Menjelang pertandingan kedua dimulai, dengan cepat para Hunter Class Mage Gagak Hitam memasuki arena.
Dengan sihir gabungan, mereka pun mulai merekonstruksi kembali arena yang sudah cukup hancur itu.
"Para hadirin sekalian, apa kalian masih bersemangat?!" Tanya Shiro, dan di jawab dengan sorakan yang bergemuruh.
"Selanjutnya! Mari kita panggil. Inilah dia, Maggie! The Exotic Witch!" Sambut Shiro.
"Maggie! Maggie! Maggie!" Para penonton bersorak memanggil namanya.
"Aku duluan!" Ujar Maggie kepada para peserta yang lain.
"Kamu pasti bisa!" Timpal Nero menyemangati.
Tanpa mereka sadari, rasa cemas yang mereka rasakan telah membuat mereka menjadi saling peduli.
"Ya!" Magg
Pertandingan selanjutnya, Tsuhira melawan Lion. Tsuhira adalah seorang Destroyer. Dia adalah pengguna dua senjata. Satu senjatanya berelemenkan Api dan yang satunya berelemenkan Es. Dengan kedua senjatanya tersebut, Tsuhira terus melancarkan serangannya dan berusaha memojokan Lion. Ledakan Api yang keras serta bongkahan Es yang tajam pun tercipta, setiap kali ia menghempaskan senjatanya. Meski dampak seranganya tidak terlalu berarti, akan tetapi senjata elemen Es nya mampu membuat Lion cukup kerepotan. "Sebatas inikah kekuatan Hunter Elit peringkat ke #7?!" Teriak Tsuhira setelah serangannya berhasil membekukan salah satu kaki Lion. "Kau bahkan tak mampu mengimbangi kecepatanku!" Sambungnya, seraya berlari dan lalu melompat menghantam kepala Lion. BBAAMM Lion berhasil menahan serangan tersebut dengan perisainya. Namun perisainya pun seketika membeku, merambat hingga ke tangannya. Dan kini setengah
Saat itu, sesaat sebelum Kousei melompat, terlebih dahulu dirinya telah menebalkan dinding pelindung miliknya. Sehingga kini para penonton pun tidak dapat melihat apa-apa yang terjadi di dalam Arena. Hal itu tentu membuat gaduh di bangku para penonton. Mereka berteriak dan saling bersautan, sehingga keadaan pun mulai menjadi ricuh. *** "Siapa kau sebenarnya?!" Tanya Kousei. "Benarkan, apa aku bilang! Dari awal aku sudah punya firasat buruk tentang orang ini!" Terang Kyo Ren kepada anggota yang lain. "Cepat jawab!" Tegur Ken. "Ma-Maaf, sepertinya... Aku sudah berlebihan, ya?" Jawab Scarra. "Jangan bergerak!" Bentak Ken dan Kai serentak, saat melihat Scarr
Selepas acara penobatan selesai, Kousei langsung bergegas pergi ke salah satu ruangannya, yang juga masih berada di dalam Arena. Kousei berjalan begitu senyap dengan langkahnya yang juga cukup cepat. Kegelisahan nampak terlihat jelas pada dirinya, Kousei seperti mengkhawatirkan sesuatu. Ken dan Kai yang menemaninya di belakang tentu menyadari hal itu, namun mereka lebih memilih untuk diam daripada mempertanyakannya. Setibanya di dalam ruangan, Kousei langsung membuka jendela ruangan tersebut. Hamparan Kota Acela yang begitu luas, damai dan juga ramai dipandanginya dengan helaan nafas yang cukup panjang. Ken dan Kai saling melirik. Mereka merasa hal ini tidak biasa. Pasalnya, selama ini, dihadapannya mau pun orang-orang, Kousei tak pernah memperlihatkan kegelisahannya.
Itu sangat pagi ketika Yuki bangun. Dia diam-diam meninggalkan tempat tidur, agar tidak membangunkan Scarra yang masih tidur di sampingnya. Udara di luar sangat dingin, dan itu membuatnya ingin kembali ke tempat tidur yang masih hangat dari dua tubuh mereka. Tempat tidur berderit ketika dia bangkit, tetapi Scarra terlalu lelah untuk bereaksi. Dia tidur seperti orang yang sedang pingsan. Yuki menguap dan menggeliat. Payudara yang telanjang ikut berguncang. Wajah Yuki memerah, dan dia mengambil pakaiannya yang jatuh di lantai. Hari ini akan menjadi awal baru bagi Yuki. Sekarang dia harus mulai mengatur hidupnya untuk Scarra, dengan membuat jadwal yang lebih teratur. Berbelanja, menyiapkan makanan dan lain hal sebagainya, akan menjadi rutinitasnya saat ini dan juga untuk kedepannya. Jika saja saat ini Yuki masih menjadi budaknya Baron, dia pasti tidak akan sebahagia ini dan mungkin tidak akan tidur senyenyak ini. Yuki mengenakan p
Mereka atau kita sebut saja si silver dan si gadis, berjalan melewati sebuah lorong yang gelap dan sempit. Si silver yang telah menguatkan indera pendengarannya, mendengar suara logam berbenturan dari belakangnya ketika dia berjalan. Suara tersebut terdengar tak beraturan. Dia menoleh ke belakang dan seperti yang diduga, ini adalah skenario terburuk. Ketiga petualang yang sebelumnya berselisih dengannya sedang mengejarnya. Mereka semakin dekat. Si gadis pun mengetahuinya dan berusaha keras untuk menekan keluhannya di hati, karena dia tidak punya tenaga lagi untuk hal tersebut. Dua dari tiga petualang rendahan itu berhasil menyusulnya, mereka datang dari arah belakang. Sedangkan yang satunya berlari di atas rumah-rumah dan melompati tiap atap-atapnya. Dia mencob
Wajah itu begitu datar ketika dia memandangi Ellia, matanya yang disipitkan membuatnya terlihat sayu. Di tengah tatapan yang begitu dalam, bibirnya mulai gerak mengangkat, dia tersenyum tipis. "Sampai jumpa lagi." Ujar Scarra mengakhiri tatapan itu. Setelah mengucapkan perpisahan kepada Ellia yang bermata lebar dan menganga, Scarra langsung pergi dan tanpa menoleh lagi. Bagaikan bunga di gurun pasir yang disirami air segar, hatinya mulai kembali berseri. Ellia merasakan jatuh cinta pertamannya. Ellia ingin sekali menahan pria itu yang berjalan meninggalkannya dengan begitu gagahnya, namun bibirnya tak kuasa berucap, yang ada hanya gumamman tak jelas. Eris muncul di hadapannya, dia mencoba menghalangi pandangn itu. "Ellia tolong berhenti menatapnya, dia tidak lebih dari seorang pria mesum." "Dia bukan pria seperti itu, aku yakin, dia tidak seperti itu!" "Ellia, jangan bilang kalau kau menyukainya!" "Eris, seperti
Scarra berhenti, dia menggerakan tatapannya kepada orang yang berdiri di depannya. Orang itu adalah Baron, dengan empat orang pria bertubuh besar yang mengawalnya di belakang. Orang yang terlihat di depannya itu, alias Baron, memiliki rambut yang panjang. Rambut itu ikal di ujungnya dan dia memiliki janggut yang lebat (brewokan). Dia tidak mengenakan armor besi, dia hanya melapisi pakaiannya dengan kain yang terbuat dari kulit. Entah dari kulit apa, yang jelas kulit itu telihat cukup keras dan bersisik di bagian bahunya dengan hiasan bulu-bulu lembut di kerahnya. Dia juga mengenakan hiasan kepala, hiasan itu adalah sebuah tanduk, telihat seperti sebuah tanduk Succubus dan hanya ada satu tanduk saja. Dia nampaknya adalah seorang Magic Caster (Mage), itu bisa dilihat dari tongkat perak yang dia tenteng. Ototnya yang besar di bawah kausnya sangat mudah terlihat. Sebuah kalung menggantung di sekeliling lehernya, berayun pada setiap
Adventurer (Para Petualang). Sebagai mantan petualang di dunia game, tentu saja Scarra memiliki fantasi tentang mereka. Adalah orang-orang yang mencari dunia yang tidak diketahui dan menjelajah kesekeliling dunia. Scarra memiliki ekspektaksi besar terhadap mereka (para petualang), yang memainkan perannya dengan cara yang benar seperti di Crown Island. Tetapi setelah mengalami beberapa konflik dengan mereka (para petualang) di dunia ini, pandangan tentangnya menjadi sedikit berbeda. Mereka tidak lebih dari seorang tentara bayaran yang melawan monster. Bahkan lebih buruk lagi, mereka malah lebih terkesan seperti seorang bandit, yang tak sungkan menindas dan merapas barang orang lain yang lebih lemah dari mereka. Beberapa petualang mungkin mirip dengan versi ideal Scarra tentang adventurer. Yaitu orang-orang yang menjelajahi bangunan-bangunan tua dari kastil yang hancur oleh demon, dan mencari harta karun di dunia rahasia. Tapi te