“Tidak kusangka Akion begitu hangat pada adiknya,”
Tanka duduk sambil menggerakkan kakinya. Aku mengelap rambutku yang basah dengan handuk.
“Memangnya apa yang kau pikirkan?”
Aku dan Tanka bertemu untuk kali pertamanya tanpa Tanka pernah mengenal sosok asli Akion yang kaku. Tidak mungkin untuknya memikirkan aku yang kejam.
“Aku hanya menggodamu,” celetuknya.
“Sekarang, apa kau ingin melihat tubuhku?”
Aku geli saat mengatakan ini. Bagaimana bisa aku begitu percaya diri mengatakan hal yang menjijikkan ini?
Ini pesta yang tidak terlalu mewah. Hanya dilaksanakan di taman mansion Sanktessy. Walaupun begitu, pesta ini dipersiapkan dengan sangat baik oleh kepala pelayan Sanktessy, Bastian. Pesta dengan gaya garden party. Sebuah konsep untuk ksatria yang menyukai kebebasan, dan untuk merekatkan hubungan bersama. Setiap kesatria yang menjalan tugas dengan tuan yang sama, mereka harus mempunyai ikatan yang jelas, agar bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Aku muncul setelah para kesatria telah berdatangan, sambil memegang tangan Renia, aku memandangi mereka. Renia menggunakan gaun kuning yang kupilihkan, gaun kuning yang kuberikan sangat cocok padanya. “Dia persis seperti Lily emas."
Akhirnya aku tahu kenapa mabuk itu berbahaya. Mataku menyipit saat matahari masuk dari jendela, kepalaku masih pusing, telingaku berdenging. Ini adalah waktu bangun tidurku yang paling siang. Pukul sepuluh, aku melewatkan sarapan, dan latihan serta urusan lainnya. Tampaknya, tubuh ini tidak kuat dengan alkohol. Salahku menganggap bahwa Akion yang bisa minum segelas wine, bisa minum sebanyak kemarin. Aku tersenyum lirik. Kujatuhkan badanku lagi di atas kasur, hari ini lebih baik aku bermalas-malasan. Terkadang masa muda harus diisi dengan kemalasan kecil untuk mencari inspirasi. “Dasar lemah." Itu adalah suara ya
Bagaimana wajah ibuku? Dia mempunyai rambut berwarna coklat terang, dan mata yang biru. Rambut panjang, khas wanita Kekaisaran mana pun yang menjunjung tinggi mahkota wanita itu. Rambut selalu menjadi penghias terbaik bagi para wanita. Dia elegan, terdapat lesung pipi di pipi kanannya, dan tahi lalat kecil di dagunya. Dia sangat cantik. Ibuku adalah putri dari Count Invit sebelumnya, ya dia sedarah dengan paman brengsek itu. Ibuku adalah anak bungsu, dari 4 bersaudara dan 3 saudara perempuannya. Merekalah yang mengusir ibuku ke Sanktessy, beranggapan sebagai hama yang harus dibuang pada tempatnya. Ibuku mencintai ayahku, bahkan dalam hard
“Renia awas!” Bugh! Aku menangkap kursi itu. Teriakan Tanka dan perasaanku yang tajam berhasil menghentikan kursi itu mengenai Renia yang asik memakan makanannya. Siapa yang berani berbuat seperti ini?! Aku meremas kursi besi itu hingga penyok. Bukan hanya Renia saja yang kaget di sana, tapi orang-orang yang memperhatikan juga. Mata mereka bergetar, berpendar dengan rasa takut. Auraku keluar karna marah. “Akion, kontrol dirimu. Renia dalam bahaya jika kamu begini ....” Tanka menenangkanku, bagi oran
Ini kali kedua Bastian menemukanku tertidur di luar. Bajuku terbuka, dada bidang terlihat dari baju yang tersingkap. Bastian memeriksaku apakah aku sedang mabuk. Namun bau alkohol pun tentu tidak akan tercium karna aku tidak meminumnya. Sepertinya, waktu yang kuhabiskan bersama Renia membangkitkan masa laluku lagi. Aku memimpikan tentang keluargaku. Tidak terasa sesedih dulu, tapi tetap membuat lubang kehilangan yang membuatku menghela napas panjang. Aku keluar untuk mencari angin dan berakhir tertidur dibawah langit lagi. Bahkan Tanka tidak menyadari itu. Menembak dari kelakuanku, Bastian memberikan teh bunga Camomile padaku, untuk menenangkan sarafku yang menegang. Aku mengendus wangi teh ini, wanginya memang menenangkan. Tapi sejujurnya aku
Ada alasan kenapa Renia dengan semangat mendatangiku hanya untuk sekedar piknik. Tubuh kecil ini mempunyai banyak ide di dalam sel kelabunya. Sebelumnya, dia mendengar dari tukang kebun mengenai bunga air yang langkah. Ya, karna bunga air langkah itu dia dengan berani dan semangat menerobos ruang kerjaku untuk mengajak piknik. Sebenarnya piknik hanya alasan yang dia berikan. Bagaimana seorang nona manis piknik di sarang monster yang menakutkan? Aku tersenyum kecut. "Kakak, kau pasti mau, kan, menemaniku?" "Tentu saja. Kakak pernah bilang padamu untuk meminta apa pun yang kau mau, kan?" Perlu kalian ketahui, bahwa hampir seluruh wilayah Sanktessy dikelilingi oleh hutan kegelapan, mereka itu terberai-bera
Aku baru saja menyelesaikan sarapanku ketika Levian dan Tanka pulang ke Mansion Sanktessy.Para Kesatria yang melihat mereka sangat berisik, aku tahu bagaimana reaksi masyarakat saat mereka membawa bangkai Kaliya ke sini. Dihari yang cerah ini, mereka pasti sedang menjalankan aktivitas seperti biasa.“Itu ular yang sangat besar.” Seorang ksatria mengagumi, dia ingin menyentuh daging ular itu.“Tuan Akion yang membunuhnya.” Seorang Kesatria yang dikirim Akion untuk membantu Tanka dan Levian menjelaskan.“Luar biasa.” Dia kagum.Levian berbicara pada Tanka, lalu menepuk baju bagian pundaknya yang sedikit kotor. Levian mendatangiku yang baru saja keluar dari Mansi
Sementara aku tertidur dua jam, sebuah keributan muncul di depan kamarku. Aku tidak membuka mataku, telingaku berkedut mendengarkan suara berisik yang tidak jelas itu.Seorang yang kukenal bersuara panik melarangnya untuk masuk ke kamarku.“Jangan, Tuan Har ....”Suaranya tidak begitu jelas. Tolong biarkan aku untuk tidur lagi.“Tuan Akion baru saja tidur ....”Bastian entah sedang berdebat dengan siapa. Dia tidak begitu bisa melarangnya, ada suara keraguan dan takut didalamnya.Pria satunya tertawa, itu tertawa yang sangat renyah dan leluasa.Siapa dia?