Share

Part 2

Kali ini aku benar-benar kesal dengan Aira, bisa-bisanya dia menceramahi aku begitu. "Kamu di rumah ngapain aja, Maura? Masa urus anak aja gak becus!" Aku menatapnya sangar. 

 

Ingin sekali kudorong meja makan ini, bikin kesal saja. Apalagi bukannya marahin anaknya, Maura malah tersenyum sambil menyerahkan satu gelas air minum kepada Aira. Semakin dimanja tuh anak.

 

"Sudah kenyang?" tanyanya lembut.

 

"Kamu harusnya bisa didik dia dengan baik, Maura! Jangan jadi ibunya yang memanjakan anak!" teriakku geram.

 

Bukannya takut dan patuh seperti anaknya Majib, Aira malah melanjutkan makannya kembali. "Belum, Ma. Percuma kalau aku ngambek, kenyang enggak, kelaparan iya." ucapnya seenak jidat. 

 

Ingin sekali menyumpal mulutnya itu. "Dasar anak durhaka!" makiku geram.

 

"Mas, kamu gak boleh gitu sama anak. Dia masih kecil." Maura terus saja membelanya.

 

"Justru karena dia masih kecil, kamu harus mendidiknya dengan benar. Jangan sampai dia menjadi anak yang sudah besar tidak tahu terima kasih." tegasku sambil menatap Aira tajam.

 

Anak yang belum genap sebelas tahun ini bisa-bisanya bersikap sombong di hadapanku! Lihat saja, besok akan aku kurangi yang jajannya.

 

Mengemis sekalipun, aku tidak akan memberikan lebih seperti dulu. Rasakan tuh.

 

Aira justru terlihat tidak peduli dengan kemarahanku ataupun perdebatan kita. Dia tetap makan dengan lahap dan meneguk air minumnya sampai habis. "Alhamdulillah, ucapnya setelah bersendawa.

 

Kini dia kembali menatapku. "Pa, zaman sekarang yang durhaka itu tidak hanya anak kepada orang tuanya. Tapi juga orang tua kepada anak." lanjutnya yang tidak masuk akal.

 

Padahal dia aku sekolahkan di tempat yang mahal, masa hal seperti ini saja tidak faham. "Kalau kamu sekolah mahal-mahal yang didapat hanya pengetahuan seperti ini, lebih baik jangan sekolah!" aku menatapnya tajam, semoga saja dia takut.

 

"Aku juga gak minta disekolahkan di tempat yang mahal, kan Papa sendiri yang menyuruh Mama untuk mendapatkan aku di sekolah elit. Katanya agar Papa tidak malu sama kawan-kawan." Aira malah mengeles.

 

"Kau!" suaraku tertahan! Bagaimana bisa di membalikkan perkataanku kembali, dasar tidak tahu sopan santun.

 

Ia pun turun dari kursi. "Ma, aku pergi ke kamar dulu, ya." ucapnya kepada Maura dengan sangat lembut dan berjalan ke arah kamar. Baru saja berjalan lima langkah, ia kembali membalikkan badannya menatapku lekat. "Sepertinya Papa harus mengulang sekolah, biar kesannya gak lulus terpaksa!" ledeknya dan pergi ke kamar.

 

"Anak nggak sopan! Gak tahu diri!" Aku berteriak sekencang mungkin.

 

 

****

 

 

"Mulai sekarang kamu tidur saja di sofa!" titahku pada Maura ketika ia masuk ke dalam kamar setelah memeriahkan tempat makan tadi. Geram rasanya jika melihat wajah miskinnya itu.

 

Bawa susah aja.

 

Lagi, Maura hanya membalas dengan senyuman. Apa dia tidak sakit hati dengan semua perkataan dan tindakanku? Ah ya, sepertinya dia sudah menerima takdir kalau aku memang laki-laki baik yang mau menerimanya.

 

Jadi dia harus bertahan denganku untuk menumpang hidup. Dasar perempuan licik.

 

"Hari ini restoran ramai, Mas?" tanyanya tiba-tiba membahas tentang restoran. Aku langsung tertawa ketika mendengarnya.

 

"Kamu jangan sok-sokan nanyain restoran! Orang susah kayak kamu, dapat makan aja harusnya bersyukur banget," ucapku meledeknya, laku tertawa terbahak-bahak. Rasanya sakit hatiku oleh Aira tadi sudah terbalaskan karena bisa mengejeknya.

 

"Aku hanya bertanya, Mas. Lagipula kan tidak ada larangan kalau orang miskin tidak bisa menyebut nama restoran," ucapnya ngeyel.

 

Kembali aku tertawa, bahkan perutku sampai sakit. "Asal kamu tahu saja, restoran Bosku itu bukan restoran sembarangan. Sudahlah, aku mau tidur, capek meladeni orang lulusan SMK bicara. Soalnya gak bakal ngerti mau aku menjelaskan sampai kapan pun juga."

 

 

***

 

Pagi ini aku berangkat lebih awal, karena harus transfer uang sebanyak ini. Kalau Majid enak, dia bagian masuk siang. Kalau aku ya harus pagi-pagi. Malah kata Bos aku harus menunggu di depan Bank sebelum buka.

 

"Kamu gak sarapan, Mas?" Maura kini tengah menyiapkan sarapan bersama Aira.

 

"Aku tidak sudi makan makanan yang dimasak sama anak yang tidak tahu balas budi!" ucapku jijik. "Sudahlah, aku mau sarapan di restoran saja."

 

 

 

β€”β€”β€”

 

Jangan lupa subscribe, Kakak😍😍😍 biar makin semangat untuk update.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
suami mcm apa ituu... sm ank koq gitu....
goodnovel comment avatar
Jhon Maherza
kesan sombong ada begitu merasa bisa mencukupi semua dr penghasilannya.. wajar masih agak muda...ntar jg akan ada masa di mana rasa itu tak LG dominan...di isi dalam keimanan...
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Yah sombong aja dulu sebelum km didepak istimu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status