Kami tidak mengambil banyak waktu untuk beristirahat. Setelah kami menyelesaikan sarapan, Marquis Kingston dikirim pulang oleh penyihir Madaf.
Sebuah portal sihir yang cukup besar berada di desa ini, tampaknya ini semua adalah uang dari Marquis Kingston, sehingga orang-orang yang ada di sini menghormati dan melindunginya.
Walaupun, ini desa kecil, tapi mereka tampak makmur.
Portal sihir itu menggunakan tujuh buah batu Mana berukuran sebesar telapak tanganku, lalu Madaf merapalkan sihir. Sihir pertama telah dia rapalkan, lalu untuk kali keduanya dia merapalkan sihir lagi. Sihir itu menyatu seperti sebuah roda ya dan membuka portal.
“Aku tidak akan melupakan jasamu. Untuk urusan p
Tanka mengeluh padaku, dia marah karna rumah ini tidak terurus. Bisa dilihat banyak dinding yang retak, perabotan yang lama, dan kebun yang tidak mewah. Sepengingatannya, rumah Sanktessy mempunyai pemandangan indah. Aku menanggapinya dengan tertawa. Mau bagaimana lagi, inilah kenyataannya. Waktu memakan segalanya. Aku malah lebih penasaran dengan apa yang Tanka bawa dari Redvet. Aku belum bertanya saat di Redvet, karna baru sekarang dia mengeluarkan apa yang dia bawah. Di dalam kamarku, dia meletakan semua tanaman itu di atas meja. Ada semacam tumbuhan seperti lobak dengan dua sisi berkelok berdaun coklat, lalu seperti beri berwarna merah, dan rerumputan berbagai jenis.
“Tidak kusangka Akion begitu hangat pada adiknya,” Tanka duduk sambil menggerakkan kakinya. Aku mengelap rambutku yang basah dengan handuk. “Memangnya apa yang kau pikirkan?” Aku dan Tanka bertemu untuk kali pertamanya tanpa Tanka pernah mengenal sosok asli Akion yang kaku. Tidak mungkin untuknya memikirkan aku yang kejam. “Aku hanya menggodamu,” celetuknya. “Sekarang, apa kau ingin melihat tubuhku?” Aku geli saat mengatakan ini. Bagaimana bisa aku begitu percaya diri mengatakan hal yang menjijikkan ini?
Ini pesta yang tidak terlalu mewah. Hanya dilaksanakan di taman mansion Sanktessy. Walaupun begitu, pesta ini dipersiapkan dengan sangat baik oleh kepala pelayan Sanktessy, Bastian. Pesta dengan gaya garden party. Sebuah konsep untuk ksatria yang menyukai kebebasan, dan untuk merekatkan hubungan bersama. Setiap kesatria yang menjalan tugas dengan tuan yang sama, mereka harus mempunyai ikatan yang jelas, agar bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Aku muncul setelah para kesatria telah berdatangan, sambil memegang tangan Renia, aku memandangi mereka. Renia menggunakan gaun kuning yang kupilihkan, gaun kuning yang kuberikan sangat cocok padanya. “Dia persis seperti Lily emas."
Akhirnya aku tahu kenapa mabuk itu berbahaya. Mataku menyipit saat matahari masuk dari jendela, kepalaku masih pusing, telingaku berdenging. Ini adalah waktu bangun tidurku yang paling siang. Pukul sepuluh, aku melewatkan sarapan, dan latihan serta urusan lainnya. Tampaknya, tubuh ini tidak kuat dengan alkohol. Salahku menganggap bahwa Akion yang bisa minum segelas wine, bisa minum sebanyak kemarin. Aku tersenyum lirik. Kujatuhkan badanku lagi di atas kasur, hari ini lebih baik aku bermalas-malasan. Terkadang masa muda harus diisi dengan kemalasan kecil untuk mencari inspirasi. “Dasar lemah." Itu adalah suara ya
Bagaimana wajah ibuku? Dia mempunyai rambut berwarna coklat terang, dan mata yang biru. Rambut panjang, khas wanita Kekaisaran mana pun yang menjunjung tinggi mahkota wanita itu. Rambut selalu menjadi penghias terbaik bagi para wanita. Dia elegan, terdapat lesung pipi di pipi kanannya, dan tahi lalat kecil di dagunya. Dia sangat cantik. Ibuku adalah putri dari Count Invit sebelumnya, ya dia sedarah dengan paman brengsek itu. Ibuku adalah anak bungsu, dari 4 bersaudara dan 3 saudara perempuannya. Merekalah yang mengusir ibuku ke Sanktessy, beranggapan sebagai hama yang harus dibuang pada tempatnya. Ibuku mencintai ayahku, bahkan dalam hard
“Renia awas!” Bugh! Aku menangkap kursi itu. Teriakan Tanka dan perasaanku yang tajam berhasil menghentikan kursi itu mengenai Renia yang asik memakan makanannya. Siapa yang berani berbuat seperti ini?! Aku meremas kursi besi itu hingga penyok. Bukan hanya Renia saja yang kaget di sana, tapi orang-orang yang memperhatikan juga. Mata mereka bergetar, berpendar dengan rasa takut. Auraku keluar karna marah. “Akion, kontrol dirimu. Renia dalam bahaya jika kamu begini ....” Tanka menenangkanku, bagi oran
Ini kali kedua Bastian menemukanku tertidur di luar. Bajuku terbuka, dada bidang terlihat dari baju yang tersingkap. Bastian memeriksaku apakah aku sedang mabuk. Namun bau alkohol pun tentu tidak akan tercium karna aku tidak meminumnya. Sepertinya, waktu yang kuhabiskan bersama Renia membangkitkan masa laluku lagi. Aku memimpikan tentang keluargaku. Tidak terasa sesedih dulu, tapi tetap membuat lubang kehilangan yang membuatku menghela napas panjang. Aku keluar untuk mencari angin dan berakhir tertidur dibawah langit lagi. Bahkan Tanka tidak menyadari itu. Menembak dari kelakuanku, Bastian memberikan teh bunga Camomile padaku, untuk menenangkan sarafku yang menegang. Aku mengendus wangi teh ini, wanginya memang menenangkan. Tapi sejujurnya aku
Ada alasan kenapa Renia dengan semangat mendatangiku hanya untuk sekedar piknik. Tubuh kecil ini mempunyai banyak ide di dalam sel kelabunya. Sebelumnya, dia mendengar dari tukang kebun mengenai bunga air yang langkah. Ya, karna bunga air langkah itu dia dengan berani dan semangat menerobos ruang kerjaku untuk mengajak piknik. Sebenarnya piknik hanya alasan yang dia berikan. Bagaimana seorang nona manis piknik di sarang monster yang menakutkan? Aku tersenyum kecut. "Kakak, kau pasti mau, kan, menemaniku?" "Tentu saja. Kakak pernah bilang padamu untuk meminta apa pun yang kau mau, kan?" Perlu kalian ketahui, bahwa hampir seluruh wilayah Sanktessy dikelilingi oleh hutan kegelapan, mereka itu terberai-bera