Share

3. Layanan Tambahan

“Bagaimana?” tanya Nancy, menatap Roy. “Kita langsung ke ruangan VIP?”

Roy menoleh ke arah Novan. Asistennya itu pasti mengerti apa yang harus dilakukan.

“Saya tunggu di mobil, Pak.” Novan mengangguk kecil dan berlalu dari tempat itu.

Nancy mengibaskan tangan, mempersilahkan tamunya agar mengikuti.

“Saya kira awalnya Pak Roy cuma ingin melihat Rara—Sahara maksud saya. Rupanya Pak Roy juga jeli kalau Inke juga luar biasa,” ucap Nancy diiringi tawa kecil.

Roy tak menanggapi. Dia memasukkan satu tangan ke saku dan satu lainnya kembali menutup hidung dengan sapu tangan. Dia butuh satu gadis seperti Inke sebagai media peraganya. Kepribadian Sahara  dari hasil penyelidikannya selama ini, sedikit membuatnya tertantang.

Nancy melirik hal yang dilakukan Roy dan seketika menghentikan tawanya. Tamu yang amat menyebalkan, pikirnya. Syukur wajah tampan serta kemampuannya mengucurkan uang banyak dalam waktu singkat, bisa menjadi daya tarik.

Berapa usia pria di sebelahnya ini? Nancy melirik Roy dengan ekor matanya. Helaian rambut putih di antara kilap rambut cokelat gelap Roy, hadir bagai susunan asesoris. Pria di sebelahnya sudah cukup berumur. Nancy menebak kalau Roy berusia di awal empat puluhan. Kalau lelaki itu duda, mungkin dia akan lebih paham. Tapi, belum pernah menikah? Tak mungkin tak ada yang mau. Andai dilamar pria di sebelahnya, detik itu juga Nancy pasti akan mengatakan ya.

Apa yang dilakukan pria sampai setua itu tanpa seorang pendamping? Walau memiliki harta berlimpah dan seratus pelayan di rumahnya. Seorang pria setidaknya membutuhkan seks teratur. Terlepas dari apa pun orientasi seksualnya. Tamunya ini malah mencari Sahara. Gadis penari paling muda dan selalu menjadi incaran para bandot tua. Nancy jadi penasaran apa yang akan dikatakan Sahara untuk menolak pria di sebelahnya. Apakah sama dengan kejadian-kejadian sebelumnya?

Lamunan Nancy tiba-tiba buyar. Dua orang pria di depannya beradu mulut.

“Sudah berkali-kali diingatkan! Anda tidak boleh menyentuh penari! Silakan bayar tagihan Anda sekarang! Jangan macam-macam, limit kartu Anda terbatas.” Seorang pegawai dengan setelan jas, menyeret seorang pria keluar dari salah satu ruangan di sebelah kanan Roy.

“Dasar lintah pengeruk! Kalian ikut menikmati uangku. Aku dulunya pelanggan loyal di sini. Tapi sekarang, kurang sedikit saja kalian berisik. Lepaskan!” teriak pria yang diseret, mencengkeram lengan pegawai club dan menghempaskannya.

“Jangan besar mulut, selesaikan saja hutang-hutang Anda.” Pegawai club menyerahkan map kecil tebal yang biasa digunakan untuk menyelipkan tagihan.

Roy menghentikan langkah. Dia dengan cepat mengenali suara teriakan pria di depannya. Teriakan lantang yang pernah mengusirnya dari sebuah ruangan kantor. Masih dengan sapu tangan menutup hidungnya, Roy berjalan mendekati.

“Masukkan tagihannya ke tempat saya,” ujar Roy pada pegawai.

“Atas nama Bapak—”

“Roy Anindra Smith,” tegas Roy. Pria yang tadi berteriak-teriak, memandangnya membelalak. Tamu yang tak sanggup membayar tagihan itu sudah mengenali Roy.

Nancy berdiri di belakang Roy memberi anggukan kepada pegawai agar segera pergi. Masalah tunggakan tagihan pelanggan sudah terpecahkan. Tak ada gunanya berdiri di antara para orang kaya yang selalu menyimpan dendam satu sama lain.

“Roy?” sapa pelanggan, sekaligus pria yang pernah mencampakkan proposal kerja sama Roy.

“Sudah miskin?” tanya Roy.

“Maaf, Roy. Yang dulu harusnya jangan diingat lagi. Kalau kamu perlu tenaga—”

“Jangan masuk ke sini lagi. Wanita-wanita yang kau pegang itu, perlu uang untuk tampil cantik.” Roy mengatakan hal itu dari balik sapu tangan. Dia kembali melanjutkan langkah.

“Apa nama perusahaanmu? Apa boleh aku ikut bergabung?” Pria yang tengah bangkrut itu berucap setengah memohon. “Aku bisa kerja 12 jam sehari. Aku janji aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku untuk proyek-proyek yang kau percayakan.”

Roy kembali menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh, Roy berkata, “Ada yang menawarkan kerja 24 jam sehari, tapi tetap kucampakkan ke jalan. Kau cuma satu dari banyak lalat yang mengerubungi makanan basi. Tagihanmu akan kubayar. Sebagai ucapan terima kasih atas keramahanmu di masa lalu.”

Nancy mendahului langkah Roy dan membuka pintu di sebelah kanan.

“Kita duduk sebentar. Dua gadisku akan datang. Aku pastikan Pak Roy nggak akan nunggu lama.” Nancy mengangkat pesawat telepon dan menyebutkan beberapa jenis nama minuman.

Roy mengedarkan pandangan ke tiap sudut ruangan. Dia memilih menghempaskan tubuhnya di tengah sofa. Tempat dia bisa melihat seluruh ruangan itu dengan sempurna. Tak lama, pintu diketuk. Seorang pelayan pria dengan nampan minuman masuk dan menyusun minuman ke atas meja dengan tangkas.

Sebotol Hennesy VSOP Cognac, salah satu dari jenis brandy yang diciptakan untuk memenuhi permintaan raja Inggris. Pelayan memenuhi gelas kecil yang telah diberi tiga butir es batu. Beberapa botol air mineral sudah standby di atas meja sejak tadi. Pelayan keluar sesudah memastikan semuanya cukup.

Tok Tok Tok

Pintu kembali diketuk, wajah Sahara muncul lebih dulu di pintu. Tatapannya langsung bertumbuk dengan Roy dan seketika wanita muda itu memasang raut jengkel.

To Be Continued

Komen (34)
goodnovel comment avatar
Mawar Aryanti
udah merinding aja baru 3bab kak
goodnovel comment avatar
🇳 🇱 🇿
demi sahara Roy tak married married
goodnovel comment avatar
Lisa Fatimah
akibat candu baca novel Kk Njus di Ntoon, akhirnya bela²in kesini hahahah...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status