Share

2. Para Penari

Peraturan dasar club penari telanjang di mana-mana nyaris sama. Peraturan untuk para tamu, dilarang menyentuh para penari. Seberapa pun besar keinginan mereka. Sedangkan untuk para penari, mereka boleh mendekati tamu, menyentuh dengan belaian tipis, bergelayut, atau duduk di pangkuan tamu dengan manja.

"Baru kali ini?" tanya Roy, menoleh pada Novan yang terlihat sangat tekun.

Novan membetulkan letak duduknya. "Ehem. Baru kali ini, Pak," sahut Novan.

"Sepertinya, saya harus sering-sering ajak kamu ke tempat begini." Roy kembali menatap panggung.

Novan menoleh atasannya dan mengangguk samar. "Terima kasih, Pak." Apa lagi jawabannya selain terima kasih? Pertanyaan Roy membuat Novan menoleh dan pria itu kehilangan seorang penari yang jadi favoritnya. 

Para wanita muda bertubuh sintal dan berwajah jelita itu bukan pelacur. Mereka hanya para penari biasa. Bedanya, mereka semua akan telanjang di puncak musik. Dan tugas mereka hanyalah agar tamu club menghabiskan banyak uang membeli minuman.

Lebih kurang dua puluh wanita telah keluar membentuk dua baris yang menyebar ke seluruh pentas.

Roy mengeraskan rahang. Rasa penasaran yang besar sudah sejak tadi menyergapnya. Menantikan gadis kecil yang berakhir dengan menari telanjang sebagai mata pencaharian. Wanita muda yang dicarinya belum terlihat. Mungkinkah Sahara berdiri di barisan paling belakang? Roy tak sabar. Tapi, menjulurkan kepala bercelingak-celinguk sepertinya tidak akan elegan jika dilihat.

"Saya akan bantu mencarinya," ucap Novan, meninggikan suara untuk mengimbangi musik yang memekakkan telinga.

Roy hanya mengangguk. Dia pesimis Novan bisa lebih mengenali Sahara dari kejauhan.

Musik semakin menghentak dan suara para pria mabuk yang mulai horny terdengar berseru bersahutan. Para penari menyebar ke kanan kiri panggung. Sebagian maju ke depan memenuhi pervert row. Semua gadis penari mulai menarik penutup dada mereka dan melepaskannya.

Walau mencari gadis muda bernama Sahara, Roy tak bisa menampik pemandangan di depannya. Seorang gadis penari dengan rambut hitam tergerai menutupi punggung. Berusia sekitar 25 tahun. Tak terlalu tinggi, namun Roy menyukai pinggangnya yang kecil dan pinggulnya yang berisi.

"Bagaimana dengan yang ini? Sesuai tipemu?" Roy melirik reaksi asistennya.

"Semuanya cantik," sahut Novan mencari selamat. Novan bisa memastikan Roy pasti akan membayar wanita itu, jika dia menyukainya.

Lalu, hentakan musik berganti dan formasi penari berubah. Gadis penari berambut hitam di depannya tidak berpindah. Gadis penari lain muncul dari belakang sambil melepaskan rok sejengkal yang mereka kenakan. Liukan tubuh yang memancing hasrat dengan tubuh hanya tertutup celana dalam, membuat para pria berteriak-teriak. Mereka menginginkan bagian terakhir itu di lepas.

"Semua laki-laki pada akhirnya sama saja," gumam Roy. Dia pun demikian. Tak sabar melihat semua gadis penari itu melepaskan penutup terakhir tubuh mereka.

Para penari kembali berputar mengubah formasi. Dan akhirnya, Roy menemukan yang dicarinya. Sahara Talita. Wanita yang belum menyadari siapa jati dirinya. Hidupnya miskin. Tapi dari kabar yang diperoleh Roy, Sahara adalah gadis ambisius yang angkuh. Hal itu yang menyebabkan Sahara menjadi salah satu gadis penari yang tidak melayani tamu di luar jam kerja. Gadis itu hanya menari di ruang VIP, jika ada yang memesan layanannya. Di luar itu, Sahara akan menolak.

Sahara memiliki tinggi sekitar 165 senti. Gadis itu meliuk menggairahkan. Roy tak bisa mengalihkan pandangannya. Dengan kehadiran Sahara, gadis berambut hitam yang sejak tadi dipandanginya jadi terabaikan. Tak sadar, Roy memiringkan kepalanya sedikit ke kanan. Sahara sedang menarik turun celana dalamnya.

"Tuan Spencer ... gadis kecilmu sudah tumbuh menjadi wanita dewasa," bisik Roy, menggaruk pelan dagu yang sedang ditopangnya.

Sorot mata Roy mencermati bagian tubuh Sahara satu persatu. Sepasang dada menantang berbalut kulit pucat di bawah cahaya lampu minim, membuat Roy mengangkat sebelah alisnya. Puncak dada menantang itu, lalu membuat Roy harus memalingkan pandangannya sejenak.

Dia sudah menduga kalau Sahara akan tumbuh menjadi gadis cantik. Tapi, ia tak menduga akan secantik dan ... semenggairahkan itu.

“Tidak melayani tamu di luar jam kerja? Wanita ini benar-benar tau cara menghargai tubuhnya,” batin Roy.

Roy merasa napasnya tertahan sesaat. Tanpa disadarinya, wanita berambut hitam yang sesaat terabaikan karena kehadiran Sahara, maju mendekatinya.

Wanita berambut hitam duduk di pangkuan Roy. Kedua tangannya melingkari leher Roy dan pangkal pahanya menggesek satu paha Roy yang dijadikannya tempat duduk.

Roy masih menatap Sahara. Wanita itu sedang mengedarkan pandangannya ke arah tamu. Dan tatapannya berhenti pada tatapan Roy. Sahara sedang menyatukan tangannya di atas tubuh. Matanya masih menatap Roy, namun tangannya turun perlahan meremas dadanya sendiri. Roy terkesiap.

Bersamaan dengan itu, Roy merasakan penari yang berada di pangkuannya sedang menjilat cuping telinganya.

“Inke. Namaku Inke. Kita bisa bertemu di luar usai pertunjukan ini. Kalau kau menginginkannya,” bisik perempuan itu.

Roy menunduk, memandang sepasang payudara yang sedang menggesek dadanya. Lalu, pandangan Roy kembali menelusuri tubuh Sahara. Wanita itu masih memandangnya. Roy tak mempedulikan hal itu. Tatapannya turun ke bagian celah di pangkal paha wanita itu. Roy menikmati bagian itu dan melirik wajah Sahara yang melontarkan tatapan kesal.

Sengaja, Roy menyunggingkan senyum mengejek.

“Pak Roy,” sapa seorang wanita.

Roy menoleh pada Novan meminta penjelasan. Pertunjukan baru berakhir, namun Novan belum tersadar dari lamunan.

“Ehem!” Roy berdeham. Seketika Novan tergagap dan ikut berdeham kecil.

“Oh, Miss Nancy. Ini Miss Nancy. Sebagai—ibu di sini.” Novan membuat tanda petik dengan kedua tangannya saat mengatakan ‘ibu’.

Roy mengangguk samar pada wanita di depannya. Dandanan Nancy sangat tebal, namun tak mampu menyembunyikan usianya yang hampir setengah abad. Kecuali, tubuhnya. Tubuh Nancy masih sangat bagus. Hidung mancung dan dagu lancip buatan, serta payudara yang menyembul nyaris keluar dari gaun seksinya, jelas memperlihatkan kalau Nancy tetap ingin dipandang di sana.

“Selain wanita yang saya minta, saya mau wanita yang bernama Inke juga ikut ke ruangan.”

To Be Continued

Komen (51)
goodnovel comment avatar
Mawar Aryanti
hai kak,aku baru nongol......
goodnovel comment avatar
🇳 🇱 🇿
hufffttttt tahan napas bcanya
goodnovel comment avatar
Siti Alfiah
menantang bgt ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status