adalah perantara bagi kekuatan yang mengerikan.”
Aku menyimak dengan baik. Tempat semenakutkan ini, tentu mempunyai kekuatan mengerikan. Wajar tidak ada yang berani masuk ke sini.
Hanya aku yang cukup gila ingin melewati ini. Namun, itu malah menguntungkanku, 'kan?
“Hutan ini adalah hatinya dan Gunung Berk adalah jantung dari seluruh wilayah Sanktessy.”
Tanka memandang gunung di belakangnya.
“Harta berharga itu dia minta untuk diberikan pada keturunannya. Aku menunggu selama ratusan tahun untuk bertemu kalian. Tapi, tidak satu pun dari kalian yang mendatangi tempat ini sejak hutan kegelapan berubah lagi."
Otakku ingin bertanya, tetapi mulutku cukup berat untuk terbuka.
“Gunung Berk menyimpan Batu Mana yang sangat luar biasa,” jelasnya lagi. Kenyataan ini malah membuatku membungkam hal yang ingin kutanyakan sebelumnya.
Batu Mana! Itu sangat berharga. Kami bisa menjual, mendapatkan uang, dan memperbaiki wilayah kami. Selama ini, penjualan Batu Mana dikuasai oleh satu keluarga bangsawan, yaitu Duke Hamlet.
“Apa kau serius?”
“Tuan Akion, hidupku hanya untuk Sanktessy. Tentu aku serius mengatakannya.”
“Ingat tentang Ogre tadi?”
Aku langsung mengerti lagi, kenapa Ogre itu menculiknya.
“Mereka melakukannya karena ingin aku mengungkapkan Batu Mananya.”
“Bukankah mereka bisa menggali sendiri. Mencari di Gunung Berk dengan tubuh besar mereka mungkin tidak terlalu sulit.”
“Gunung Berk itu spesial, Tuan Akion. Dan, aku itu penjaga Batu Mananya, hal yang pasti bahwa aku memantrai mereka.”
Ya, jelas saja jika leluhurku, Caesar meminta bantuan pada peri. Pasti peri ini mempunyai kekuatan khusus yang kuat.
“Sekarang, apakah kau akan memperlihatkannya padaku?”
Tanka mengangguk.
“Semuanya milik Anda, Tuan Akion.”
***“Tanka, aku rasa umurku tidak lama lagi.” Wajahnya menatap ke dalam danau.“Ceritaku sudah berakhir lama. Aku ingin melindungi apa yang kulindungi walaupun aku telah mati.”
Dia mengambil air dari dalam danau dengan tangannya,
dan menumpahkannya kembali dengan wajah penuh pikirannya.“Aku percayakan hartaku padamu. Suatu saat pasti akan bangkit lagi, aku telah melihatnya. Ingat Tanka, kau pasti mengerti maksudku suatu saat nanti." Wajahnya yang melihat Tanka tidak terlihat jelas karena sinar matahari siang yang mengenainya.
Begitulah cerita Tanka mengenai Leluhurku yang bernama Caesar.
Mereka berdua adalah teman baik. Caesar adalah orang yang mengikuti perang untuk K
Kekaisaran ini. Dia adalah pahlawan yang namanya menghilang.Dia tidak butuh gelar lebih tinggi lagi. Hal yang dianggap orang lain mulia dan bodoh karena Caesar seharusnya berada di samping kaisar. Namun, dia malah memilih menjauh dari kaisar.
Pada akhirnya, Keluarga Baron Sanktessy menderita secara perlahan, seperti gurun yang makin hari makin tandus.
Rumor tersebar lagi, mereka bilang Keluarga Baron Sanktessy terkena kutukan karena leluhur mereka telah banyak membunuh manusia. Dia manusia bermandikan darah.
Tampaknya bahkan berkas-berkas tentang Caesar tidak begitu banyak layaknya pahlawan lainnya.
“Lalu, di mana harta itu?”
“Kita akan tiba pagi hari jika berjalan sekarang, Tuan Akion.”
Ya, ini sudah tengah malam. Rasa terpukauku membuatku lupa waktu, bahkan rasa laparku menghilang di hadapan yang lebih mengejutkan dan menyenangkan ini.
“Aku jamin, Tuan Akion akan sangat kagum melihat harta itu. Di antara harta-harta itu, ada satu harta yang harus anda miliki, Tuan Akion," celotehnya dengan sombong seakan harta itu tidak akan mengecewakanku.
Senyumku tidak pernah hilang dari wajahku mendengarkan celotehnya. Celoteh yang benar-benar membawa apa yang kubutuhkan.
“Tuan Akion, maaf, jika tidak sopan. Tapi, saya begitu tidak sabar untuk melihatnya.” Matanya penuh semangat. Levian juga memikirkan beban keluarga Sanktessy. Dihina dan diremehkan, ada rasa sakit di hatinya untuk membuktikan bahwa sampai mati pun dia tidak menyesal mengikutiku.
“Persiapkan dirimu!" Senyumanku mengandung banyak arti.
**Aku melihat Levian memasang wajah yang kelelahan. Berulang kali dia mencoba bertahan untuk menyamai kecepatannya denganku.
Padahal, ini bukanlah kecepatan penuhku. Melihat dia yang kesulitan, dengan hati yang sedang gembira ini, aku putuskan untuk mengerjainya. Kupercepat lagi langkah kakiku. Dia tertinggal jauh.
“Nah, di sini, Tuan Akion.”
Tanka yang sedari tadi aku genggam menunjuk bagian g
Gunung Berk yang sedikit melengkung.“Tolong, mundur sebentar, Tuan Akion!”
Dia terbang dari tanganku lalu menggambar mantra sihir di depannya.
“Bukankah kau bisa merapalnya?”
Mantra itu bersinar warna emas. Mereka berputar-putar dan bergerak.
“Ada beberapa mantra yang harus ditulis. Mereka lebih kuat.”
“Tuan Akion ....” Levian akhirnya tiba. Dia kesulitan bernapas, terlihat dari dada bidangnya yang bergerak naik turun dengan cepat.
“Ah, Tuan Akion mempermainkanku ...,” dengusnya dengan napas yang masih memburu.
Aku merespon dengan tertawa kecil mengejek.
“Nah, Tuan sekalian ... ayo, kita masuk!"
Tanka merapalkan mantra. Mantra-mantra yang dia tulis bercampur dan menyatu menjadi sangat terang hingga membutakan mataku untuk beberapa detik.
“Ayo, Tuan Akion.”
Tanka terbang di atas wajahku. Dia bergerak dengan sangat lincah, rasa bahagia meluap dari wajahnya.
Kami masuk ke perut Gunung Berk.
Hanya dengan satu langkah, kau bisa tahu bahwa betapa luar biasanya ini.
Batu Mana ada di mana-mana. Mataku bahkan akan merasa rugi jika terpejam sedetik.
“Tuan Akion, kurasa tidak ada orang yang mempunyai Batu Mana sebanyak ini,”
Aku melirik Levian yang berbicara di sampingku. Berbeda dengan tadi, dia sekarang sudah bersikap biasa, napasnya teratur. Ya, kontrol diri yang hebat.
“Benarkah?”
Levian mengangguk. “Bahkan Duke Hamlet, si penguasa pertambangan Batu Mana sekekaisaran, aku meragukannya mempunyai Batu Mana sebanyak ini, Tuan Akion,”
Kau harus tahu, bahwa Gunung Berk sangatlah besar. Jika harus kubandingkan dengan besarnya gunung di bumi, maka Gunung Berk mempunyai besar tiga kali lipat dari Gunung Everes.
Tujuh turunan tidak akan habis.
“Ini harta Sanktessy,” ucap Tanka bangga sambil berkacak pinggang di udara.
“Apakah hanya sampai di sini?”
“Ah, Tuan Akion ini ternyata sangat lucu.” Tanka memperhatikanku.
“Seluruh gunung ini, isinya adalah harta Sanktessy!" tangannya mengangkat dan menggambar lingkaran besar.
“Dari sini sampai ujung gunung lainnya, Tuan Akion bisa menemukan Batu Mana dengan mudah lalu jenisnya juga bermacam-macam.”
Setiap barang selalu mempunyai tingkatan yang berbeda. Aku mengakuinya.
“Lihat yang merah ini!” Tanka menunjukkan gembira. “Jika Tuan adalah Penyihir Api, ini akan sangat membantu Tuan untuk meningkatkan kekuatan.”
“Sayangnya, aku tidak punya sihir.”
Pundakku terangkat dengan perasaan bersalah.
“Ah, sayang sekali ....” Wajahnya terlihat kecewa.
“Ah, pikirkan itu lain kali." Wajahnya berubah lagi dengan cepat menjadi penuh semangat. “Batu Mana di sini sangat luar biasa. Coba bayangkan, dengan ini Anda bisa menguasai dunia!” Dia tertawa angkuh.
Menguasai dunia ... terlihat menarik.
“Ah, maafkan aku, Tuan Akion. Aku terbiasa bercanda dengan Caesar ... ah, maksudku Tuan Caesar.”
Hubungan mereka tampak sangat dekat ternyata.
“Tidak apa. Yang kau bicarakan itu benar,”
“Apa Tuan mau menguasai dunia?” Levian bertanya padaku dengan tatapan serius, aku tidak menjawab. “Jika, iya pun, saya akan selalu siap di sisi Anda.”
Aku tertawa garing. “Nanti saja memikirkannya.”
Tanpa sadar, kaki kami telah melangkah hingga tengah bagian Gunung Berk. Ya, tumpukan harta selain Batu Mana, di sini lebih banyak.
Aku berlari cepat kesalahan satu sisi. Ini benda berkilau yang menyihirku, membutakan mataku, membuatku mematung tidak pecaya.
Ya, jika aku berubah menjadi seorang matrealis, itu tidak masalah. Uang adalah kebutuhan.
Sekarang, sepeti besar koin emas berada di pelukanku. Bahkan di bagian bawahnya, koin emas itu meluap begitu banyak
Oh, leluhur Akion yang bernama Caesar, aku mencintaimu. Aku berteriak dalam hati dengan senyuman besar dan aneh di wajahku.
Jangankan aku, Levian yang berdiri di sampingku pun ikut tersenyum. Mungkin, jika saja aku bukan tuannya, dia akan ikut memeluk sepeti koin emas ini.
Kami kaya.
“HAHAHAHA.” Aku tertawa besar sambil menatap langit-langit Gunung Berk yang tidak terlihat.
Tanka mendekatiku dan ikut tertawa juga.
Hanya Levian yang berusaha mengontrol diri untuk tidak terbawa arus ini dan tertawa puas sepertiku.
BERSAMBUNG•••
Tanka merengek seperti anak kecil agar bisa ikut denganku. Rengekannya membuatku pusing. Bagaimana tidak, dia berteriak di telingaku meminta agar dia bisa ikut. “Ajak saja Tanka, Tuan Akion.” Wajah Tanka berubah senang, Levian membelanya. Wajahnya menggambarkan bahwa dia mendapatkan sekutu yang mendukung keinginannya. “Bukankah Tanka lebih baik tinggal di sini dan menjaga harta ini?” “Ayolah Tuan Akion, gunung Berk sendiri pun, tidak akan bisa dimasuki oleh sembarang orang.” Wajah Tanka cemberut. “Aku sudah terkurung di sini selama empat ratus tahun. Aku ka
“Tuan Akion, ada urusan apa ke sini?” Levian sedikit merasa terganggu dengan orang-orang berbaju putih yang memandangi kami dengan penasaran. “Bisakah kami ke perpustakaan kuil?” tanyaku lembut kepada seorang pendeta pria yang berpapasan dengan kami. “Y-ya, tentu ....” Dia sedikit terbata. Namun menjelaskan kepadaku dimana letak perpustakaan dengan baik. “Bolehkah saya tahu siapa Tuan?” tanyanya. “Aku Akion Naal Sanktessy.” Matanya sedikit membulat, dia terlihat kaget sebentar. Lalu menyentuh dahinya sedetik. “Maafkan saya jika bersikap lancang sebelumnya.“
Aku sedang memakan sarapanku di cafe terkenal, di Invit. Di Bumi dulu, anak muda suka sekali mengobrol dan menikmati waktu sambil untuk eksplorasi makanan. Aku pun juga sama, menikmati makan pagi dengan menu baru yang ada di Invit. Aku memesan menu bernama Atlantic cod fillet and poached lobster, dan itu sangat enak. Ikan yang lembut dan segar membuat mulutku begitu berair, dan lobster yang kaya rasa sungguh membuatku terbang. “Hmm ....” Tanpa sadar aku mengeluarkan suara karna saking enaknya. Tanka dan levian memperhatikanku yang tampak seperti bocah, “Apakah begitu enaknya, Tuan Akion?" Aku mengangguk. Selama datang di dunia ini, aku tidak pernah memakan hasil laut, hasil laut termasuk la
Aku tersenyum tipis akan tawaran itu, tapi aku belum menyetujuinya. Itu hanya ucapan terima kasih menurutku. Dan inilah namanya berbisnis. Kantong jubahku bergerak, aku tahu Tanka pasti terbangun sekarang. Pembicaraan ini lebih menarik. “Berikan aku setengah dari sahammu.” Aku tersenyum. Senyumanku disambut dengan wajah masam dari Verion. Ekspresi baru yang kulihat dari diwajahnya. “Ayah, itu terlalu berlebihan.” Verion berbisik di telinga kanan ayahnya, tapi ayahnya mengangkat tangan menghentikan semua perkataannya. “Baiklah. Jika anda bisa membawa anakku,. Aku melirik Verion.
Kami tidak mengambil banyak waktu untuk beristirahat. Setelah kami menyelesaikan sarapan, Marquis Kingston dikirim pulang oleh penyihir Madaf. Sebuah portal sihir yang cukup besar berada di desa ini, tampaknya ini semua adalah uang dari Marquis Kingston, sehingga orang-orang yang ada di sini menghormati dan melindunginya. Walaupun, ini desa kecil, tapi mereka tampak makmur. Portal sihir itu menggunakan tujuh buah batu Mana berukuran sebesar telapak tanganku, lalu Madaf merapalkan sihir. Sihir pertama telah dia rapalkan, lalu untuk kali keduanya dia merapalkan sihir lagi. Sihir itu menyatu seperti sebuah roda ya dan membuka portal. “Aku tidak akan melupakan jasamu. Untuk urusan p
Tanka mengeluh padaku, dia marah karna rumah ini tidak terurus. Bisa dilihat banyak dinding yang retak, perabotan yang lama, dan kebun yang tidak mewah. Sepengingatannya, rumah Sanktessy mempunyai pemandangan indah. Aku menanggapinya dengan tertawa. Mau bagaimana lagi, inilah kenyataannya. Waktu memakan segalanya. Aku malah lebih penasaran dengan apa yang Tanka bawa dari Redvet. Aku belum bertanya saat di Redvet, karna baru sekarang dia mengeluarkan apa yang dia bawah. Di dalam kamarku, dia meletakan semua tanaman itu di atas meja. Ada semacam tumbuhan seperti lobak dengan dua sisi berkelok berdaun coklat, lalu seperti beri berwarna merah, dan rerumputan berbagai jenis.
“Tidak kusangka Akion begitu hangat pada adiknya,” Tanka duduk sambil menggerakkan kakinya. Aku mengelap rambutku yang basah dengan handuk. “Memangnya apa yang kau pikirkan?” Aku dan Tanka bertemu untuk kali pertamanya tanpa Tanka pernah mengenal sosok asli Akion yang kaku. Tidak mungkin untuknya memikirkan aku yang kejam. “Aku hanya menggodamu,” celetuknya. “Sekarang, apa kau ingin melihat tubuhku?” Aku geli saat mengatakan ini. Bagaimana bisa aku begitu percaya diri mengatakan hal yang menjijikkan ini?
Ini pesta yang tidak terlalu mewah. Hanya dilaksanakan di taman mansion Sanktessy. Walaupun begitu, pesta ini dipersiapkan dengan sangat baik oleh kepala pelayan Sanktessy, Bastian. Pesta dengan gaya garden party. Sebuah konsep untuk ksatria yang menyukai kebebasan, dan untuk merekatkan hubungan bersama. Setiap kesatria yang menjalan tugas dengan tuan yang sama, mereka harus mempunyai ikatan yang jelas, agar bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Aku muncul setelah para kesatria telah berdatangan, sambil memegang tangan Renia, aku memandangi mereka. Renia menggunakan gaun kuning yang kupilihkan, gaun kuning yang kuberikan sangat cocok padanya. “Dia persis seperti Lily emas."