Share

CHAPTER 2

Hari ini tepat seminggu sudah Alexa tidak berbicara dengan Rayn. Semenjak pertengkaran mereka hari itu, Rayn seakan menghindarinya tiap kali Alexa hendak mengajaknya bicara.

"Kadang aku bingung, Rayn. Kenapa kamu mau aku jadi pacar kamu sedangkan kamu aja ga bener-bener peduli sama aku," gumam Alexa lirih.

Beratus-ratus pesan telah dikirimkan Alexa kepada Rayn dengan harapan Rayn mau membalasnya. Namun, bagaimana mau membalas kalau pesannya saja tidak dibaca?

"Alexandra!"

Alexa tersentak kaget dari lamunannya kala Bu Marrie, guru bahasa Indonesia yang tengah mengajar di kelas menegurnya.

"Daripada kamu melamun dan tidak mendengarkan penjelasan saya, lebih baik kamu keluar dari kelas."

Alexa benar-benar tidak suka keadaan ini, di mana dia menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kelas bahkan ada yang memandangnya sambil berbisik-bisik.

"Maaf, Bu. Saya ga akan ngelamun lagi."

"Saya maafkan, tapi agar kamu jera saya beri kamu hukuman keluar dari kelas saya sekarang juga."

Alexa pun beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas tanpa basa-basi.

"Ini semua gara-gara Rayn," gumamnya lesu.

Alexa memilih untuk melangkahkan kakinya menuju perpustakaan daripada menunggu di depan kelas dengan bosan. Minimal dia bisa numpang wifi-an dan streaming konser Johnny Orlando atau membaca novel teenfiction yang bikin baper.

Dia menuju rak khusus novel dan mendudukan diri di bangku pojok. Beruntung perpustakaan sedang sepi karena jam pelajaran tengah berlangsung, jadi dia bisa membaca novel dengan tenang.

Ketika sedang fokus membaca novel, ada sesuatu yang mengusiknya. Dia mendengar suara orang mendengkur.

Dia mengarahkan pandangannya ke bangku seberang. Alexa baru menyadari jika di sana ada seorang siswa yang tengah tertidur.

Awalnya Alexa tidak peduli dan memilih untuk melanjutkan bacaannya, namun kala indera pendengarannya menangkap suara derap langkah kaki mendekati perpustakaan dia pun menjadi panik seketika.

"Gawat, itu pasti Pak Robert."

Pak Robert adalah salah satu guru konseling di sekolah Alexa. Dia biasa berkeliling ke seluruh penjuru sekolah untuk menangkap siswa siswi yang madol. Jadi, jangan bertanya kenapa Alexa panik.

"Duh, aku bangunin dia gak ya?"

Otaknya menyuruhnya untuk segera sembunyi dan meninggalkan cowok yang tengah tertidur itu, namun tubuhnya bertindak lain.

"Hey, bangun."

Alexa menggoyang bahu cowok itu membuatnya terbangun.

"Kita harus sembunyi, di luar ada Pak Robert," ujar Alexa membuat cowok itu terjingkat seketika.

Tanpa ba-bi-bu, cowok itu segera menarik lengan Alexa untuk sembunyi di bawah meja. Beruntung tempat mereka ada di pojokan sehingga mereka tertutupi oleh bangku-bangku lain.

Alexa sempat terpaku kala matanya memandang kedua bola mata tajam milik cowok itu. Kalau dilihat-lihat, cowok itu tidak kalah ganteng dari Rayn.

Alexa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika menyadari jika dirinya sedari tadi memandangi wajah tampan cowok itu. Hal itu pun tak luput dari perhatian cowok yang tengah bersembunyi bersamanya.

"Heh, lo kenapa geleng-geleng sendiri?"

"G-ga papa kok. Hehe," cengir Alexa sambil merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Duh, pasti tadi aku kayak orang gila. Ngapain sih pake geleng-geleng sendiri?!

Tak lama kemudian, Pak Robert pun keluar dari perpustakaan dan berlalu pergi membuat mereka berdua keluar dari tempat pengap itu.

"Makasih karna lo udah bangunin gue," ujar cowok itu kepada Alexa.

"Sama-sama."

"Oh iya, kenalin nama gue Mike, gue baru pindah seminggu yang lalu."

Cowok itu menjulurkan tangannya yang disambut tatapan polos oleh Alexa. Mike pun berdecak kesal dan menarik tangan kecil Alexa dalam genggamannya.

"Alexa," balas Alexa.

"Salam kenal, Alexa," ujar Mike sambil tersenyum tipis sebelum melepaskan jabatannya dan berlalu pergi dari hadapan Alexa.

Alexa pun memandang punggung Mike yang mulai menjauh.

                            🍋💡🍋💡

Bel pulang sekolah telah berbunyi, seluruh siswa Moonlight High School berhamburan ke luar gedung sekolah begitupun dengan Alexa.

Kini Alexa tengah berdiri di samping motor sport merah milik Rayn. Senyumnya merekah kala dia melihat Rayn berjalan menuju ke arahnya.

"Rayn," panggil Alexa menghentikan kegiatan Rayn yang tengah memakai helmnya.

"Hmm."

"Kita perlu bicara masalah kemaren, aku ga ada maksud buat belain temen kamu. Aku cuman takut kamu kenapa-napa. Kamu tau kan kalo temen kamu itu licik?"

Rayn mengacuhkan Alexa, dia hendak menaiki motornya sebelum suara seseorang menghentikannya.

"Rayn, tunggu."

Alexa mengalihkan pandangannya kepada gadis yang barusan memanggil pacarnya. Itu Brissia, cewek yang tergila-gila pada Rayn dan kerap kali mengintili cowok itu bahkan saat Rayn tengah bersamanya.

"R-Rayn, gue boleh nebeng ga? Hari ini supir gue ga bisa jemput soalnya. Boleh ya, Rayn?" ujar Brissia dengan tatapan memohon.

Tanpa diduga, Rayn mengiyakan permintaan Brissia. Padahal biasanya cowok itu selalu menolak jika diajak pulang bersama gadis itu.

Tanpa memperdulikan Alexa, Brissia menaiki jok belakang motor Rayn dan memeluk pinggang Rayn. Alexa tersenyum pedih ketika Rayn sama sekali tidak mempermasalahkannya. Mereka pun melaju meninggalkan Alexa yang termenung dengan air mata menggenang di pelupuk mata. Dia cemburu.

"Kenapa kamu ga mau dengerin aku Rayn? Kenapa kamu cuekkin aku?" gumam Alexa dengan hati pedih.

Kamu bener-bener ga peduli sama perasaan aku Rayn. Kamu udah terlalu sering nyakitin aku, tapi anehnya kenapa aku ga bisa benci sama kamu? Apa hati aku udah mati rasa?

Tanpa disadari, sepasang mata tajam tengah memperhatikan drama tersebut dari tadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status