Share

Part 3

Selesai transfer, aku langsung pergi ke restoran, dan tentu saja akan meminta bagian sarapan ke staf dapur. Baru saja sampai, aku dikejutkan dengan sebuah mobil mahal keluaran terbaru.

 

Mataku sungguh takjub melihat kegagahannya, ingin rasanya bisa memiliki yang sama seperti ini. Hanya saja kondisi keuanganku selalu tidak cukup, kecuali istriku seorang anak konglomerat, atau wanita karir. Sudah pasti mobil seperti ini bisa langsung kebeli.

 

"Ferdi, kamu dari mana saja?" tanya Majid. Loh, kenapa dia ada di sini? Ini kan tugasku untuk mengurus restoran. Sementara dia akan jadwalnya dari jam dua.

 

"Kamu ngapain di sini?" tanyaku heran sambil mengambil seragam di loker.

 

"Yah kerjalah, siapa suruh kamu baru datang!" Majid terdengar emosi.

 

"Aku baru setor!" 

 

"Setor? Kamu gak baca pesanku?" Majid terlihat sangat kesal, padahal aku tidak melakukan apapun. Lagipula tadi aku gak ngecek aplikasi pesan dan data khusus ke aplikasinya aku matiin.

 

"Enggak, tadi aku gak sempat baca." jawabku berbohong.

 

"Kamu lihat mobil mahal di depan?" tanyanya sambil mendesah kasar. Aku hanya mengangguk.

 

"Dia orangnya Bos dan minta uang restoran langsung diberikan padanya selama seminggu ke depan," jelasnya memberitahu.

 

"Berarti kemarin gak berlaku, dong?" tanyaku mencoba tenang. Bagaimana kalau Bos nanti marah dan memecatku? Ini semua gara-gara Maura juga Aira.

 

Andai saja mereka tidak membuat suasana hatiku memburuk, mungkin aku kasih berselera untuk membuka aplikasi pesan.

 

"Kata siapa? Justru Bos katanya mau setoran dari kemarin dikasihkan pada orang itu!" ucap Majid kesal sambil mengacak rambutnya frustasi.

 

"Ya, maaf. Aku kan gak tahu."

 

Seorang staf biasa tiba-tiba masuk ke tempat loker. "Untuk apa kamu di sini? Bukannya kerja?" tanyaku ketus, biar orangnya Bos itu tahu kalau aku pengelola yang tegas pada karyawan. Siapa tahu nanti aku jadi orang kepercayaan Bos.

 

"I-iya, Pak. Tapi Pak Yuda meminta anda ke depan," ucapnya pelan. Siapa Yuda? Berani-beraninya dia memberiku perintah. Di sini akulah yang mengelola semuanya.

 

"Apa? Beraninya kamu menyuruh saya?" Aku menatapnya tajam. "Sana bersihkan kamar mandi!" titahku geram.

 

"Maaf, Pak. Tapi Pak Yuda meβ€”"

 

"Cukup, hentikan. Aku sudah menyuruhmu untuk membersihkan toilet, tapi kau malah menyebut nama Yuda. Jadi hukuman apa yang harus aku berikan padamu?" tanganku kini sudah berada di pinggang.

 

"Emangnya siapa Yuda itu? Untuk apa aku bertemu dengan? Tidak penting. Pasti hanya staf biasa atau pembeli yang miskin dan gembel." Aku mendengus kesal.

 

Staf itu pun semakin ketakutan. "Sana, bilang sama yang bernama Yuda itu kalau aku tidak berniat untuk menemuinya dan jangan memintaku untuk melakukan sesuatu yang tidak kusukai." ucapku lagi.

 

"Oh, jadi kamu mau dipecat?" ucap seseorang dari arah belakang. Seketika aku langsung putar badan dan terlihat seorang laki-laki tampan dengan tubuh yang sempura, seperti hasil pahatan.

 

"Si-siapa?" Aku kini mulai bicara terbata-bata, sementara Majid yang datang bersama laki-laki itu menatapku dengan sorot mata yang tajam. 

 

Penampilan dia memang lebih menarik dariku, tapi kan bukan berarti kalau aku harus mengalah begitu saja. Namun, semakin aku banyak bicara, Majib semakin menatapku dengan amarah. Seperti sedang memberitahu sesuatu.

 

Ia pun maju ke sampingku dan membisikkan sesuatu di telinga. "Dia adalah suruhan Bos, Ferdi. Namanya Pak Yuda." bisiknya.

 

Setelah mendengar namanya, tubuhku bagaikan baru terkena sambar geledek. Bagaimana tidak, tadi aku sudah salah faham terhadap staf itu, dan bermaksud sombong.

 

Aku menatapnya sebentar, tapi kembali menunduk. Sementara Yuda masih menatapku dengan tajam. "Bawa dia ke depan, Majid!" titahnya pada temanku.

 

Kini aku hanya bisa pasrah mengikutinya di belakang dengan langkah terseok-seok. Andai saja pintu ke mana saja itu nyata, mungkin aku akan pergi melarikan diri sekarang juga, dan berharap Pak Yuda melupakan semua sikap konyolku.

 

"Duduk!" titahnya padaku dan ternyata Majid tidak ikut, hanya ada aku saja di ruangan depan.

 

Dengan lesu, aku pun duduk di hadapannya.

 

"Apa pendidikan terakhir anda?" tanyanya sambil tetap berdiri, kupikir dia juga akan duduk, ternyata tidak. Sekarang Pak Yuda berdiri seperti guru di sekolah yang akan memarahi muridnya. Sangat memalukan. Terutama aku menjadi pusat tontonan semua staf.

 

Kecuali Majid, tapi untunglah pendidikanku tidak malu untuk dibicarakan.

 

"Saya S1 akuntansi, Pak." ucapku ada sedikit bangga-bangganya, pasti Pak Yuda pun sedikit tersentuh.

 

"Kamu sering bolos ketika sekolah?" tanyanya dengan suara yang keras dan membuatku mendadak menjadi bisikan semua staf. Ia mendekati telingaku. "Asal kau tahu salah satu staf ada yang gelarnya M. AK dan saya bisa dengan mudah menggantikanmu dengan dia," bisiknya yang terdengar seperti ancaman.

 

Tidak,mana mungkin di sini ada yang lebih tinggi dariku? Semua staf memang kuliah, tapi hanya sampai diploma tiga. Tidak ada lagi yang S1 selain aku dan Majid.

 

"Ingatlah, Ferdi. Di atas langit masih ada langit!" tegasnya lagi sambil menarik Majid ke dalam ruangan Bos yang selama ini hanya ditempati olehmu.

 

Untuk apa dia ke sana? Sepertinya riwayatku akan tamat kalau dia menemukan foto-foto ketika aku yang sedang bersama para staf cantik dan bukti pembayaran diskon besar-besaran untuk  sahabat wanitaku. Tidak! Jangan sampai tahu! Aku harus segera menghentikannya.

 

 

 

Nex? Yuk dibantu subscribe-nya ya, Kakak

 

πŸ’–πŸ’–πŸ’–

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Tingkah dan kelakuan Ferdi benarΒ² tidak wajar no atitud
goodnovel comment avatar
Wiwik Wardoyo
baguusss ...
goodnovel comment avatar
Rizalsyah Muhammad
Menarik ngak yaa? Apa cuma ngulang2 plot...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status